Jangan lupa putar yang ada dimulmed🔝🆗 biar lebih ngena!!
~~~~
Nara masih termenung didalam kamarnya. Teman temannya sudah kembali kerumah Nara, tetapi mereka menunggu Nara diruang keluarga sambil menonton tv.
"Nara tadi kenapa nangis?" tanya Jonathan yang baru saja muncul dari arah dapur.
"Emm kita juga gak tau persisnya bang. Tapi tadi kita sempat mendengar Nara nyebut papahnya" Jonathan mengerti dengan penjelasan dari Agatha.
Ia langsung saja pergi kekamar Nara. Ia ingin menguatkan Nara. Ketika Nara sedang rapuh, dirinya wajib berada disisi Nara. Ia tidak ingin Nara larut dalam kesedihan. Nara harus bisa mengikhlaskan semua yang telah terjadi dalam hidupnya.
Jonathan mencoba mengetuk pintu kamar Nara. Tidak ada sahutan dari dalam. Ia coba sekali lagi mengetuk pintu. Dan hasilnya tetap sama.
"Nara ini abang. Tolong buka pintunya"
Lama tidak ada sahutan dari Nara. Jonathan mencoba memanggil Nara sekali lagi.
"Nara..."
"Tolong biarin Nara sendiri dulu bang" Nara berteriak dari dalam kamar.
"Kamu gak bisa kayak gini terus Nara. Ada abang kamu disini. Kamu udah nganggap abangmu ini gak ada Nara? Iya?" ucapan Jonathan sontak membuat Nara sadar. Bahwa seharusnya dirinya tidak bersikap seperti ini.
Tak lama suara membuka kunci. Pintu terbuka menampilkan Nara yang sedang kacau. Matanya sembab dan memerah. Masih ada sisa air mata dipipinya. Rambutnya juga sudah kusut seperti tidak mandi selama seminggu.
Jonathan masuk kedalam kamar dan tak lupa menutup kembali pintu. Ia langsung memeluk Nara. Mengusap usap kepala Nara dengan begitu sayang. Ia tidak tega melihat Nara selalu seperti ini. Dihantui dengan rasa bersalah yang sebenarnya bukan salah dirinya.
"Nara rindu papah" ucap Nara kembali menangis dipelukan Jonathan.
"N-nara ingin ketemu pa-pah" Nara semakin terisak. Sesak.
"Kenapa papah tega ninggalin kita bang" Jonathan tidak kuat mendengar semua yang Nara ucapkan. Kini ia pun ikut menangis. Ia juga sangat merindungan papahnya. Merindukan keharmonisan dalam sebuah keluarga.
"Kalo aja Nara..."
"Jangan pernah nyalahin diri sendiri. Ini bukan salah Nara. Ini udah takdir dari tuhan. Kita hanya bisa mengikhlaskan semua yang sudah terjadi. Kita lalui semua bersama. Nara sama abang. Okee.." ucap Jonathan mencoba menguatkan, walau dirinya sendiripun rapuh. Nara hanya membalas perkataan Jonathan dengan menganggukan kepalanya.
Jonathan langsung menyuruh Nara untuk tidur dikasurnya. Nara terlihat sangat lelah karena menangis cukup lama.
《《《》》》》
Hari senin adalah hari yang tidak disukai sebagian murid sekolah. Terutama oleh kaum hawa. Tentu saja mereka tidak ingin berlama lama berada dibawah terik sinar matahari yang sangat menyengat kulit. Upacara bendera.
Nara kini terlihat sangat cemas. Pasalnya ia lupa membawa topi. Peraturan disekolahnya sangat ketat. Siswa siswi dituntun untuk disiplin diri. Salah satunya dalam berpakaian.
"Hayoloh Nara, siap siap deh lari keliling lapangan" bukannya menyemangati, Cia malah menakut nakuti Nara. Nara hanya mendengus dengan sebal.
Minta disleding nih si pentol cilok
Saat ini mereka berempat sedang berdiri didepan kelas mipa empat. Dari arah belakang, tiba tiba saja seseorang meletakkan topi pada kepala Nara. Baru saja Nara hendak melepas topi tersebut. Seseorang itu langsung menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAREGA
Teen FictionGabriello Aldevaro Narega Seorang lelaki yang selalu mampu memikat semua gadis yang melihatnya. Siapa yang tidak akan tertarik dengan lelaki tampan yang memiliki hidung mancung, mata hitam pekat yang mampu memikat para gadis yang menatapnya, juga bi...