Backstreet

298 15 6
                                    

"Kenapa lo milih gue buat yang ngebantu lo? Kenapa gak Vivi atau gak Cia aja?" ujar Nara. Ia ingin tahu motif Agatha apa. Dengan tiba tiba ia meminta tolong pada Nara. Sesuatu hal yang cukup sulit untuk Nara lakukan.

"Karena gue lihat kayanya lo udah kenal lama sama Gabriel" ucap Agatha dengan santainya.

Kenapa Agatha bisa berpikiran seperti itu?

"Sok tau lo, Tha"  ujar Nara berusaha mengelak. Agatha malah terkekeh geli. Yang langsung mendapat tatapan aneh dari Nara.

"Apa sih, Tha. Kok lo malah..." belum juga Nara menyelesaikan ucapannya. Agatha langsung memotongnya dengan mengatakan sesuatu.

"Pembohong"

Nara semakin tidak mengerti dengan Agatha. Apa maksud gadis itu mengatakan hal yang demikian padanya.

"Maksud lo itu gue?" tanya Nara dengan menunjuk dirinya sendiri.

"Bukan, si Vivi" Nara hanya ber oh ria saja.

"Iishh Raaa.." Agatha terlihat sangat gregetan pada Nara. Masa candaannya dianggap serius.

"Yang gue maksud itu lo, Ra. Lo pembohongnya" ucap Agatha. Nara mengernyit tanda ia tidak mengerti mengapa Agatha berkata seperti itu.

"Lo itu gak pandai berbohong, Ra. Jadi sekalinya lo bohong itu bakal ketauan" ucap Agatha mencoba menjelaskan.

Sebenarnya Nara sejak awal sudah mengerti siapa yang dimaksud oleh Agatha. Tapi ia pura pura saja tidak mengerti. Ingin membuat Agatha kesal saja. Lucu liat ekspresi muka Agatha yang sedang kesal.

"Emangnya gue bohong apaan?" tanya Nara. Masih dengan kepura puraannya.

"Gue tau kalo lo tuh udah kenal Gabriel sebelum dia pindah sekolah disini. Gak usah ngelak lagi. Keliatan banget dari gelagat kalian berdua" ternyata punya teman yang peka itu ada enak dan enggaknya ya. Nara sudah tidak mungkin berbohong lagi pada Agatha. Percuma saja.

"Kita memang saling kenal. Tapi hanya sebatas teman satu sekolah" ujar Nara. Tentu dengan menyembunyikan fakta yang sesungguhnya. Ia tidak ingin teman temannya mengetahui sesuatu yang selama ini berusaha ditutupi.

"Yakin cuma sebatas teman satu sekolah?" tampaknya Agatha masih belum percaya dengan apa yang Nara ucapkan.

"Iya, mungkin karena dia juga berteman dengan cowok cowok dikelas gue. Sesekali juga kita sebatas saling sapa aja. Makanya gue keliatannya kaya deket sama dia. Padahal sih enggak" ucap Nara dengan penuh keyakinan.

Nara layak diberi penghargaan. Sangat cocok menjadi aktris. Tapi yang diucapkan oleh Nara tadi tidak sepenuhnya kebohongan. Malah sebagian besar emang fakta. Hanya ada satu fakta yang ia ubah.

Agatha meresponnya dengan mengangguk anggukan kepalanya. Dan langsung mengubah duduknya seperti semula menghadap kedepan bukan pada Nara. Sepertinya ia sudah mulai percaya pada omongan Nara yang begitu meyakinkan.

Nara menghela nafasnya dengan begitu berat. Ia sedari tadi berusaha agar air matanya tidak lolos begitu saja. Ia merasa matanya semakin panas. Tak terasa air matanya keluar tanpa bisa ia cegah. Nara langsung menghapusnya begitu cepat agar Agatha tidak melihat bahwa permintaannya tadi malah membuat Nara sedih. Kenapa kisah cintanya serumit ini.

Tak lama, seorang guru memasuki kelasnya untuk memulai pembelajaran. Mata pelajaran terakhir hari ini adalah bahasa Indonesia. Pembelajaran pun telah dimulai.

Ada yang memperhatikan. Ada juga yang malah bergosip dengan teman sebangku dengan berbisik bisik. Ada juga yang tertidur. Berhubung gurunya itu bu Lela. Anak kelasnya sampai berani tertidur dikelas. Karena bu Lela tidak akan memarahi. Dia malah memakluminya. Ia juga termasuk guru termuda disekolahannya. Kalau saja semua guru seperti dia. Hancur sudah negara ini.

NAREGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang