PS: aku saranin bacanya sambil Dengerin lagu Kim Bum Soo- I Will Go tO You Like First SnowSelamat membaca
_
_
_
Yoorin lebih keras kepala dari yang Jungkook bayangkan. Wanita itu mengabaikan seluruh perkataan Jungkook, tidak ingin menerima telepon dari Jungkook, menyuruh Jungkook kembali pada Ryujin dan melupakannya. Tapi tidak semudah itu, bagaimana jika perasaan Jungkook hanya tertinggal untuk Yoorin. Itu tidak bisa dipaksa. Ditambah lagi ada bayinya dalam perut Yoorin, membayangkan bahwa akan ada replika Jungkook kecil yang segara hadir dalam kehidupannya hampir membuat Jungkook berdebar setiap saat.
Seperti pagi ini, Jungkook yang sedang mengamati apartemen milik Yoorin di dalam mobilnya tanpa berniat mengganggu wanita tersebut. Hanya ingin melihat dari kejauhan, mengikis sedikit rindu pada Yoorin dan— calon bayinya. Jungkook nyaris tidak bisa tidur saat malam, ingin menyentuh bayinya, ingin memeluk Yoorin.
Tiba-tiba balkon apartemen yang Yoorin tempati terbuka. Yoorin keluar dengan menggunakan gaun putih selutut bermotif bunga, rambutnya digulung asal, perutnya terlihat lebih besar sekarang. Raut wajahnya terlihat lelah, Yoorin menyeka keringat pada dahi ketika berhasil menjemur selimut tebal berwarna biru miliknya. Pasti sangat melelahkan untuk ibu hamil melakukan pekerjaan itu.
Jungkook ingin berlari kesana, membantu melakukan apapun dan membiarkan Yoorin duduk santai hanya dengan memerintah. Seperti pasangan pada umumnya saat tahu kekasihnya mengandung, melakukan apapun asal sang ibu bahagia. Tidak lelah, dan selalu sehat. Tapi Jungkook kembali mengurungkan niat, rasanya dia tidak ingin kehilangan Yoorin lagi. Dia tidak ingin membuat Yoorin menjadi tidak nyaman dan berakhir menghindar lagi.
"Satu September." Gumam Jungkook. Kemudian menatap Yoorin dari dalam mobil, "apa kau mengingat hari ini Yoo, ulang tahunku." Jungkook tersenyum tipis. "Aku merindukanmu."
Pandangan Yoorin lurus ke depan, kosong seperti memikirkan sesuatu. Bukannya dia tidak ingat, dia tahu seberapa penting hari ini untuk seseorang. Yoorin mengusap perutnya lembut, "hari ulang tahun Daddy sayang. Dia pasti sedang bersama Ryujin hari ini." Yoorin tersenyum tipis, "mommy merindukannya. Sungguh. Mommy rindu dia."
Tangisan Yoorin tiba-tiba saja pecah. Badannya bergetar, kakinya terasa lemah hingga dia harus berpegangan pada pembatas balkon. Hatinya pilu, sakit. Yoorin lelah dengan semuanya, lelah menyembunyikan cinta yang pada akhirnya membuat dirinya begitu menderita. Harusnya dia menjadi egois, tidak memikirkan perasaan orang lain, tidak peduli dengan hati Ryujin. Harusnya Yoorin cukup mengatakan pada pria itu bahwa dia membutuhkan Jungkook, maka Jungkook akan segera berlari padanya tanpa memperdulikan apapun.
Jungkook yang berada di dalam mobil merasakan hal yang sama. Rasa sakit yang Yoorin rasakan tersampaikan dengan sempurna dan bahkan dia merasakan dua kali lebih sakit. Jungkook meremas stir mobilnya, mengalihkan pandangan dari Yoorin yang tengah menangis. Air mata Jungkook turun begitu saja. Jungkook menunduk, membenturkan kepalanya beberapa kali pada stir mobil.
Dia rindu Yoorin. Rindu calon bayinya.
Yoorin tiba-tiba merasa kram pada perutnya. Seperti diremas kuat, intensitas rasa sakitnya semakin menjalar hingga punggungnya. Yoorin mulai mengatur nafas perlahan, mencoba mereda kram pada perutnya yang semakin sakit hingga terasa keseluruh tubuh. Pandangan Yoorin jatuh pada air yang mengalir pada paha hingga betisnya. Dia panik luar biasa hingga hampir saja terjatuh jika dirinya tidak berpegangan kuat pada pembatas balkon.
Jungkook yang menyadari hal itu langsung keluar dari mobil, berlari menuju apartemen Yoorin. Pintu apartemen diketuk begitu cepat—tergesa-gesa, meminta Yoorin untuk segera membuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HIDDEN LOVE (JJK)
Fiksi PenggemarTEMAN? kata yang selalu aku jadikan sebagai alasan menyembunyikan perasaanku. Dia terlalu jauh. Dia bintang yang terlalu bersinar yang mungkin tidak akan bisa kuraih sampai kapanpun. Jeon Jungkook..My Hidden Love -Choi Yoorin