Gabriel masih terpaku, terdiam membisu. Gabriel masih tidak menyangka dengan apa yang ia lihat saat ini. Orang yang sangat ia rindukan kini berada di depannya. Ia terus mamandangi wajah cantik didepannya ini. Yang sedari tadi terus menundukkan kepalanya. Banyak kata yang ingin ia ungkapkan. Tetapi bibirnya terasa kelu.
"Maaf" entah kenapa kata itu yang keluar dari mulut Gabriel. Dan ia berucap dengan nada yang cukup rilih. Terlihat dari pancaran matanya yang menunjukan bahwa ia tulus. Mata yang terlihat sarat akan kerinduan pada gadis yang kini sedang ia tatap, Raya. Lebih tepatnya Naraya Clarissa Algathama.
Nara kini mencoba memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya. Yang tingginya dengan Gabriel hanya sebatas dagu. Jarak keduanya kini begitu dekat. Nara membalas tatapan dari Gabriel. Yang Gabriel lihat dari tatapan mata Nara. Sarat akan kekecewaan. Mungkin juga terselip sebuah kerinduan didalamnya.
"Hai Nara" tidak, itu bukan suara Gabriel. Tetapi Arga.
Nara dengan refleks langsung memundurkan tubuhnya memberi jarak dengan Gabriel. Nara tidak begitu sadar bahwa sedari tadi jaraknya dengan Gabriel sangat dekat.
"Kalian ada masalah? Kenapa diem dieman gitu?" Sepertinya Arga menyadari ada kecanggungan antara Nara dan Gabriel.
"Emm Ga, gue balik duluan ya" ujar Nara langsung melengos pergi begitu saja.
Sontak hal itu menambah kecurigaan Arga pada mereka berdua. Kini Arga sedang memicingkan matanya pada Gabriel. Isyarat bahwa ia butuh penjelasan darinya.
"Apaan sih?" balas Gabriel. Ia risih jika ditatap seperti itu.
"Lo sebelumnya udah kenal sama Nara?" Arga kayanya emang titisan si Dora deh. Kepo.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Arga. Gabriel langsung melangkahkan kakinya pergi. Terlihat dari jalannya kalau Gabriel sedang terburu buru. Ia langsung menghampiri motornya yang terparkir di parkiran sekolah.
☆☆☆
Nara sedang berjalan dikomplek rumahnya. Berjalan sambil terus memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.
Kejadian yang membuat Nara merasa sedang berada dialam mimpi. Bertemu kembali dengan seseorang yang dulu selalu mewarnai hari harinya. Seseorang yang selalu memberikan kasih dan sayangnya. Juga memberikan luka. Seseorang yang dulu sangat ia cintai. Mungkin hingga saat ini pun, perasaannya tidak berubah. Mungkin
Saat Nara sudah berada di depan pagar rumahnya. Ia melihat rumah disebelahnya telah berpenghuni kembali. Setelah sekitar dua bulan kosong. Tapi Nara merasa ada yang aneh. Ia melihat motor ninja berwarna merah bercampur hitam terparkir didepan halaman rumah tersebut. Motor yang terlihat sudah tidak asing bagi Nara. Motor kaya gitu kan banyak, Ra batin Nara memperingati.
Nara telah berada di ruang tamu rumahnya. Ia melihat Mama nya sedang berkutat dengan laptopnya. Terlihat sedang sibuk dengan pekerjaannya.
"Ma, Nara..."
"Saya lagi sibuk. Jangan ganggu" potong Irene, Mama Nara. Nara tersenyum dengan getir. Coba saja dulu ia tidak memaksakan kehendaknya. Pasti semuanya akan baik baik saja.
Nara langsung melangkahkan kaki ke kamarnya. Ia butuh ketenangan. Mungkin dengan guyuran air shower dapat sedikit menenangkan pikirannya.
☆☆☆
Tok tokk tokkk
"Nara.." itu suara Jonathan, abangnya Nara.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAREGA
Fiksi RemajaGabriello Aldevaro Narega Seorang lelaki yang selalu mampu memikat semua gadis yang melihatnya. Siapa yang tidak akan tertarik dengan lelaki tampan yang memiliki hidung mancung, mata hitam pekat yang mampu memikat para gadis yang menatapnya, juga bi...