"Kalo Kak Jae kemarin sekhawatir itu.. soalnya Kak Jae tunangan gue. Belum resmi sih, tapi kemungkinan besar kita nikah di masa depan."
Alena tidak akan pernah mungkin berbicara seperti itu di depan teman-temannya. Dia tau itu faktanya, tapi dia tidak akan mau mengakuinya.
"Kak Jae.. abangnya temen gue, abang dari temen yang udah gue anggap kakak sendiri."
Akhirnya, itu yang dia katakan pada Caca, Kiran dan Dean. Itu juga fakta kan? Alena juga lebih senang berpegang pada kalimat itu. Karena pada dasarnya, begitulah Jaevan di mata Alena.
Walaupun dia sempat membuka hatinya pada Jaevan karena ingin melupakan Surya, tapi sekarang semua itu sudah dia kubur dalam-dalam.
.
.
."MAKSUD KAMU APA BICARA SEPERTI ITU DI DEPAN KELUARGA WIJAYA?!"
Alena menunduk dalam, memelintir ujung dress yang ia kenakan malam itu.
"Pa, kita denger dulu penjelasan Alena."
Setelah menenangkan suaminya, wanita itu lalu mendekati putri semata wayangnya.
"Mama tau kamu lagi labil-labilnya, tapi kamu nggak boleh memutuskan sendiri kaya gitu!"
Alena lalu memberanikan diri untuk mendongkak untuk menatap kedua orangtuanya.
"Kenapa nggak boleh? Sampai kapan si Mah, Alena harus begini terus?! Alena tuh bukan bonekanya Papa sama Mama!"
Duduk permasalahannya adalah Alena yang baru saja menegaskan di acara makan malam antara keluarganya dan keluarga Wijaya, jika dia tidak akan pernah setuju dengan ide perjodohannya dengan Jaevan.
"Papa nggak pernah ngajarin kamu buat jadi nggak tau diri seperti ini. Masih kurang semua yang udah kita kasih ke kamu?"
"Papa sama Mama kasih apa yang kalian mau, bukan apa yang Alena mau," ucap Alena tajam.
"Apa yang kita mau itu yang terbaik buat kamu, dan Jaevan salah satunya yang terbaik buat kamu. Harusnya kamu bersyukur!"
Alena tersenyum sinis, "Oh, ya? Papa yakin Jaevan terbaik buat aku? Bukan buat perusahaan Papa?"
"Alena, apa susahnya sih sayang buat kamu nerima? Itu baik buat kamu, buat Papa juga.. lagian apa ada yang salah sama Jaevan?"
"Sama sekali nggak ada yang salah sama Jaevan.."
"Trus apa?!!" bentak Papanya geram dengan tingkah membangkang dari putrinya.
"Nggak ada yang salah! Alena cuma nggak mau kalo Alena sama Jaevan bakal berakhir kaya kalian!!" teriak Alena dengan marah.
"Jaga bicara kamu, Alenara!"
Iya, Alena sangat tidak ingin jika anaknya kelak akan menjadi sepertinya. Orangtuanya hanyalah dua orang workaholic yang sepakat menikah karena sebuah perjodohan, semua orang mengira semua akan menjadi lebih baik ketika Alena lahir. Tapi tidak juga, Alena tau arti kehangatan sebuah kasih sayang yang sesungguhnya hanya dari nenek yang membesarkannya.
"Alena tuh bukan cuma properti rumah tangga Papa sama Mama!! Alena juga punya perasaan!!!"
Pria di hadapan Alena itu melayangkan tangannya, walaupun pada akhirnya hanya terhenti di udara, namun cukup untuk membuat Alena terhenyak dan memundurkan langkahnya.
Seumur hidup, mungkin ini pertama kalinya Alena berontak. Selama ini dia selalu menjadi Alena yang menerima dan tidak pernah menyuarakan perasaannya. Diam dan mengalah adalah cara yang selalu Alena gunakan untuk setiap masalahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket
FanficForelsket (n.) ㅡthe word for when you start to fall in love. a euphoria in a sense; the beginning of love. Tentang lima siswa dan tiga siswi SMA Nusa Bangsa, dan cerita mereka.