"Aigoo..." keluh seorang polisi muda saat mendekati sebuah gang dengan tanah becek dan berbau tak sedap. Makin menyengat baunya ketika semakin dekat dengan sesosok mayat yang dilaporkan oleh seseorang yang tinggal di dekat tempat itu. Masker kain yang menutupi hidungnya tak mampu menghalau bau busuk mayat itu, membuatnya ingin muntah. Dan melihat kondisi mayat yang sudah membusuk itu, ia tak tahan lagi. Ia berlari ke pinggir, memuntahkan semua sarapan yang baru ia makan.
"Ckckck... itu sebabnya aku tak pernah sarapan," gumam seniornya dengan senyum mengejek.
"Wah... saya benar-benar respect pada anda, bahkan anda tidak memakai masker. Jangan-jangan anda tak punya indera penciuman," kata polisi muda itu sambil mengusap bibirnya.
"Inilah yang disebut pengalaman. Ayo cepat, gotong mayat itu."
Polisi muda menggelar tandu, lalu berjongkok di sebelah kaki mayat itu. Tetapi ia menoleh kepada seniornya.
"Mengapa anda berdiri saja? Aku pegang kaki, anda pegang kepala seperti biasa, kan?"
"Mayat itu kecil, tidak butuh dua orang untuk mengangkatnya."
Polisi muda itu berdecak kesal, namun tak dapat membantah. Usai menutupi mayat dengan karung goni, mereka berdua menggotongnya menggunakan tandu, membawanya ke Hanseongbu.
"Kurasa anak ini meninggal alami, entah kelaparan atau sakit. Lihat saja tempat tinggalnya. Kurasa tak perlu di autopsi, Pak," kata Polisi muda.
"Kita hanya menjalankan tugas, tidak usah banyak protes."
Usai meninggalkan mayat itu kepada petugas forensik, polisi senior mengajak juniornya untuk makan sup daging babi di pasar.
Polisi muda ternganga, "anda masih bisa makan daging setelah melihat mayat?"
"Kenapa tidak? Aku belum makan dari pagi."
Perut polisi muda kembali mual, "aku tidak mau makan."
Sementara itu, petugas forensik mulai membedah mayat anak perempuan yang tadi dibawa oleh polisi. Seorang pria memasuki ruangan itu, yang kemudian membuat semua petugas menunduk hormat.
"Anda tidak perlu ke mari, Daegun," kata kepala forensik.
"Tidak usah pikirkan aku, lanjutkan saja tugas kalian," kata pria yang ternyata adalah Pangeran Besar Jinhyeong, putera tunggal Ibu Suri Kim.
Beberapa jam kemudian, kepala forensik melaporkan hasil autopsinya. Seorang anak perempuan dengan usia sekitar sepuluh tahun diduga menjadi korban pemerkosaan karena ada bekas kekerasan di daerah vitalnya. Juga ditemukan sebuah zat yang dapat melumpuhkan tubuh dan membuatnya mati beberapa hari kemudian. Kasus serupa pernah ditemukan pertama kali sekitar 30 tahun yang lalu. Bahkan ada rumor bahwa pelakunya adalah raja yang kini sedang bertahta. Rumor tersebut akhirnya terkubur setelah Selir Kim dihukum mati atas perselingkuhan dan pencemaran nama baik keluarga kerajaan.
Pangeran Jinhyeong tersenyum sinis, "sudah dimulai lagi..."
****
Dayang Min beserta 3 dayang pribadi Yeon Ae berlutut memberikan penghormatan terakhir kepada majikan mereka. Mereka dipensiunkan karena faktor umur, dan ada juga yang dipindahkan ke bagian lain. Yeon Ae akan diberikan dayang-dayang yang lebih muda, yang seumuran dengannya, ada pula yang masih remaja.
Yeon Ae memeluk Dayang Min cukup lama. Dayang Min yang sangat baik, memberikan figur seorang nenek bagi Yeon Ae. Nenek kandung Yeon Ae sendiri tak pernah mau mengakuinya, karena ia adalah anak perempuan, sampai hari dia menjadi selir raja.
"Anda tidak akan kesepian lagi, Mama, dayang-dayang baru yang seusia dengan anda bisa menjadi teman anda."
Dayang Heo, yang menggantikan Dayang Min telah tiba bersama dayang-dayang muda di belakangnya. Mereka menunduk hormat kepada Yeon Ae. Ini saatnya Yeon Ae berpisah dengan Dayang Min.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Concubine (Complete)
Fiksi SejarahAku ingin menjadi kupu-kupu, yang kini sedang hinggap di atas telapak tanganku, lalu kembali terbang menuju taman bunga untuk menghisap madu. Aku ingin menjadi burung pipit, yang sedang bernyanyi di atas pohon tempatku berdiri di bawah rimbunan daun...