Jae always hates his name "Anjaeni" since childhood. For some reasons, he just found his name makes no sense. That's why Jae risih banget waktu denger temen-temen "Cell Group"-nya manggil seorang cewek berparas lugu dengan senyum manis dengan mata s...
"Sumpah ya, merge bikin pusing Bang! Lagian ngapain sih ada project Merging segala? Padahal ya cuman satu-satu orang aja yang disuruh kerja kan? Maksudnya ilmu yang biasa kita terapin tuh jadi kecampur-campur," Dhanu ngoceh lagi sambil menyelipkan batang rokok di antara giginya.
Sandy sendiri yang dari tadi diam hanya menganggukkan kepala mendengarkan keluhan Wisnu dan Dhanu sebagai team member. Jujur aja, sebenernya Jae nggak bisa menghakimi Wisnu dan Dhanu yang merasa terbebani sebagai team member, namun sedikit banyak Jae juga tahu posisi Sandy di sini jelas sedikit susah - ya jelas lah - kan Sandy adalah seorang Senior Team Leader; dia bakalan dituntut sama atasan dan client juga, tapi Sandy harus dengerin obrolan kami. Hahahaha. Miris kan?
Malam hari ini, para bocah-bocah pejuang malam ini duduk nongkrong-nongkrong sambil rokokan, walaupun hanya tiga manusia yang rokokan sih, sisanya sama sekali nggak sentuh rokok. Anjaeni contohnya.
Jae! Please, please panggil dia Jae. Dia agak salty kalau dipanggil Anjaeni.
'Nama apaan itu?' itulah yang bakalan keluar dari mulut Jae kalau ada yang manggil dia dengan sebutan "Anjaeni". Sandy sih yang paling sering, namun Jae udah biasa lagi pula hidupnya memang penuh dengan bulan-bulanan soal namanya kok.
Ya, Jae nggak jauh dari kata roasting dan pertanyaan-pertanyaan menyebalkan dari orang-orang sekelilingnya.
Jae memandangi semua chat yang masuk ke dalam hapenya. Mulai dari group kantor, group pelayanan di gereja, group chat dari Cell Group. Ramai. Beberapa dari chat tersebut menyebalkan, terutama chat dari Kakaknya. Grace. Keselnya Jae udah sampai ke ubun-ubun aja nih.
Dateng ke chat langsung nanyain nikah lagi. Belum lagi nyuruh Jae ke Amerika kaya lagi nyuruh Jae ke Semarang, atau ke Bali. Emang sih, semua akomodasi bakalan di tanggung sama Dad, tapi tetep aja. Jae anak cowok, dia harus bisa cari uang sendiri juga biar nggak ngerepotin Dad terus.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Wajah lu kenapa si Bang kecut banget? Kaya ketek Mang Blek aja kecutnya?" pertanyaan itu lolos dari mulut Wisnu. Jae yang mendengar itu hanya mendengus kesal, di sebelahnya Dhanu menggaruk kepalanya sambil memandangi Wisnu dengan penuh tanya.