Saat ini Nara sedang mengobrak abrik lemari pakaiannya. Ia bingung akan memakai baju apa untuk nanti malam. Biasanya ia akan meminta pendapat pada Agatha.
Nara sebenarnya memiliki banyak koleksi dress juga gaun yang indah. Tapi ia masih tidak mengerti pakaian yang cocok untuk setiap situasi. Contohnya saat ini. Ia akan pergi dinner dengan kekasihnya. Pakaian apa yang seharusnya ia kenakan.
Kepala Nara semakin mumet saat melihat kasurnya yang penuh dengan pakaian. Ia tidak menyadari telah mengeluarkan pakaian begitu banyak.
Nara memutuskan untuk menghubungi Vivi. Karena Vivi juga lumayan dalam hal seperti ini. Cukup bisa diandalkan. Apalagi ia yang paling jago make up nya.
Nara sudah menghubungi Vivi untuk segera datang kerumahnya. Ia memberikan alasan yang sudah ia bumbui dengan sedikit kebohongan. Dan Vivi mengatakan bahwa ia bisa.
Vivi mengatakan akan sampai ke rumah Nara pada pukul lima sore. Vivi juga memberitahu Nara bahwa ia tidak bisa berlama lama. Ia sudah ada janji dengan seseorang nanti malam. Entahlah dengan siapa Vivi akan bertemu.
Bagus kalau begitu. Jadi Nara tidak perlu berusaha mengusir Vivi dengan halus, dan alasannya juga harus logis. Nara tidak mau Vivi mengetahui kalau sebenarnya dirinya akan pergi bersama Gabriel.
Sekarang waktu telah menunjukkan pukul 17.30 tetapi hingga saat ini Vivi belum juga datang ke rumah Nara. Nara sudah mencoba menghubungi Vivi, tapi nomornya tidak aktif.
Nara langsung berlari tergesa gesa ke pintu utama saat mendengar suara bell rumah berbunyi. Nara ingin menyemprot Vivi karena datang ngaret, terlambat. Setelah sampai depan pintu, Nara membukanya cukup kencang.
"Gimana sih Vi-Tha, kok jadi lo yang kesini? Vivi nya mana?" Tidak sesuai dengan perkiraan Nara. Hal yang tidak ia inginkan, malah terjadi.
"Tadi Vivi telpon gue, katanya dia gak bisa dateng. Makanya dia minta tolong sama gue buat gantiin dia" jelas Agatha.
"Ohgitu, yaudah ayo"
Mereka berdua telah berada di kamar Nara. Keduanya langsung menuju lemari. Tempat dimana dress juga gaun gaun mewah tersedia. Tapi sayang banget, Nara jarang sekali memakainya. Hanya pada acara tertentu saja ia mau memakainya.
"Tumben lo nyuruh Vivi yang milihin baju. Biasanya juga ke gue. Emang mau pergi sama siapa sih Ra?"
Pertanyaan Agatha dapat membuat Nara mati kutu. Ia bingung harus menjawab apa. Jawaban yang ia berikan pada Vivi juga Nara sudah lupa seperti apa. Nara mencoba mengingatnya.
"Oh emm y-ya gue mau pergi sama m-mamah. Hmm ya sama mamah" jawaban sama yang juga ia berikan pada Vivi.
Untungnya ia ingat, kalau saja Nara tadi menjawab ingin pergi dengan Jonathan, bisa berabe urusannya. Pasti nanti disekolah Vivi akan mengintrogasi dirinya, Pergi kemana sama mamah lo. Atau, dalam rangka apa mamah lo ngajak dinner. Pasti nanti Agatha akan curiga padanya. Karena alesan yang Nara berikan berbeda.
"Oh bukannya mamah lo lagi di luar kota ya Ra?"
OMG!!
Nara melupakan fakta itu. Jika saja saat itu Nara tidak memberitahu Agatha. Pasti ia tidak akan pusing seperti ini. Jawaban apa yang bisa membuat Agatha percaya.
Nara mencoba menguasai diri. Ia tidak ingin terlihat gugup. Walau sebenarnya ia sangat gusar saat ini.
"Iya, mamah tadi telpon gue katanya dia pulang malam ini. Dan nyuruh gue buat siap siap, karena dia mau ngajak dinner diluar." Nara menghela nafasnya lega. Agatha juga sepertinya percaya, ia menganggukan kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAREGA
Teen FictionGabriello Aldevaro Narega Seorang lelaki yang selalu mampu memikat semua gadis yang melihatnya. Siapa yang tidak akan tertarik dengan lelaki tampan yang memiliki hidung mancung, mata hitam pekat yang mampu memikat para gadis yang menatapnya, juga bi...