"Kau bukan lagi seorang coass, dr. Haruno. Untungnya kopimu itu tidak menumpahi Nyonya Uchiha."
Kepalaku masih tertunduk bahkan saat dr. Onoki meninggalkanku. Pasien gawat darurat tadi telah ditangani oleh dokter ortopedi. Sesuai hasil pemeriksaan di radiologi, pasien tadi mengalami beberapa patah tulang termasuk kaki dan jari tangan. Benar-benar korban kecelakaan yang mengenaskan, maksudku karena dia adalah wanita setengah baya yang mungkin usianya sama seperti ibuku.
Dan bodohnya, orang sepertiku hanya bisa menumpahi jas sendiri dengan americano. Sungguh, aku tidak tahu ke mana perginya sikap tanggapku yang dulu selalu ada saat masih menjadi coass. A-aku hanya panik karena aku bukan lagi coass, melainkan dokter sungguhan. Tapi ayolah, Sakura Haruno, kau adalah dokter yang akan menangani seorang pasien pertama kali sebelum pasien itu mendapat rujukan.
"Sial."
Aku berjalan meninggalkan ruang UGD yang telah lengang. Sesuai saran seorang perawat di sini, aku perlu ke kamar mandi untuk membersihkan jasku. Shiftku masih akan berakhir lama, setidaknya enam jam dan aku tidak mungkin akan bekerja dengan noda besar pada jas dan blusku. Langkahku kupercepat, menuju toilet yang ada di lantai satu.
Saat berada di belokan lobi, kakiku yang memang saat ini tengah berjalan dengan kecepatan di atas biasanya, juga karena kepalaku yang terlalu terfokuskan pada sumpah serapah, aku menabrak sesuatu hingga nyaris terjengkang kalau saja tangan kiriku tidak ditahan oleh sesuatu itu. Aku refleks menutup mata rapat-rapat dan memegangi sesuatu yang keras dan kuat itu.
"Hey, kau baik?"
Aku membuka mata saat mendengar suara itu menanyaiku. Kemudian saat kedua mataku menangkap rupa sosok yang kini tangah berdiri di hadapanku dengan tangannya yang memegangi tanganku, aku menahan napas. Cepat-cepat aku melepaskan tanganku dari genggamannya, sedikit seperti menyentak—karena niatanku memang begitu.
Dengan kikuk aku membalas, "Oke." Dan detik berikutnya aku menyesal akan jawabanku yang salah sasaran itu, tapi bodoh amat karena yang perlu kulakukan sekarang adalah menutupi nametag di dada kiriku dan pergi ke tempat tujuanku dengan cepat, mengabaikan pria itu yang mungkin masih mengawasi. Karena sial, pria yang kutubruk tadi adalah pria yang mengigit putingku—maksudku pria yang nyaris merenggut ONS perdanaku.
Bagaimana orang itu bisa ada di sini, huh? Semoga dia tidak mengingatku.
"Hey, Newbie." Shizune tiba-tiba datang dari arah pintu toilet. Kami nyaris bertubrukkan. Wajahnya yang semringah saat menyapaku berubah terkejut saat melihat noda pekat besar di dadaku. "Astaga, siapa yang memuntahimu?"
Aku mendengus mendengar pertanyaannya. Moodku sedang sangat buruk untuk diajak bercanda, sungguh. "Hari sial."
Kemudian aku masuk ke toilet dan berdiri di depan wastafel. Setelahnya Shizune ikut masuk lagi ke toilet bersamaku dan berdiri di sampingku, mengamatiku yang kini tengah membersihkan noda di jasku dengan cemberut. Beberapa detik, hanya ada suara pancuran air yang terdengar, saat kulirik dari kaca, Shizune mengamatiku dengan energi yang seolah menungguku untuk membuka suara. Maka aku mendengus. "Aku melakukan hal bodoh saat ada pasien masuk dan tadi aku menabrak seseorang yang bahkan tidak ingin kutemui."
Shizune ber-aw panjang dengan nada prihatin. Ia mendekat untuk menepuk-nepuk pundakku pelan. "Kau sedang ada masalah, ya? Tidak biasanya kau seperti ini."
Aku mendengus lagi, kemudian menggeleng pelan. "Entahlah."
Shizune mengusap-usap pundakku kemudian. "Tidak apa-apa. Setiap orang melakukan kesalahan, kan? Setidaknya masih ada dokter lain yang bisa menutupi kesalahanmu itu. Jadikan ini sebagai pelajaran, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicate ✓
FanfictionAku bersumpah mendengar jelas nada super bahagia dari ibuku yang meneleponku dengan kabar kalau pacarku melamarku. Hey, aku bahkan tidak punya pacar!