"Namanya Sasuke Uchiha, kau mungkin sudah tidak asing lagi dengan namanya karena—ya—dia pemilik salah satu perusahaan arsitektur terbesar di negeri ini."
Sial. Jangankan nama, gigitannya pada putingku pun masih sangat terasa.
"Berengseknya memang kentara," gumamku sembari mengembalikan ponsel Karin yang digunakannya untuk menujukkan potret si Sasuke Uchiha.
Tapi—hey, tunggu dulu! Rasanya seperti ada yang lebih familier di sini. Maksudku sesuatu yang berhubungan dengan si Sasuke-Sasuke ini, seperti misalnya Uchiha, perusahaan arsitektur, Konoha, pertemuan di Youth club yang baru diresmikan, 'papasan' di rumah sakit—
—OH LORD, sialan! Sahabat yang Karin taksir ini adalah bosnya Ino sekaligus mantan bosnya Tenten! Lebih dari itu, dia adalah pamannya Hana si bocah ballet yang kutolong beberapa hari lalu, dan dia juga putra dari pasien gawat darurat kemarin, Nyonya Mikoto Uchiha!
FHUCK!
"Cafe kakakku ini, Sasuke yang merancangnya. Hebat, kan?"
***
Selain aku yang nyaris ditiduri oleh crazy rich Konoha, aku juga kepikiran tentang reputasiku sebagai 'bocah rantau baik yang fokus pada impiannya dan bukan mengangkang untuk pria kaya'. Sungguh, aku tidak ingin rumor yang seperti itu menyebar di berbagai kalangan dan menghancurkan nama baikku dalam lingkup kelompokku sendiri. Sekali lagi, walaupun sex bukanlah hal yang tabu, tapi gosip seperti itu tetap senyata kasus korupsi Menteri Negara Danzou Shimura.
Lagi pula bagaimana dengan perasaan teman-temanku? Kalau Ino, aku yakin dia akan menertawaiku karena kami tidak sempat melakukannya, tapi Karin? Aku tidak yakin dia akan tetap menyukaiku. Yang terburuk, dia akan memandangku dengan angkuh—seperti caranya memandang orang-orang dengan dagu terangkat sembari berkata dengan sinis, "Lihatlah, jalang kecil ini telah mendapatkan orgasm dari pria yang kusukai."
Tapi ya Tuhan .. i-itu tidak mungkin terjadi, kan? Karin hanya perlu tidak mengetahui hal ini. Aku juga tidak berencana untuk memberi tahunya. Dan aku yakin, Sasuke itu bukanlah pria kurang kerjaan yang akan curhat ke sana-sini tentang malam itu.
Dan sekarang, aku duduk dengan kaku di kursi kerjaku sembari menatap laptopku yang menyala. Jemariku kemudian mulai mengetikkan sebuah nama pada kolom pencarian dan enter. Aku bersyukur karena kecepatan sinyal internet di sini tidak pernah mengecewakan, maka perangkat pencarian itu langsung menyuguhiku banyak sekali artikel dan gambar sesuai keyword yang kutuliskan tadi. Sasuke Uchiha.
DDRRTTTTttt!
Aku terjengat saat ponselku yang sejak tadi tergeletak di samping laptopku bergetar heboh. Nama Piggy-Yamanaka tertera di sana, maka tanpa pikir panjang aku mengangkat sambungan video call itu. Tak lama, aku bisa melihat wajah Ino yang seperti tengah terburu-buru dan dia masih berada di kubikel kantornya.
"Hey, Jidat!" sapanya setengah berbisik.
"Hey, ada apa?" tanyaku dengan tenang sembari terus menscroll laman pencarianku. Aku mengclick salah satu artikel terbaru tentang sebuah wawancara dengan Sasuke Uchiha minggu lalu.
Ino bergerak-gerak berisik, ia ternyata sedang mengaktifkan earpodsnya sebelum berbicara, "Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku, Nona muda!"
Apa ini hal yang perlu kuwaspadai? Kurasa iya. "Tidak tuh? Memangnya kenapa?"
Ino sedikit menunduk, seolah bersembunyi di balik layar komputernya. "Kau mengenal bossku, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicate ✓
FanfictionAku bersumpah mendengar jelas nada super bahagia dari ibuku yang meneleponku dengan kabar kalau pacarku melamarku. Hey, aku bahkan tidak punya pacar!