32 :: The Heavy Storm

229 36 2
                                    

AUTHOR'S NOTE :

PLEASE NOTE THAT THIS CHAPTER CONTAIN OF VIOLENCE AND FOR THOSE WHO  COULD GET TRIGGERED  BY VIOLENCE PLEASE SKIP THIS CHAPTER

***

[Another Two Months after, Longue, Saturday 14.21]

Sore itu, Longue Gereja sangat ramai dengan orang. Jae duduk sambil mulai nyetem senar gitarnya dengan hati-hati sembari melirik ke jam tangannya berkali-kali. Entah kenapa sejak tadi Jae merasa perasaannya nggak enak. Mungkin karena cuaca mendung diluar yang bikin Jae berulang melihat ke layar hape. Menunggu pesan dari orang tertentu yang ia harapkan segera membalas pesannya. Alesha. Gadis itu sibuk meeting hari sabtu gini. Jae kesal karena Alesha harus kerja di hari sabtu padahal Jae ingin mengajak gadis itu keluar malam ini setelah ia selesai tugas untuk ibadah Youth. Tapi Alesha saja belum baikan sama Marsha. Belum sepenuhnya sebenarnya. Gadis itu udah nggak ghosting Marsha lagi namun masih menolak pergi kalau ada Marsha di sana. 

Padahal sama Mey, Alesha udah biasa aja. Jae nggak maksa, karena dia paham kenapa Alesha bersikap defensif begitu. Ia nggak mau kecewa lagi dengan kenyataan kalau ternyata Marsha tidak sepercaya itu kepada Alesha setelah bertahun-tahun sering bersama, walaupun Jae masih selalu bilang sama Alesha kalau dia nggak seharusnya melakukan itu. Jelas Marsha punya alasan sendiri untuk menyembunyikan hubungannya dengan Mey. Mungkin ada hati di hidup Marsha yang harus ia jaga? 

Marsha sekarang sibuk briefing anak Creative Ministry yang tugas untuk ibadah youth ini selagi ia mereview beberapa gerakan-gerakan dance. Sementara Sammy lagi strumming bass di sebelah Jae. 

"Elu kenapa dah? Daritadi useeeek mulu. Kangen lu sama Ucha?" 

Jawabannya enggak. Jae cuman lagi nggak bisa diem aja. 

"Ye, dasar. Udah strum si Sir Nutcracker aja."

Dipikir Jae tidak melakukannya dari tadi? Jae sudah kembali mengecek semua peralatannya dan kenyataannya memang nggak ada salah dengan hal itu. Nggak ada yang salah dengan gitarnya, nggak ada yang salah dengan kuncinya, nggak ada yang salah dengan senar gitarnya. Semua on tune. 

Jae tidak tahan lagi, ia kemudian menyambar hape yang tergeletak di sampingnya dan menekan tombol satu cukup lama dan mendengar nada sambung dingin di ujung sana. Lalu suara renyah dan ceria menyambut Jae, "ya Ko?" 

"Kok nggak bales sih dari tadi? Dimana? Udah selesai meetingnya?" tanya Jae. Anehnya suara gadis itu bahkan nggak bikin Jae merasa tenang. 

"Ini masih meeting Ko, aku tadi izin ke toilet. Mungkin masih agak lama. Seru banget bahas ceritanya juga soalnya. Kenapa, Ko?" 

"Aku jemput ya?" 

"Eh? Bukannya Koko mau tugas, ya? Alu belum selesai dan ini udah jam satu lewat, nanti nggak keburu latihan kalau jemput aku. Lagian aku belum tahu kan mau pulang jam berapa. Aku sendiri aja, Ko. Koko fokus aja latihan, karena semua yang tugas kan harus ikut run-through. Koko juga pemusik, jelas esensial loh. Aku balik sendiri aja," suara Alesha di seberang sana terdengar sangat tenang. Berbeda dengan Jae yang entah kenapa mendadak gugup tanpa alasan yang cukup jelas. 

"Aku mau ajak kamu keluar nonton Jazz habis ibadah youth, jadi mendingan kita ikut ibadah Youth habis itu cabut. Aku jemput kamu habis latihan gimana?" 

"Nggak usah aneh-aneh deh! Jelas lebih nggak keburu dong. Aku nanti ikut ibadah youth kok. Koko tenang aja di sana, aku pulang ke rumah terus mandi-mandi baru aku nyusul Koko ke gereja ya? Win-win kan?" tanya Alesha dengan suara yang super lembut. Jae menghela nafas panjang dan dalam. Anehnya, suara itu sama sekali nggak membantu. 

Call Me by My Name - Lokal! Alternate Universe • pjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang