Rumah Jaevan

266 37 7
                                        

"Alena, bisa bantuin Ibu masukin data siswa perwakilan olimpiade?"

"Baik, Bu."

Alena yang siang itu diminta untuk membantu seorang guru memasukkan data perwakilan olimpiade tentu akan membantu dengan senang. Tentu saja, dia tau Surya pasti menjadi salah satunya, setidaknya dia akan tau info sedikit tentang Surya.

"Rajendra Surya Ajisaka," kata Alena dengan suara lirih.

Alena otomatis tersenyum saat membaca map bertuliskan nama yang memang dia tunggu. Alena lalu membuka map itu untuk melihat berkas di dalamnya. Jangankan info tentang Surya, baru di baris pertama Alena langsung berhenti membacanya.

Surya punya karakter nama dengan bahasa sansekerta yang sama dengan sahabatnya.

"Alena? Kamu gapapa, Nak? Kok ngelamun?" tanya guru Alena.

"Ah.. iya, Bu."

Dia lalu menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan pikiran aneh di dirinya. Tapi sepertinya pikiran aneh itu benar adanya. Alena tidak tau kenapa, tapi hatinya nyeri ketika melihat salinan berkas kartu keluarga dan melihat ada nama Kirana di sana.

Seolah seperti puzzle, semuanya mulai masuk akal sekarang. Alasan dari Kiran yang menjaga jarak dengannya, dan Surya yang sudah tidak mau lagi berhubungan dengannya.

.
.
.

"Mas Surya?" panggil Alena.

Surya yang tadinya berniat seolah-olah tidak melihat Alena terpaksa menghentikan langkahnya. Alena lalu berjalan mendekat menghampirinya.

"Kebetulan banget Alena mau ke kelasnya Mas mau balikin buku.. eh, ketemu di sini."

Mereka bertemu di depan koridor depan perpustakaan, Alena lalu menyerahkan bukunya pada Surya dan diterima dengan baik olehnya.

"Makasih ya, Mas."

"Hm.. ya, sama-sama."

Setelah itu mereka merasakan keheningan yang begitu terasa. Tapi keduanya menikmatinya, dan mereka berdua seakan engan untuk pergi. Mungkin mereka merindukan momen berdua sepeti ini, iya, mungkin.

"Kalo gitu aku balik ke duluan kelas ya?"

Surya memecah keheningan, dia sudah tersadar dari suasana itu dan ingin buru-buru pergi sebelum Kirana melihat mereka dan salah paham lagi.

"Tunggu, Mas."

Surya tidak jadi melangkahkan kakinya.

"Saya mau bilang sesuatu.."

Surya menatap Alena yang memainkan jari tangannya sendiri, terlihat gugup tapi entah kenapa terlihat menggemaskan untuk Surya. Ia lalu menyadari jika itu bukan kegugupan Alena seperti biasanya saat ia melihat bibir Alena yang mulai bergetar seperti menahan tangis.

"Alena?"

Alena lalu menghela nafasnya dan mendongkak memberanikan diri menatap Surya, dan Surya terkejut melihat mata Alena yang berkaca-kaca namun tetap menunjukkan senyum padanya.

"Saya minta maaf selama ini ganggu dan ngerepotin Mas. Maaf karena bikin Mas Surya ngerasa nggak nyaman.. dan maaf juga selama ini saya lama nyadarnya.."

Alena menjeda kalimatnya dan Surya tetap memperhatikannya dengan dalam. Entah kenapa setiap kata yang dikeluarkan Alena ikut membuatnya sesak.

"Makasih udah mau ngeladenin Alena, makasih udah mau dimintain bantuan terus.. tapi mulai hari ini nggak akan gitu lagi kok.."

Surya masih diam, Alena lalu menatapnya. Alena menatapnya seperti ini yang terakhir kali, karena setelah ini Alena sudah pasti akan membuang segala harapan dan memorinya tentang Surya. Alena mungkin terlihat berlebihan, tapi hal ini sangat dalam untuknya. Hal tentang persaudaraan, sangat dalam bagi Alena yang tidak pernah tau dan mengerti arti dari ikatan itu.

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang