13 :: Person of Interest

237 35 1
                                    

[Food court Taman Anggrek Mall]

Karena anak-anak Enam Hari lagi semangat-semangatnya menanggapi tawaran busking di cafe milik Nanda, mereka segera bikin appointment untuk mengadakan meeting mendadak di food court Taman Anggrek Mall hari ini juga. Kebetulan juga karena Jae lagi ada di dekat-dekat situ karena baru aja dari Gereja, jadi kenapa nggak sekalian makan kan? Ternyata ngurusin bocah-bocah bawah enam tahun itu tuh menguras tenaga banget deh. Jae hanya heran kenapa Alesha bisa betah dan setia banget buat ngurusin anak kecil. Nggak Alesha aja deh, Eric dan semua guru-guru Kids Impact Ministry. Jae harus kasih standing applause buat mereka.

Hanya saja lagi-lagi pikiran Jae melayang kembali ke kejadian tadi setelah ia menyelesaikan tugas di ibadah kids impact bersama dengan Alesha. Pertanyaan yang ia lontarkan karena rasa penasaran, dan jawaban Alesha yang bikin Jae makin bingung menentukan langkah selanjutnya. Sampai di sini Jae belum bisa mendiskusikan perasaannya pada siapapun. Ya, siapapun kecuali mereka. ENAM HARI.

"Elu ngapa ngelamun?" mendadak suara Sandy memenuhi telinga Jae yang sekarang tengah memegang sebuah gelas yang tadinya berisi minuman teh hangat. Ia menolehkan kepalanya dan meletakkan gelas yang sudah kosong itu ke atas meja dan kemudian menggeleng.

"Nggak, nggak ada apa-apa," ujar Jae. Sandy memperhatikan Jae dengan serius sebelum ia mengambil tempat di depan Jae. Mereka, anak-anak Enam Hari sudah berkumpul semua di sini untuk sekedar ngobrolin lagu-lagu apa yang harus dibawakan secara teknis sebelum mereka semua latihan. Mengingat notis yang diberikan sama Sandy itu agak mendadak, jelas saja mereka harus meeting terlebih dahulu. Dhanu, Wisnu, dan Brian sedang ngantri di depan counter. Karena daritadi mereka ribet banget mau pesen minum. Bingung mau yang ini, bingung mau yang itu.

"Yakin Jae, nggak ada apa-apa? Soalnya, dari yang gua lihat sekarang nih, wajah elu nih suntuk banget. Kenapa? Ce Grace minta elu ngenalin calon?"

Jae tahu persis kalau hal itu adalah hal yang paling menyebalkan untuknya tapi that's is not the worst case. For now, knowing that Alesha is still on recovery state bahkan menuju ke tahap 'belum siap' untuk memulai hubungan itu bikin Jae kembali ragu-ragu adalah sebuah hal yang amat sangat buruk. Jae sebenernya nggak yakin kalau ia harus cerita atau nggak. Baru saja Jae mau membuka mulut, tiba-tiba Brian datang membawa dua gelas minuman dengan jenis yang berbeda. Senyum lebar yang bisa menaklukkan hati kaum hawa itu merekah lebar, menghiasi wajahnya. Kenapa? Alasannya jelas sesimple : Brian akhirnya berhasil membeli dua minuman kesukaannya setelah berminggu-minggu craving for it. Bahkan, Brian nggak ambil pusing untuk pilih yang ini, atau yang itu.

"Wah ada apa ini? Kenapa kalian serius-serius sekali?" tanya Brian dengan nada-nada annoying yang diacuhkan sama Sandy dan Jae. Mereka berdua bertukar pandangan serius. Jae mau banget sharing ke mereka soal masalah kegundahannya ini, namun lagi-lagi duo upin ipin-nya Enam Hari nongol sambil berdebat entah-masalah-apa dan bergabung di meja dimana Jae, Brian, dan Sandy tengah saling bertukar pandangan dengan bingung.

"Buset ini kenapa serius amat sih?"

"Ini Jae, wajahnya udah kaya ayam kecebur got. Kenapa coba?"

Sandy emang yang paling bisa buat Jae makin bete, tapi kalau di pikir-pikir sih emang menyebalkan aja kondisinya.

"Paling soal Mbak Candice, kan?" tanya Dhan sok tahu.

Brian mengangkat sebelah alisnya, "lah, bukannya udah move on ya? Katanya udah nggak mau ada Candice lagi dalam kehidupanmu."

"Kalian tuh mikir gua secinta apa sih sama Candice? Gua dan Candice deket juga karena temen udah lama aja, tapi ternyata emang nggak cukup aja sih kalau cuman sekedar nyaman. Lagian Candice udah tegas banget bilang sama gua kalau kita berdua cuman temen. So I moved on! As simple as that bro."

Call Me by My Name - Lokal! Alternate Universe • pjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang