🍃🍃🍃
Suara bel istirahat kedua menggema di setiap sudut sekolah. Siswa-siswi mulai berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Sebagian besar dari mereka keluar untuk ikut memadati kantin yang selalu ramai saat jam istirahat seperti ini.Namun euforia jam istirahat seperti saat ini tidak berlaku untuk Yudhito Dean Wardhana. Dia lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas untuk sekedar mendengarkan musik atau membaca komik kesukaannya. Alasan lain karena bundanya selalu membawakan bekal makan siang untuknya.
Dean adalah tipe siswa pendiam yang duduk di ujung depan kelas dan biasanya menjadi objek bullyan anak-anak kurang ajar yang tidak tau tata krama. Walaupun sebenarnya ia hanya malas untuk berbasa-basi sosialisasi.
"Kesel gak sih lo dibawain bekel makan kaya gini?"
Baru saja Dean akan menyuapkan sendok pertamanya, Caca datang sambil menarik kursi lalu duduk di hadapan teman sekelasnya itu. Sang gadis kemudian mengeluarkan bekal makanannya juga. Sementara itu, Dean hanya memandang heran ke arah Caca.
"Dikira gue masih TK apa, ya? Mama lo pasti suka ngomel juga ya kalo lo jajan sembarangan?" racau Caca sambil menyuapkan sesendok penuh nasi goreng.
Dean hanya diam menanggapi ocehan Caca, meskipun begitu ia tetap mendengarkan gadis itu.
"Woaah enak banget... Mama emang terbaik. Males sih sebenernya bawa bekel, tapi masakan Mama enak banget gimana dong." Caca masih mengoceh sendiri sambil mengunyah makanannya.
"Diem mulu lo! Tenggorokan lo gak gatel apa?" kata Caca sambil kembali menyuapkan sendok kesekiannya, sesekali ia menyomot sosis goreng milik Dean.
Karena sedari tadi Caca makan sambil terus mengoceh tidak jelas, akhirnya dia tersendak dan terbatuk-batuk. Untung saja Dean sigap menyodorkan minumannya pada si gadis, yang segera di sahut lalu diminum Caca sampai tandas.
"Makanya kalo makan jangan sambil ngobrol."
"Hehe.. thanks, ya."
Saat mereka tengah asik menikmati bekal makan siang mereka, tiba-tiba saja datang sekumpulan anak laki-laki troublemaker yang menghampiri Dean.
"Heh, anak cupu! Sini kasih jatah dulu!" Anak itu berlagak dengan songongnya sementara Dean hanya diam saja di tempatnya.
"LO BUDEG YA?! BURU SINI DOMPET LO!"
Caca yang sedari tadi masih diam sambil membelakangi mereka, mulai jengah mendengar ocehan anak-anak itu. Dia menggebrak meja lalu berdiri menghadap mereka.
"Apa lo!? MAU IKUT CAMPUR?" kata sang ketua geng.
"C-caca?" Salah seorang anak nakal itu memanggil Caca dengan nada yang ragu.
"Lo kenal, Bud?" tanya si Boss geng sambil menoleh ke arah temannya itu.
"Oh.. hai, Budi. Kita ketemu lagi ya? Hahaha... Apa kabar tangan lo? Oh iya, kenapa gak lo ceritain pengalaman kita berdua sama temen-temen lo ini,'' jawab Caca sambil melipat tangan di depan dada dan tersenyum penuh arti.
Budi menoleh ke arah teman-temannya, "Di-dia... Damara Crysta. Temen SMP gue, atlet judo tingkat provinsi, pernah bikin tangan gue retak waktu SMP, dia juga yang kemarin bikin ribut sama Bang Jaevan waktu MOS," jelas Budi dengan suara yang agak bergetar.
Caca manggut-manggut sambil tersenyum bangga saat Budi menceritakan profilnya, sementara teman-teman Budi yang lain auto dalam mode senyap lalu memandang ngeri ke arah Caca.
"Udah denger kan? Awas aja kalo sampai gue liat lo bikin rusuh sama anak buah gue lagi. Patah leher lo!" ancam Caca sambil merangkul leher Asep lalu sedikit memberikannya gertakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket
FanfictionForelsket (n.) ㅡthe word for when you start to fall in love. a euphoria in a sense; the beginning of love. Tentang lima siswa dan tiga siswi SMA Nusa Bangsa, dan cerita mereka.