30 :: To The Depth of Talk

245 34 0
                                    

"Itu Ucha sama Marsha kenapa sih?" mendadak Sammy muncul di samping Jae yang sedang sibuk memperhatikan hapenya yang penuh dengan chat dari berbagai macam group. Kepalanya pusing karena masalah pekerjaan besok Senin, belum lagi waktu Alesha seharian ini uring-uringan karena harus tugas bareng Marsha.

Seminggu sudah berlalu sejak kejadian Mey dan Alesha ngobrol serius tentang hubungan Marsha dan Mey yang apparently serius. Alesha bilang kalau ia nggak ada masalah sama Mey, karena penjelasan Mey completely masuk akal dan Alesha berusaha untuk memahami dan relate. Sayangnya, Alesha nggak bilang apa-apa soal ber-rekonsiliasi dengan Marsha. Itu yang bikin Jae bingung. Bagaimana mungkin Alesha nggak masalah dengan Mey, tapi bermasalah dengan Marsha? Bahkan mendiamkan Marsha-nya juga agak ekstrim, yaitu Alesha dingin banget sama Marsha. Bahkan cewek itu ghosting Marsha bahkan dalam group chat. Alesha terang-terangan marah sama Marsha, dan Jae nggak tahu kenapa. 

Jelas Jae tahu kalau Alesha marah bukan karena dia cemburu Marsha punya pacar. Sejak awal juga Marsha sudah wanti-wanti dan bilang pada Jae kalau hubungan mereka berdua, benar-benar stricly plantonic. Tidak ada perasaan sayang antara laki-laki dan perempuan, benar-benar rasa peduli yang tulus. Hanya perhatian satu sama lain dan itupun nggak berlebihan. Mereka tahu batas dan semacamnya.

Jae tebak, alasan sebenarnya Alesha marah adalah karena Alesha merasa sangat protektif kepada Mey. Pada saat yang bersamaan juga, Marsha. Itu yang membuat segalanya rumit. Tapi Jae bisa saja salah. Perempuan itu jelas punya pemikiran yang berbeda dengan Jae.

"Biasa..." ujar Lucy yang sekarang sudah bergabung dengan mereka di kursi.

"Hah?"

"Gua pernah lihat si Ucha marah besar sama Marsha gara-gara sahabat deketnya Ucha nge chat Marsha dan ditanggapin sampai di ajak jalan. Alesha waktu itu seneng, tapi waktu lihat Marsha jalan juga sama cewek lain, wow, you have to know that orang kaya Alesha tuh juga bisa marah sebesar itu loh. Itu beneran marah terlamanya Alesha. Dia nggak ngambek, tapi bener-bener marah. Gua baru tahu kalau bocah kaya Alesha bisa marah. Ya cuman sama Marsha doang," ujar Lucy.

"Mereka pernah kaya gini? Maksudnya, Alesha pernah marahan sama Marsha? Padahal di jahilin Marsha berapa kali sampai di tinggal di sini sendirian aja Alesha nggak pernah marah," ujar Sammy.

Jae masih menyimak. Lucy menghela nafas, "kalau gak salah sih dulu Ucha marah karena Marsha nggak serius tahu sama hatinya. Ucha nggak mau sahabatnya di sakitin, pada saat yang bersamaan Alesha nggak mau Marsha sakit kalau ternyata sahabatnya yang nyakitin Marsha. Rumit lah."

"Mereka jadian sekarang kok, sahabatnya Ale sama Marsha," ujar Jae pelan. Lucy menoleh, "serius? Akhirnya Marsha seriusin?"

"Iya, LDR mereka setahun ini..." ujar Jae.

"PANTESAN GUA MAU COMBLANGIN KE ANAK TAMBO DIA NGGAK MAU," ujar Sammy. Jae baru akan mengangkat tangannya tapi Lucy sudah angkat kedua tangannya dulu untuk menabok Sammy.

"Berisik lu. Mulut lu bisa di atur dulu nggak coba," ujar Lucy. Sammy meringis kesakitan, "ya maaf..."

Ya, tensi antara Marsha dan Alesha terasa banget. Kalau Marsha ada di ruangan, Alesha pasti nggak pernah mau gabung sama anak-anak komsel sampai cowok itu menyingkir. Marsha udah beberapa kali coba buat nemuin Alesha tapi cewek itu selalu nggak mau.

Bahkan sebelum pulang, Marsha harus keluar dari lift waktu Alesha dan Jae mau masuk. Alesha udah melengos sementara Jae mengucapkan makasih waktu Marsha nahan elevator. Tapi Alesha nggak mau masuk. Wow, Jae harus akui kalau Alesha itu keras kepala pake banget kalau soal prinsip. Jae nggak tahu kalau suatu saat dia bakalan menghadapi situasi seperti Marsha atau nggak.

Call Me by My Name - Lokal! Alternate Universe • pjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang