Caca yang sedang asik scrolling instagram tiba-tiba berteriak heboh sambil memukul-mukul bahu Dean.
"Den.. Den.. liat nih Den, ekskul musik mau bikin band tapi kekurangan drummer nih, lo kan bisa main drum!" teriak Caca.
"Tapi gue belum pro Ca, ntar gue malu-maluin. Gila aja gue gabung bareng Kak Surya, Kak Jaevan, Kak Brian sama Kak Wira."
"Ihh.. justru itu poinnya. Jangan lo sia-sia in kesempatan ini, pokoknya besok lo kudu ikut seleksinya!"
Dean menghela napas, sesungguhnya menjadi drummer di band sekolah adalah salah satu impian Dean selama ini, tapi ia masih tidak yakin dengan kemampuannya. Seharian ia menimbang hal ini, rasanya ia tidak cukup percaya diri untuk mencoba bergabung dengan Surya, Jaevan, Brian dan Wira. Dan seharian itu juga Caca terus mengoceh memaksa temannya itu untuk mencoba ikut seleksi.
Keesokkan harinya Dean dan Caca benar-benar mengikuti seleksi untuk pemilihan drummer. Walaupun hanya Dean yang akan mengikuti seleksi, tapi sepulang sekolah tadi Caca ikut mengekori temannya itu untuk mengikuti seleksi.
"Kakak-kakak ganteng, bayinya Caca mau ikut seleksi. Tolong diterima ya Kak, dia ngedrumnya keren parah!" racau Caca saat mereka sampai di depan Surya, Brian, Jaevan dan Wira.
"Ca, please lah. Jangan malu-maluin," bisik Dean pelan.
"Sorry. Kita gak mempan sama nepotisme, kita nyari skill bukan nyari orang ngemis," kata Jaevan menimpali Caca dengan tajam.
"Diem lo anak ayam! Gue gak ngomong sama lo, gak denger ya? Gue ngomong sama kakak-kakak ganteng ini, bukan sama lo."
"LO TUH YA!" sentak Jaevan
"Jaev, udah," kata Surya menengahi.
"Hahaha.. kalian ini kalo ketemu ribut mulu, ati-ati ntar malah jadian," goda Brian.
"NGGAK!" sahut Jaevan dan Caca berbarengan.
"Tuh kan.. kan.. Ya udah sini, yang mau seleksi."
"Lo langsung main lagu bebas aja ya, pokoknya lagu yang udah lo kuasai," kata Wira.
"Siap, Kak."
"Uww semangat bayiku, Mama mendukungmu, Nak!" celoteh Caca dengan girang.
"Berisik," sentak Jaevan.
"Cih." Caca hanya mencebik dan mengabaikan kakak kelasnya itu.
.
.
.Saat ini Caca, Alena dan Kirana sedang makan bakso bersama di kantin SMA Nusa Bangsa, sedangkan Dean hanya ikut duduk minum es teh sambil mengscrolling timeline twitter.
"Ca, ada yang nyariin lo di Nusbang Menfess. Ini buku-buku lo deh keknya, ada novel lo yang ilang juga," kata Dean memperlihatkan tweet menfess-nya pada Caca.
"Wah iyaa.. yeayyy! Sini HP lo, Den. Gue pinjem bentar," Caca kemudian mereplay menfess tersebut.
"Siapa yang nemu, Ca?" tanya Kirana.
"Gak tau, nih. Tapi kayanya Kak Wira deh, kemarin ilang di UKS soalnya, terus ini sendernya ngajak ketemu di ruang musik," jawab Caca.
Alena yang berada di samping Caca tidak menghiraukan ocehan mereka bertiga, karena saat ini matanya hanya tertuju pada seorang pria berwajah tegas yang sedang bercengkrama dengan rekannya.
Saat Alena sedang asik memandangi orang itu, tanpa sengaja orang tersebut menangkap pandangan mata Alena. Orang tersebut kemudian tersenyum ke arah Alena sambil memgangguk kecil ke arah gadis itu. Alena kaget dan langsung memalingkan wajahnya salah tingkah karena dia ternotice oleh Surya. Gadis itu merutuki tingkahnya barusan.
"Eh itu Kak Surya liatin ke arah lo gak sih, Len?" seru Caca.
"Heh? Gimana, Ca? Ng.. nggak lah, gak mungkin. B-bukan buat g-gue pasti!" Alena gagal loading seketika, sampai membuatnya berkata lirih dan terbata. Ia senang tapi juga malu di saat yang bersamaan.
"Ee.. Ciee... Jadi lo suka sama Kak Surya nih jadinya?" goda Caca.
"Caca apaan, sih? Nggak." Alena tentu saja denial karena mana mungkin secepat itu ia menyukai orang lain lagi.
Sementara Caca menggoda Alena, Kirana tercekat. Bagaimana mungkin sahabatnya itu bisa suka dengan abangnya. Akan bahaya kalau Alena dan Caca tau kalau Surya adalah abang Kirana. Kirana berpikir, pasti Caca dan Alena akan kecewa karena Kirana tidak menceritakan bahwa Surya adalah abangnya.
🍃🍃🍃
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Caca buru-buru merapikan perlengkapan sekolahnya ke tas lalu kemudian dia menuju ruang musik untuk mengambil bukunya. Dia sudah tidak sabar untuk mengambil novel limited editionnya itu.
"Halah orang ini lagi! Sial amat hidup gue, sore-sore gini ketemu angry chicken," kata Caca sambil berdecak sebal karena yang ada diruang musik adalah Jaevan, padahal ia kini sedang mencari Wira.
"HEH, cewek bar-bar! Ngomong apa lo barusan?"
"Diem lo, gue gak nyari lo, Kak Wira mana?"
"Ngapain nyari Wira?"
"Ambil buku," jawab Caca sekenanya.
"Lo kira sendernya Wira?" kata Jaevan sambil tertawa singkat lalu menyeringai.
"Jadi yang bawa ngirim menfess elo? Mana buku gue? Buru siniin!"
"Gak gue bawa," kata Jaevan santai.
"YA TERUS LO NGAPAIN NYURUH GUE KE SINI, WAHAI ANAK AYAM? PEN GUE TAMPOL YA?" Caca sudah naik pitam dan sudah pasang kuda-kuda untuk menampol Jaevan.
Jaevan meletakkan gitarnya kemudian berdiri dan mendekat ke arah Caca.
"M-mau apa lo? Jangan kurang ajar ya lo! Gue atlet judo, mau patah tangan lo hah?" bentak Caca.
Caca masih nyalak ke Jaevan tapi kakinya perlahan-lahan mundur ke belakang seiring dengan langkah Jaevan yang semakin mendekat kepadanya. Jaevan terus mendekat ke arah Caca sampai gadis itu tidak bisa mundur lagi karena punggungnya kini sudah terpentok dinding. Jarak Caca dan Jaevan kini tinggal tiga puluh senti saja, hal ini membuat jantung Caca auto berdegub tak beraturan. Jaevan kemudian menundukkan badannya untuk mensejajarkan dirinya dengan tinggi badan Caca, sementara itu, si gadis refleks menunduk karena terlalu shock.
"Ada daun di rambut lo." Jaevan mengambil daun kecil dari rambut Caca lalu kemudian berbalik dan menjauh dari Caca, tak lupa dia menampilkan seringaian yang terkesan mengejek.
"Dasar, anak ayam!"
Wajah Caca sudah merah padam dan dia berniat pergi dari ruang musik tersebut. Tapi tiba-tiba saja Jaevan meraih tangan kanan Caca lalu merampas ponsel yang sedang di pegang gadis di depannya itu.
"Apaan sih lo? Balikin nggak?!" kata Caca sambil mencoba meraih ponselnya.
Caca masih berusaha untuk meraih ponselnya, namun usahanya sia-sia karena dia kalah tinggi dengan manusia menyebalkan yang kini sedang mengetikkan deretan nomer di ponsel Caca. Ternyata Jaevan mengetikkan nomernya sendiri dan kemudian menghubungi nomer tersebut dengan ponsel Caca.
"Itu nomer gue, dan gue juga udah dapet nomer lu. Gue bakal hubungi lo lagi kalo gue udah bawa bukunya."
Jaevan mengembalikan ponsel Caca lalu dirinya berlalu keluar dari ruang musik.
Selanjutnya Jaevan bisa mendengarkan Caca yang menyumpahi dirinya dengan berbagai sumpah serapah yang justru membuat dia tersenyum puas.
🍋
🍋
🍋
Apakah udah ada yang oleng ganti kapal? hehehe. Tapi sejujurnya bingung mau melayarkan siapa huhu kasih saran di comment yak guys🙆♀️
See yaa,
ㅡpilrumy

KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket
FanfictionForelsket (n.) ㅡthe word for when you start to fall in love. a euphoria in a sense; the beginning of love. Tentang lima siswa dan tiga siswi SMA Nusa Bangsa, dan cerita mereka.