Caca berjalan seorang diri menyusuri trotoar yang lengang sambil sesekali menendang kecil kerikil-kerikil yang ada di depannya. Langkah gontainya diiringi syahdunya pemandangan senja yang membuat gadis itu terlarut dalam pikirannya. Kejadian di lapangan basket tadi cukup meninggalkan tanda tanya besar bagi Caca.
'Kenapa itu angry chicken keliatan khawatir banget, ya?'
'Mereka punya hubungan apa sih?'
'Kenapa Alena nggak pernah cerita ke gue?'
Pertanyaan itu terus berputar di otak Caca, dan tentu saja Caca penasaran karena biar bagaimana pun Alena adalah sahabatnya. Tapi entah mengapa, gadis itu juga merasa sedikit kecewa. Entah kecewa karena Alena tidak menceritakan perihal kedekatannya dengan Jaevan, atau kecewa untuk hal lain yang bahkan tidak dipahami Caca.
"Akhirnya kita ketemu juga, Damara Crysta."
'Damn it,' batin Caca otomatis saat melihat apa yang ada di depannya.
Caca menghentikan langkahnya karena saat ini dia dihadang oleh tiga orang lelaki yang menjadi musuh bebuyutannya sejak SMP. Caca waktu itu pernah menolong seorang temannya yang sedang diganggu oleh tiga orang ini dan sejak saat itu mereka menaruh dendam pada Caca.
"Halah, lo lagi. Gak kapok gue bikin babak belur kemarin?" ujar Caca memprovokasi mereka.
"Udah gak usah banyak omong! Maju sini lo," kata salah seorang lelaki itu menantang Caca.
"Haha.. tiga cowok lawan satu cewek? Banci lo pada!"
"Bacot!"
Mereka akhirnya masuk dalam pertarungan yang cukup merepotkan Caca. Sedari tadi gadis itu hanya mencoba menghindar dan sesekali memberi hantaman dengan tangannya. Jujur saja Caca agak kelimpungan, selain karena tiga lawan satu, juga karena Caca saat ini mengenakan rok sehingga ruang geraknya tidak leluasa.
Setelah berhasil menumbangkan satu orang dengan jurus bantingannya, kini Caca berhadapan dengan si pemimpin geng. Gadis berambut sebahu masih berusaha untuk menghindari serangan dari orang itu, agar tidak melukai wajahnya, karena akan bahaya kalau mama nya tahu jika dirinya terlihat perkelahian. Saat sedang sibuk menghindari serangan, Caca tidak sadar kalau dari arah belakang, salah satu anak nakal itu mencoba menghantam Caca dengan benda tumpul.
Orang yang akan menghantam Caca tersebut tiba-tiba terpental ke arah samping karena tendangan yang cukup keras. Caca yang melihat hal itu kemudian menyadari bahwa ada bala bantuan yang datang.
"Lo gak apa, Ca?"
"Lah? Dean?" Caca terperangah kaget.
"Mundur. Biar gue yang beresin."
Belum sempat Dean mengambil tindakan lebih jauh m, anak-anak nakal itu sudah keburu kabur meninggalkan Caca dan Dean.
''Lo gila, ya?! Nyawa lo ada sembilan apa gimana? Lo beneran gak apa, kan?'' Dean memeriksa wajah dan kedua tangan Caca.
''Udah biasa kali, ah! Gue gak apa, kok. Ngomong-ngomong gue terharu nih ternyata bayi gue bisa berantem.. Thanks ya udah bantuin Mama."
"Gue tendang juga ya lo, Ca! Rumah lo mana? Gue anter pulang. Bisa aja itu orang ntar bawa temen lebih banyak lagi."
"Uluh uluh.. Gue terharu lagi, nih! Sore-sore gini dianterin drummer ganteng SMA Nusa Bangsa, mau banget dong kak diboncengin kaya sinetron-sinetron gitu," cerocos Caca sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Jadi agak nyesel ya gue nawarin lo. Bodo ah, gue mau pulang aja." Dean menghembuskan napas prihatin.
''Eh.. eh bayi gantengku jangan ikut-ikutan rese kaya si angry chicken gitu dong?" Caca mencebikkan bibirnya dengan sebal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forelsket
FanfictionForelsket (n.) ㅡthe word for when you start to fall in love. a euphoria in a sense; the beginning of love. Tentang lima siswa dan tiga siswi SMA Nusa Bangsa, dan cerita mereka.