Sehari-hari

189 31 1
                                    

Caca menunggu dengan bosan di dalam kelas bimbingannya, belum ada satu orang pun yang datang ke kelas tersebut. Jadi Caca memutuskan keluar dari kelas kemudian melihat-lihat hiruk pikuk siswa dan siswi yang mulai berhamburan pulang sekolah. Saat sedang melepas pandangnya, Caca tidak sengaja menangkap pemandangan sosok Jaevan dan Alena yang sedang berjalan beriringan. Kemudian Caca merasakan ada sesuatu yang dingin menempel di pipinya.

"Minum dulu, neng. Biar adem hahaha.. Katanya gak mau bawa perasaan tapi kok diliatin terus?" ucap Brian yang membawakan soda kalengan untuk Caca.

"Apasih, Kak? Ngagetin aja. Ini pada kemana kok kelas kosong gini?'' Caca mengalihkan pembicaraan.

"Pak Agus gak bisa dateng terus anak kelas 11 lagi kumpul buat sosialisasi studytour, jadi kayanya bimbingan hari ini cancel dulu deh, Ca."

Caca mendegus sebal, ''Halah terus ngapain gue nunggu dari tadi, mending gue pulang.''

''Hmm... gimana kalo kita main arcade aja yuk, mumpung free juga kan lo.''

''Boleh tuh, lama gak main ke mall. Tapi Kak, gue mau tanya serius ke lo.''

Brian mengernyitkan dahinya denga bingung, ''Hmmm? Tanya apaan?''

''Lo mau bunuh gue secara perlahana ya kak? Kemarin ngajakin minum kopi sekarang lo kasih gue soda. Gue tuh punya maag Kak,'' ucap Caca tetap saja meminum soda kaleng yang dibawa Brian

"Eh, sumpah lo? Siniin kalo gitu!"

Brian meminumnya.

"Dah abis, nih buangin ke tempat sampah.''

Lelaki itu merebut minuman Caca lalu meminumnya sampai habis.

"KOK LO HABISIN, SIH?!''

🍃🍃🍃

Brian dan Caca sudah sampai di mall tujuan mereka. Kini mereka berjalan menuju lantai atas tempat permainan arcade. Tapi tiba-tiba Brian berhenti lalu menahan tangan Caca yang berjalan mendahuluinya.

''Tunggu, Ca. Kita mainnya lain kali aja, ya?'' Brian meraih tangan Caca kemudian menatap lurus ke satu titik.

''Hah? Kenapa?''

Caca kemudian mengikuti arah pandangan Brian. Ternyata disana ada Dean dan Kirana yang sedang bermain Pump It Up sambil bercanda dan tertawa lepas berdua. Sementara Brian hanya mampu menatap sendu ke arah mereka berdua. Dia jadi menyesali keputusannya untuk bermain arcade hari ini.

''Udah jangan diliatin mulu, kita turun aja yuk, mau nonton nggak?'' tanya Caca mencoba menghibur Brian.

Brian hanya mengangguk lemah lalu menuruti Caca yang saat ini menarik tangan Brian untuk pergi dari tempat itu.

Setelah memesan tiket, Caca dan Brian duduk berdua di tempat tunggu dalam bioskop. Sejak melihat Kiran dan Dean tadi, Brian menjadi tidak bersemangat lagi, mukanya muram.

Caca akhirnya mencibir Brian, ''Lemah lo, Kak. Kayanya kemarin ada yang baru aja ngasih tau gue buat move on dari masa lalu, eh sendirinya letoy gini kek kanebo basah.''

''Susah ya ternyata buat ngubur perasaan gue buat Kiran,'' kata Brian.

''Hmmm... hmm.. udah.. udah. Gak usah dangdut, gue gak pinter ngehibur bucin yang lagi melow kaya lo.''

Brian menatap ke arah Caca, ''Lo bisa bantuin gue buat lupain Kiran gak, Ca?''

''Hm? Caranya?''

🍃🍃🍃

"Temen gue beneran fakgirl kalo ini mah.." gumam Dean.

Dean yang merasa ada aura tidak enak di sekitarnya langsung mendongkak dari ponsel yang ditatapnya. Dia auto melihat tatapan tajam Alena, alis Kirana yang menyatu karena heran, dan wajah datar Caca yang sedang memakan lolipopnya.

"Siapa maksud lo?"

"Caca lah, siapa lagi? Itu kolom komen apa asrama putra? Nggak di twitter nggak di instagram."

Dean lalu menunjukkan postingan terbaru Caca yang memang banyak dikomentari oleh para geng bujang.

Caca menyibak rambut dengan sengaja, "Ya kenapa sih.. pesona gue itu."

"Dean kok ngomong Caca fakgirl sih? Ga boleh gitu ihh.." tegur Alena.

"Hehe.. Iyaa, Alena. Maaf nanti nggak ngomong fakgirl lagi deh.."

"Bukan itu! Maksudnya tuh Caca bukan fakgirl.. kan disitu kelihatan Kiran yang fakgirl!"

"Kelihatan gimana, sih? Orang biasa aja?"

"Ya pokoknya fakgirl!"

Kiran menjitak kepala Alena karena rasa sebalnya yang sudah tidak tertahan.

"SAKIT KIRAN!!"

"Lah elu sembarangan! Lagian sejak kapan lu tau fakgirl fakgirl?"

"Sejak lo putus.. kata orang kalo pacarannya sebentar doang itu namanya fakgirl."

"Kata siapa?"

"Kata gue," sahut Caca.

Kirana setelah itu melirik Caca dan mereka bertatap-tatapan dengan intens, jika divisualisasikan ala webtoon, sekarang keduanya sudah mengeluarkan efek aliran listrik.

Kiran dan Caca meringis kesakitan lalu menatap tajam Alena yang barusan memukul kepala mereka menggunakan tempat pensil.

"Jangan berantem lagi hey colokan mejikom! Centong nasi! Sewa rooftop sekolah mahal tau!"

Dean cuma bisa menghela nafas, dia sudah mulai terbiasa dengan kelakuan mereka bertiga.

"Mau ngantin nih gue, ikut nggak?" kata Dean.

Alena menyahuti dengan semangat, "Ayoo.. aku mau beli es susu!"

Dean melirik dua sisanya, dan mereka berdua hanya menyetor cengiran pada Dean dan Alena.

"Nitip dong es jeruk nipis satu hehe" kata Caca.

"Gue ice chocomelt satu," sambung Kirana.

"Kan.. kan.. dibabuin lagi kan gue," keluh Dean. "Ya udah.. yuk, Al!"

Namun tidak ada jawaban dari Alena. Kemudian Dean menatapnya dengan bingung, lalu Alena menjawab, "Hmm... ya udah deh gue nitip juga yaa, Dean."

Alena perlahan kembali ke tempat duduknya lagi. Saat itu juga Dean seperti ingin membalikkan meja di depannya. Tapi sayang inventaris sekolah, mahal kalau disuruh ganti.

ForelsketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang