''Ca, lo mau ke kelas IPA gak? Kalau iya gue nitip anterin buku buat Alena dong," kata salah satu teman sekelas Caca.
''Kalo sekarang kayanya ngga deh, Mir. Mungkin ntar pas istirahat kedua, gak apa?''
''Tumben, Ca. Tapi gapapa deh, tolong lo bawa dulu ya bukunya.'' Gadis itu kemudian menyerahkan bukunya pada Caca.
''Lagi pengen makan di kelas aja gue. Ya udah sini bukunya gue simpen dulu ntar gue kasih ke Alena.''
Bukan tanpa alasan saat Caca berkata ingin makan di kelas saja. Dia memutuskan untuk makan bekalnya di kelas karena dia tau bahwa Dean sedang tidak baik-baik saja. Dean pasti belum siap untuk bertemu dengan Kirana secara langsung, setelah dia tau bahwa Brian dan Kirana akhirnya berpacaran.
''Loh kok lo makan di sini? Gak ke kantin bareng anak-anak?''
''Gak. Gue mau nemenin anak bayi yang lagi sedih. Nih gue kasih nugget gue semua ke lo, makan yang banyak biar sedihnya ilang.'' Caca memindahkan nuggetnya ke wadah bekal milik Dean.
''Kan.. kan.. beneran, udah gak waras nih bocah. Sedih apaan, sih?''
''Gak usah pura-pura bego, lo pikir gue gak tau kalo lo suka sama Kiran? Gue gak buta kali, Den.'' Caca sedikit menurunkan nada suaranya agar tidak ada yang mendengar percakapannya.
''Kok lo tau?'' Dean sedikit tercengang.
''Gue kan udah bilang, lo ini udah kaya anak gue. Firasat seorang ibu tuh gak pernah salah.''
''Halah, Si Bego.'' secara refleks Dean lalu menoyor kepala Caca.
''Lo beneran baik-baik aja kalo Kiran sama Kak Brian pacaran?''
''Lah? Gue emang punya hak apa buat cemburu?''
Dean tersenyum kecut mentertawakan jawaban yang keluar dari mulutnya itu. Mulutnya mungkin bisa berkata demikian, tapi hatinya berkata lain. Jujur saja, Dean tidak baik-baik saja dengan kondisi ini.
''Terus lo mau nyerah sama perasaan lo ke Kiran?''
''Perasaan gue itu tanggung jawab gue, Ca. Gue gak bakal nuntut Kiran buat punya perasaan yang sama ke gue.''
''Sama aja lo nyiksa diri lo, Den.''
''Lo sendiri gimana, Ca?'' Dean ganti menembak Caca dengan sebuah pertanyaan serius.
''Gue?'' Caca mengernyitkan dahinya bingung.
''Bang Jae sama Alena... Gue yakin lo juga punya pemikiran yang sama kaya gue, setelah liat kejadian di lapangan basket waktu itu.''
Caca berdeham meengontrol ekspresinya, ''Terus apa hubungannya sama gue? Lo kira gue suka sama si anak ayam cuma gara-gara gue chattingan sama dia? Gak ya, sorry.''
''Lo cuma menyangkal perasaan lo sendiri kan?''
''Yaelah, Den. Lo ngomongin perasaan sama gue? Hahaha.. Gue ini udah mati rasa, perasaan gue udah mode off. Buat gue, relationship in romantic way tuh akhirnya malah kaya pedang bermata dua yang menyakiti satu sama lain, kaya Papa sama Mama gue.'' Caca lalu tertawa hambar diakhir kalimatnya.
Dean terhenyak mendengar jawaban sahabatnya ini. Dean miris saat melihat temannya ini bisa mengatakan hal tersebut dengan santainya. Dia bisa melihat ada kilatan kekecewaan di mata Caca meskipun sekarang Caca sedang tertawa. Dean berharap kalau suatu saat nanti Caca bisa berdamai dengan dirinya, Dean juga berharap kelak ada seseorang yang mampu mengaktifkan kembali perasaan sahabatnya itu.
🍃🍃🍃
Jaevan siang itu berniat mengembalikan novel milik Caca, tapi saat dia mengecek di ruang kelas Caca ternyata dia tidak menemukan gadis itu. Jadilah dia mengelilingi setiap sudut sekolah untuk mencari Caca. Saat dia melewati perpustakaan Jaevan tersenyum samar ketika melihat seseorang yang dia cari sedang duduk sambil menikmati buku bacaannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/235142363-288-k734600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket
FanfictionForelsket (n.) ㅡthe word for when you start to fall in love. a euphoria in a sense; the beginning of love. Tentang lima siswa dan tiga siswi SMA Nusa Bangsa, dan cerita mereka.