[Dua bulan kemudian]
"Ngapain ajakin ke sini?" tanya Jae ketika ia menarik hand-rem di mobilnya. Mereka berada di salah satu lapas yang ada di daerah Jakarta. Alesha tidak menjawab pertanyaan Jae barusan. Ia hanya terlihat gugup sejenak sebelum ia menoleh ke arah Jae.
"Ale?" sekarang Alesha baru sadar kalau ia melamun. Tangannya mencengkram ujung kemejanya sebelum ia sekali lagi menghela nafas, dalam hati menggumamkan doa.
"Kenapa sih?" tanya Jae.
"Mau ketemu Ayah," ujar Alesha pelan, namun Jae bisa menangkap suara gadis itu. Wajah Jae yang semula bete karena dicuekin dan dianggurin berubah ekspresi, "kok kamu nggak bilang dulu kalau mau ke sini?"
"Soalnya pasti nanti aku mikir dua kali," ujar Alesha.
Bukan. Jae sama sekali tidak pernah melarang Alesha untuk datang ke sini, justru Jae yang selalu bertanya kalau-kalau Alesha mau menjenguh Ayah di lapas. Setelah mengikuti banyak terapi dari rumah sakit juga perlindungan hukum dari pemerintah, Alesha mulai pulih. Bunda awalnya nggak setuju, tapi Alesha merasa, jauh di dalam hatinya, ia benar-benar harus bertemu dengan Ayah.
"Ko..."
"Ya?" tanya Jae. Alesha merasa jantungnya terus berdebar-debar, "nggak papa kan aku ke sini?"
"Ya nggak lah, mau aku temenin ke dalem?" tanya Jae. Alesha menggeleng, ia belum siap mengenalkan Jae kepada Ayah. Well, Jae juga pasti butuh persiapan-persiapan terntentu kan untuk bertemu dengan ayah? Jadilah Alesha meminta Jae untuk mengantarnya ke sini saja.
"Aku turun dulu, Ko Jae di sini aja ya?"
"Iya, aku tungguin di sini..." ujar Jae pelan.
Kemudian Alesha berjalan keluar dari mobil setelah melepaskan sabuk pengaman. Ia meninggalkan tasnya. Hanya dompet dan hape yang ia bawa, meninggalkan Jae di mobil. Dengan langkah mantap, Alesha berjalan menemui petugas dan menunggu di depan sebuah ruangan. Ia duduk di sebuah tempat yang sudah di sediakan. Jantungnya berdebar keras, namun ia tahu ini adalah hal yang tepat untuk di lakukan.
Tidak lama, mungkin sekitar lima menit kemudian, seorang pria berjalan keluar dengan mengenakan seragam lapas berwarna oranye. Tubuhnya kurus, matanya cekung, sepertinya kelelahan, mungkin stress. Hati Alesha hancur saat ini, namun ia berusaha tersenyum.
"Kinara... ngapain di..."
"Jengukin Ayah," ujar Alesha dengan suara pelan. Ayah duduk dengan wajah bingung, namun kemudian mengangguk, "Saya nggak pantas di sebut Ayah."
"Jangan bilang gitu Ayah," sekarang tangan Alesha terjulur, namun kemudian ia menahan diri. Mungkin nggak secepet itu, mereka harus memahami proses.
"Kinara, saya..."
"Gimanapun Ayah tetep Ayah Kinara, kan? Nggak ada yang bisa ubah itu," ujar Alesha pelan. ketika mengucapkan itu, hatinya menghangat. Sorot mata Ayah yang lelah sedikit lebih hidup. Tapi kemudian Ayah menundukkan kepala dan mulai menangis.
"Maafin A-ayah," ujarnya. This view breaks her heart, she cries too. Alesha mengulurkan tangannya dan kemudian menggenggam tangan Ayah yang kasar tapi Alesha tahu kalau pria di hadapannya ini adalah pria yang tersesat. Tujuh menit pertama mereka habiskan dengan menangis, tapi kemudian Alesha berbisik, "aku maafin Ayah. Selalu. Tolong dengerin, Ayah. Alesha dan Bunda sayang sama Ayah. Jangan... jangan lari ke hal-hal yang salah lagi."
Pria itu mengangguk. Dia masih menangis, namun ketika waktu tinggal dua menit ia berhenti menangis. Ayah menghela nafas, "makasih sudah datang..."
"Kinara bakalan datang lagi besok," ujar Alesha. Ayah tersenyum, "makasih."
Lalu petugas datang, menjemput Ayah. Setidaknya wajahnya kembali merona, setidaknya ada kehidupan di wajah Ayah. Alesha menghapus sisa air mata dan kemudian berdiri dari mejanya. Kembali menemui petugas untuk mengambil KTP yang tadi Alesha tinggalkan. Gadis itu kemudian menghela nafas panjang dan berjalan keluar. Hatinya lega.
![](https://img.wattpad.com/cover/234326414-288-k768051.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me by My Name - Lokal! Alternate Universe • pjh
ChickLitJae always hates his name "Anjaeni" since childhood. For some reasons, he just found his name makes no sense. That's why Jae risih banget waktu denger temen-temen "Cell Group"-nya manggil seorang cewek berparas lugu dengan senyum manis dengan mata s...