"Hai, Ra" sapa Arga. Lelaki yang selalu berusaha mendekati Nara sejak ia pindah ke sekolah gernus. Walau Nara jarang sekali meresponnya. Malah Arga pernah menyatakan cinta pada Nara tepatnya dua bulan setelah Nara bersekolah disini. Tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu jawaban apa yang harus ia berikan.
Nara dengan tegas menolaknya. Tentunya dengan memberikan suatu alasan yang cukup logis. Apalagi jika bukan alasan soal perasaan. Apalagi mereka baru saja saling mengenal. Tidak mungkin ia menerima seseorang yang tidak ia ketahui seluk beluknya.
Walau jika dilihat dari tampangnya. Arga memiliki wajah yang cukup tampan. Ia juga termasuk most wanted di sekolah. Tetapi menerima seseorang untuk menjadi pasangan tidak hanya dilihat dari tampangnya saja. Apalagi soal perasaan seseorang itu tidak bisa dibohongi.
"Oh hai Arga" sapa balik Nara. Saat ini mereka sedang berjalan di koridor kelas dua belas. Yang letaknya berada di lantai tiga. Fyi, Arga ini sekelas dengan Vivi dan Cia. Mangkanya setiap istirahat, ia malas jika harus mampir dulu ke kelas mipa empat. Karena ia tidak ingin bertemu dengan Arga. Rasanya malas saja gitu.
"Tumben tadi berangkatnya naik angkot? Biasanya kan dianter abang lo," tanya Arga. Tadi ia melihat Nara turun dari angkot saat akan memasuki gerbang sekolah dengan membawa motornya.
"Abang gue gak bisa nganter. Dia masuk kerjanya jadi lebih pagi" jawab Nara apa adanya.
"Yaudah besok besok berangkat sekolah bareng gue aja, Ra" tawar Arga dengan tersenyum sangat manis. Tapi sayangnya hal itu tidak membuat Nara terpesona. Karena hanya senyum orang yang kemarin mengirimi pesan lah yang mampu membuat Nara terpesona.
"Gak usah, Ga. Gue lebih suka naik angkot. Lagian kan rumah kita jauh, Ga" jelas Nara. Ia sebenernya tidak enak hati selalu menolak ajakan dari Arga. Tapi mau bagaimana lagi, kalau Nara nerima ajakan Arga. Takut hal itu dianggap lain oleh Arga. Takut jika Arga berpikiran bahwa ia memberikan harapan kepadanya.
"Gak papa lagi, gue berasa jones banget karena jok belakang gue udah lama gak ada yang nempatin" ujar Arga dengan terkekeh geli. Nara juga balas terkekeh geli, ketularan Arga sih.
Kini Nara sudah berada di depan kelasnya. Masih ada Arga disampingnya untuk menunggui Nara memasuki kelasnya.
"Belajar yang bener, biar nanti anak anak gue punya ibu yang pinter" ucap Arga dengan nada jailnya.
"Idih, siapa juga yang mau jadi ibu dari anak anak lo. Ngarep dasar" balas Nara dengan pura pura kesal. Arga hanya membalasnya dengan tertawa. Aneh emang nih anak satu, ucap Nara dalam hatinya.
Akhirnya Arga pergi, tak lupa sebelumnya ia mengusap kepala Nara dengan sayang. Kebiasaan Arga pada Nara.
☆☆☆
Kini mereka berempat sedang berada dikantin. Menikmati makanannya masing masing. Jangan ditanya makanan Nara apa. Sudah pasti jawabannya bakso.
"Kayanya cuma Nara yang gak tau ya" ucap Cia tiba tiba. Nara langsung berhenti menyuapkan bakso yang sudah ada didepan mulutnya. Ia mengernyitkan alisnya pertanda bahwa ia butuh penjelasan dari ucapan Cia tadi.
"Ada murid baru di kelas gue, Ra" ujar Vivi memberitahu.
"Iya ganteng banget lagi. Agatha aja yang kita tahu gak pernah deket sama cowok sampai terpesona liat muka dia" ucap Cia dengan sangat antusias. Yang langsung dihadiahi pelototan dari Agatha.
Cia hanya membalasnya dengan cengiran. Kini Nara sedang memperhatikan Agatha. Terlihat bahwa Agatha sedang menahan senyumnya. Mukanya pun sedikit memerah. Dan dapat Nara simpulnya bahwa Agatha sudah menyukai lelaki tersebut. Sungguh keajaiban dunia, canda guys:v

KAMU SEDANG MEMBACA
NAREGA
Fiksi RemajaGabriello Aldevaro Narega Seorang lelaki yang selalu mampu memikat semua gadis yang melihatnya. Siapa yang tidak akan tertarik dengan lelaki tampan yang memiliki hidung mancung, mata hitam pekat yang mampu memikat para gadis yang menatapnya, juga bi...