25 :: The Agression

236 33 2
                                    

[Sore hari, kediaman rumah Alesha, 16.00]

Bunda sudah berada di rumah waktu Alesha kembali dari Pantai. Badannya terasa lengket karena angin Pantai dan sinar matahari yang cukup terik. Alesha baru selesai mandi. Emang sudah dari kemarin Bunda di rumah sih, hanya saja tadi siang Bunda emang ke kantor buat ketemu sama klien yang dari Jakarta. Kalau Alesha nggak salah ingat, kayanya besok Minggu Bunda bakalan balik kerja lagi, entah pergi kemana. Yang jelas jadi konsultan bisnis emang sangat-sangat sibuk dan nggak bisa diprediksi jadwalnya. Alesha sekarang sibuk mencari baju yang cocok untuk dipakai keacara nikahan Lucy sore ini. 

"Baru beli sepatu sama Jae?" 

Alesha terlonjak karena Bunda sudah berada di depan pintu kamarnya. Tangannya memegang gelas berisi air putih, Bunda menyesap air putihnya selagi Alesha kembali mencari baju yang cocok untuk malam ini. 

"Iya, Bun." 

"Emang kamu mau kemana nanti? Kok tadi Jae bilang mau jemput kamu lagi? Belum puas mainnya sama Jae?" tanya Bunda. Ada nada otoriter di dalam suaranya tapi Alesha tahu dirinya nggak salah, jadi ya Alesha mengangkat bahu. 

"Kan Cik Lucy mau nikahan, Bun. Aku diundang dan aku mau dateng..." jawab Alesha sekenanya. 

"Kamu sering main sama Jae, ya?" tanya Bunda. Alesha tidak menjawab, karena Bunda sendiri tahu jawabannya. Kemudian Bunda melanjutkan, "kemarin Jae sakit katanya. Sakit apa? Kamu sampai nginep gitu, panik dan mohon-mohon sama Bunda sampai Bunda takut kamu kenapa." 

"Ya Kinar khawatir kalau Koko sakit karena aku. Kan sehari sebelumnya dia pergi sama Kinar, Bun."

"Oh, gitu. Khawatir ya..." Bunda menganggukkan kepalanya sambil menunjukkan ekspresi yang sama sekali nggak Alesha suka. Alesha berusaha cuek namun ia terganggu juga, "apaan sih Bun? Aku lagi sibuk nih cari-cari baju..." 

"Hm, nggak papa. Emangnya kenapa?" tanya Bunda. 

Alesha menghela nafas panjang dan dalam, "Bun, Kinar tahu ya Bunda suka aduin Kinar ke Mey. Nanya-nanya apa Bunda sama Mey?" 

Tawa Bunda langsung meledak detik itu juga, seolah beliau sudah berusaha menahan diri untuk tidak tertawa dalam jangka waktu yang sangat lama. Alih-alih menjelaskan duduk permasalahannya, Bunda malah sibuk mengatur nafas karena tawa. 

"Bunda penasaran aja, siapa tahu Mey kenal sama Jae ini. Bunda kan harus punya informan. Bunda aja nanya-nanya sama Marsha. Dan Marsha bilang kalau Jae anak rumahan baik-baik. Makanya Bunda kasih izin kamu buat jalan sama dia, waktu nonton, juga waktu tiba-tiba kamu minta keluar sampai malam itu. Ya, mau nggak mau Bunda nanya sama Marsha dong si Jae anaknya gimana. Masa Bunda biarin kamu main sampai malam tanpa Bunda bener-bener ngerti siapa yang ajak main anak gadisnya, kan?" 

Jawaban itu cukup masuk akal sih. Yang nggak masuk akal adalah, kenapa Bunda tetep izinin padahal kadang sama Mey aja nggak pernah diizinin. Apalagi sama Marsha. Alesha nggak nanya, tapi dia menunggu. Feeling-nya berkata kalau Bunda memiliki pendapat yang bener-bener bikin Alesha tercengang. 

"Jae itu manis ya? Bunda suka ngelihat wajahnya. Awet muda banget. Itu umurnya berapa sih?" tanya Bunda. Bener kan dugaan Alesha. Bunda pasti bakalan nanya-nanya. 

"Dua puluh tujuh, Bunda." 

"Loh, lebih tua dong dari kamu." 

"Bun, Kinar nggak bakalan panggil dia 'Koko' kalau dia nggak lebih tua dari Kinar..." jengah dengan basa-basi Bunda. Tapi bukan Bunda kalau beliau nggak punya serangan balik, "lho, kamu aja nggak pernah panggil Marsha pake sebutan 'abang' atau 'kakak', nak." 

She's got the point, and Alesha just loses. Jadilah Alesha tidak menjawab. Ia hanya menarik sebuah dress sederhana dengan motif floral. Dressnya panjang sampai di bawah lutut, kerahnya berbentuk V-Neck, dan sedikit mengekspos bahu Alesha namun sepertinya Alesha akan mengenakan baju ini. Ia meletakkannya di atas tempat tidur, "baju ini bagus nggak Bun?" 

Call Me by My Name - Lokal! Alternate Universe • pjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang