24 - Acceptance

2.4K 129 12
                                    

Awas...
Mulai lagi adegan panasnya 😄

🔥

🔥

🔥

Musim telah berganti, namun perasaan Yeon Ae terhadap Wol Ya tak juga berubah, tak dapat hilang seperti yang ia kira, malah semakin berakar kuat di dalam hatinya. Ia semakin merindukannya. Ia ingin disentuh lagi olehnya. Sentuhan Wol Ya bagai opium yang membuatnya kecanduan. Maka suatu malam ia menyuruh Wol Ya untuk membuatkan teh buah persik.

Wol Ya ingin melonjak kegirangan saat mendengar bahwa ia dipanggil untuk melayani Yeon Ae. Meskipun ia tak berekspektasi terlalu tinggi, namun bisa melihat wanita itu lebih dekat sudah membuatnya bahagia.

Langkah Wol Ya terhenti sejenak ketika baru menginjakkan kaki ke dalam kamar Yeon Ae. Jantungnya berdebar sangat kencang saat melihat wanita itu duduk di atas ranjang dengan siku yang bersandar di atas bantal. Ia hanya mengenakan rok dalaman dan jeogori berwarna gading yang sangat tipis hingga menampakkan lekuk tulang selangkanya. Wol Ya berusaha menahan diri agar tidak tergoda oleh pesona selir cantik itu, agar ia tidak diusir lagi.

Yeon Ae dan Wol Ya hanya berdua saja di dalam kamar. Suara kucuran cairan coklat dari teko menuju cangkir memecah keheningan di antara mereka berdua. Wol Ya membawa cangkir itu kepada Yeon Ae yang masih duduk di ranjang. Ia berlutut sambil menyodorkannya menggunakan kedua tangan. Yeon Ae menyentuh punggung tangan Wol Ya saat mengambil cawan itu. Sengaja.

"Enak," ucap Yeon Ae setelah menyesap teh itu.

Yeon Ae menyodorkan kembali cangkir yang masih terisi separuh, "cobalah."

"Saya tidak boleh memakan dan meminum sesuatu dari piring dan gelas yang sama dengan anda, Mama," tolak Wol Ya.

"Kalau begitu..."

Yeon Ae memasukkan sisa teh ke dalam mulutnya, kemudian kedua tangannya menangkupkan pipi Wol Ya. Ia mencium bibir Wol Ya, memasukkan teh dari dalam mulutnya ke dalam mulut dayang itu.

"Bagaimana? Enak?" Bisik Yeon Ae, dengan bibir yang masih sedikit menempel pada bibir Wol Ya.

"Mama..."

"Aku tidak tahu apa yang sudah kau perbuat kepadaku hingga aku begitu haus akan dirimu. Aku sudah berusaha menghilangkan perasaan ini, tapi aku tidak bisa."

Yeon Ae membelai pipi Wol Ya, "aku menginginkanmu. Bermainlah denganku, Wol Ya..."

****

Kini Yeon Ae telah berbaring tanpa busana, begitu pula dengan Wol Ya yang berlutut di atas kasur di sisinya.

"Bagaimana caramu bermain? Kau tidak punya 'cabai' seperti milik Lee Jung," tanya Yeon Ae.

"Ada banyak cara untuk memuaskan anda, Mama. Saya jamin."

"Kau sudah berpengalaman, rupanya," ucap Yeon Ae sinis. Tak dipungkiri, ada rasa tak nyaman di hatinya jika membayangkan Wol Ya bermain dengan perempuan lain.

"Tidak, Mama. Saya hanya mempelajarinya dari buku-buku terlarang. Saya biasanya bermain sendiri. Ini pertama kalinya saya bermain dengan orang lain."

"Benarkah?"

"Saya bersumpah, anda adalah cinta pertama saya, dan saya harap menjadi yang terakhir."

Yeon Ae menyeringai, "kau pandai merayu. Mulailah."

Wol Ya menundukkan badannya, mencium bibir Yeon Ae sambil meremas payudaranya. Yeon Ae pun melakukan hal yang sama dengan kedua tangannya. Kemudian gadis pelayan itu mulai turun, membenamkan wajahnya di antara dua gundukan besar di dada Yeon Ae. Ia menghisap salah satunya bagai bayi yang kehausan. Belaian di rambut panjangnya perlahan berubah menjadi jambakan ketika hisapan itu semakin kuat. Yeon Ae berada di antara nyeri dan nikmat.

Little Concubine (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang