Hari-hari ini semuanya terasa normal kembali, Caca, Alena, Kirana dan Dean tidak lagi berusaha untuk saling menghindar. Caca sangat bersyukur saat Alena mengumpulkan mereka di rooftop malam itu, karena Caca tidak tau lagi bagaimana cara untuk mengembalikan kecanggungan diantara mereka kala itu.
Kabut-kabut yang belakangan ini mengaburkan sudut pandang mereka, kini perlahan memudar. Semua kini tampak lebih jelas, walaupun tidak semua hal bisa diceritakan, tapi setidaknya mereka bisa menelaah dan memahami situasi masing-masing. Kini mereka hanya perlu mengurai satu persatu alur cerita masing-masing agar menemukan benang merahnya.
Dan salah satunya alur cerita yang perlu Caca uraikan adalah tentang perasaannya dengan Jaevan. Caca masih bergelut dengan dirinya sendiri, dia menyangkal keras perasaannya, tapi respon alamiah Caca tidak bisa menyangkal kalo Caca mungkin punya perasaan pada Jae, walaupun dia tidak bisa menjelaskan seperti apa perasaannya itu.
.
.
.Dengan keringat yang masih bercucuran dan masih dengan seragam judo nya, Caca keluar dari indoor hall sekolahnya. Dia baru saja menyelesaikan latihan judo bersama teman-teman ekskulnya. Saat dia keluar dari pintu hall, Caca dikejutkan oleh seseorang yang duduk di bangku samping pintu sambil memegang buku catatan yang sangat dikenali Caca.
''Ngapain lo di sini?'' Caca menatap curiga pada Jaevan.
''Bisa kita bicara bentar, Ca?'' nada bicara Jaevan terdengar serius.
Caca terdiam sejenak, menimbang apakah dia harus mengiyakan atau tidak. Tapi akhirnya dia menyetujui ajakan Jaevan tersebut. Jadilah mereka kini duduk di salah satu bangku di halaman tengah sekolah yang mulai sepi karena hanya tinggal beberapa anak yang masih stay di sekolah karena ekskul.
''Mau ngomong apa, sih? Kok lo jadi serius gini, lo gak lagi kesambet kan? gue horror jadinya.'' Caca menggosok-gosok tengkuknya.
''Gue mau minta maaf, selama ini gue gak berniat buat ganggu lo, gue sebenernyaㅡ''
''Cih...baru sadar lo, emang lo tuh nyebelin banget, tapi santai, anak judo selow bro, gue maafin segala dosa-dosa lo sama gue.'' Caca mengintrupsi kalimat Jaevan.
''Gue belum selesai ngomong, Ca... diem dulu bentar kenapa, sih?''
''Iye iye sorry.''
''Gue suka sama lo, Ca.'' Jaevan menatap tegas kearah mata Caca.
Satu kalimat saja dari Jaevan tapi mampu membuat Caca membulatkan matanya menatap Jaevan terkejut. Caca membeku saat itu juga, pikirannya tiba-tiba blank dan lidahnya menjadi kelu.
''G-gueㅡ'' Caca tergagap.
''Gue gak minta lo jawab, gue cuma mau ngomong biar gak ada yang ganjel aja. Jujur gue gak bermaksud jahat ke lo selama ini, gue cuma pengen kenal lo lebih deket, karena menurut gue lo menarik, lo punya sesuatu yang cewe lain ngga punya. Tapi lo tenang aja, gue cukup tau diri, gue gak bakal ganggu lo lagi.'' Jaevan mengakhiri penuturannya dengan menatap sendu pada Caca yang kini sedang menundukkan kepalanya.
''Jadi, gara-gara gue?'' Caca mendonggakkan kepalanya lalu membalas tatapan Jae dengan tajam.
Jaevan mengernyitkan dahinya. Dia masih diam, mencoba mencerna apa maksud Caca.
''Alasan Kak Surya marah sama lo waktu itu tentang Alena, apa itu gara-gara gue? Gue gak tau sejauh apa hubungan lo sama Alena, tapi bisa-bisa nya lo bilang kalo lo suka sama gue saat lo punya Alena," ujar Caca nyalang, emosinya tercampur aduk menjadi tak karuan.
''Bukan kaya gitu, Ca. Lo gak ngerti posisi gue!''
''Lo bego tau nggak? Lo bilang lo mau kenal gue lebih deket? Hahaha.. ngapain, Jae? Ngapain lo buang-buang waktu lo buat kenal sama gue sedangkan lo udah punya wanita sebaik dan sesempurna Alena? Harusnya lo fokus buat jagain Alena. Lo cuma bikin gue jadi orang jahat buat sahabat gue sendiri!''

KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket
FanfictionForelsket (n.) ㅡthe word for when you start to fall in love. a euphoria in a sense; the beginning of love. Tentang lima siswa dan tiga siswi SMA Nusa Bangsa, dan cerita mereka.