_
_
_
Ini bukan hanya sekedar kehilangan, tetapi bagaimana caranya mempertahankan.
Begitulah sekiranya ungkapan yang cocok untuk hubungan ketiga orang yang seakan diikat oleh takdir. Dipertemukan dengan begitu apik, menyimpan cerita masing-masing, kemudian menyembunyikannya hingga menjadi sebuah rahasia. Jungkook, Yoorin dan Taehyung. Tiga insan yang mempunyai takdir yang saling berhubungan.
Kehilangan adalah hal yang paling mengerikan bagi setiap orang. Membiasakan diri tanpa seseorang yang biasanya selalu ada begitu menyakitkan, ada yang kurang, terasa berbeda. Tapi jika dikaji kembali, jika tidak ingin kehilangan bukankah harusnya bisa mempertahankan. Kembali lagi, jika tidak bisa mempertahankan maka bersiaplah kehilangan. Itu siklusnya.
Lampu kamar yang ditempati Taehyung masih padam, udaranya begitu pengap, dan bau alkohol masih terasa dengan Taehyung yang terduduk melipat lutut disudut kamar. Tujuh bulan telah berlalu sejak Yoorin meninggalkannya tanpa kabar, hingga membuat Taehyung nyaris setiap malam menghabiskan beberapa botol minuman beralkohol dan hampir setiap hari mengurung diri setelah kepergian Yoorin—terkesan begitu kejam.
Rahasia yang disembunyikan Taehyung ternyata membuat bom waktu meledak begitu dahsyat. Kesalahan yang pernah dilakukannya kepada seorang sekretarisnya dulu menjadi senjata penghancurnya sendiri. Taehyung sadar, dirinya tidak bisa dimaafkan, tapi haruskah Yoorin menghilang dan meninggalkannya begitu saja. Tidak bisakah Yoorin melihat pengorbanannya selama ini?
"Tae... Sayang buka pintunya." Suara ibu Taehyung yang berada di depan pintu Taehyung terdengar begitu lirih. "Sampai kapan kau akan seperti ini sayang, berhenti menyiksa dirimu nak."
Taehyung mendongak sesaat, menatap pintu kamarnya kemudian tersenyum tipis. Aku sudah tersiksa bu, bahkan hampir mati saat sumber kekuatanku menghilang.
"Tae, dengarkan ibu. Kau harus keluar kamar. Pamanmu tidak bisa terus-terusan mengurus masalah perusahaan. Berhentilah nak, ibu mohon."
Taehyung memejamkan matanya sesaat, membenturkan bagian belakang kepalanya ke arah dinding berkali-kali, tangannya mengepal kemudian dengan cepat melempar satu pukulan kuat pada dasar lantai hingga membuat punggung tangannya memar dan berdarah. Taehyung memperhatikan tangannya yang bergetar, lengan hoodie yang tengah dipakainya tersingkap dan menampilkan beberapa bekas sayatan yang sudah mengering.
Taehyung kembali mengulas senyum tipis, "Sudah kering yah? Kenapa aku tidak bisa merasakan sakit pada tubuhku lagi?" Katanya sembari memegangi bekas sayatan. Taehyung menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat beberapa kali tangannya dengan silet. Menurut Taehyung rasa sakit di hatinya akan berkurang jika digantikan oleh rasa sakit pada tubuhnya. Percuma, tidak berhasil. Taehyung tidak merasakan apapun dan ternyata rasa sakit di hatinya melebihi rasa sakit apapun sekarang.
"Tae.., Jiwo ada di bawah, dia bersama putrimu nak. Temui dia. Bicara baik-baik."
Jiwo. Han Jiwo.
Kenapa ibunya harus mengatakan nama itu di saat seperti ini. Menurutnya, Wanita itulah yang membawa luka pada dirinya. Jiwo penyebabnya. Tatapan Taehyung begitu tajam, dia membasahi bibirnya dengan lidahnya kemudian tersenyum miring—meremehkan.
"Sayang, putrimu membutuhkanmu. Kau ayahnya, bertanggung jawablah. Temui dia. Kau tidak bisa lari begitu saja Kim Tae—"
Suara ibu Taehyung terhenti ketika pintu kamar itu terbuka begitu saja dan menampilkan presensi Taehyung di depan ibunya. Rambutnya berantakan dan ditutupi oleh topi hoodie, tubuhnya begitu kurus, ada kumis tipis tumbuh, jerawat pada pipi, dan bau alkohol yang begitu menyengat. Kondisi Taehyung benar-benar kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HIDDEN LOVE (JJK)
FanfictionTEMAN? kata yang selalu aku jadikan sebagai alasan menyembunyikan perasaanku. Dia terlalu jauh. Dia bintang yang terlalu bersinar yang mungkin tidak akan bisa kuraih sampai kapanpun. Jeon Jungkook..My Hidden Love -Choi Yoorin