"Anjir si Stanley ngomong gitu? Kok kampret sih, sialan. Gua kesel banget..." ujar Mey pelan. Alesha menghapus bekas air matanya setelah bercerita kepada Mey setelah kejadian beberapa bulan yang lalu.
"Terus, elu jelasin apa ke Jae pas nemuin elu nangis?" tanya Mey pelan.
"Hm, cuman bilang tentang gimana Stanley kaya bertanya-tanya kok bisa aku jatuh cinta sama Jae. Dia cuman ketawa aja, dan brengsek-brengsekin Stanley aja, terus habis itu suruh aku fokus aja sama apa yang bakalan ada di depan" ujar Alesha pelan.
"Keren sih. Gila dewasa banget..." ujar Mey.
"Iya nggak sih, aku sendiri ngerasa kaya anak kecil banget di depan dia tuh," ujar Alesha pelan.
"Kamu sendiri gimana Mey?"
"Hah?"
"Emang gak ada apa yang bikin kamu deg-degan?" tanya Alesha. Mey kemudian menghela nafas panjang, "udah gua bilang hati gua cuman buat Ko Marsha yang ganteng itu!"
"Ihhh... dia kan cuman depannya aja yang kece, tidurnya ngorok gitu, mulut juga jadi nggak ada akhlak..." ujar Alesha. Mey tertawa, "nggak papa lah. Gua tetep sayang kok."
"Aku nggak rela kalau kamu beneran sama dia," ujar Alesha sambil menghela nafas panjang. Mey mengerutkan kening, "kenapa?"
"Karena kamu sahabatku yang terbaik banget Mey. Aku nggak mau kehilangan kamu, karena aku tahu Marsha tuh playboy kelas ikan mas," ujar Alesha pelan.
"Halah. Udah deh, nggak usah mikir yang aneh-aneh." Kemudian Alesha mendengar pintu depan diketuk. Ia buru-buru turun dan membuka pintu sebelum mendapati Jae sudah berdiri dengan rambut berantakan habis mandinya. Ia memakai kaos polos dan celana jeans warna hitam juga sepatu hitam polos.
"Kok tumben lama kesininya," ujar Alesha. Jae mengangkat rambutnya, "iya, tadi harus mastiin jadwal sama Gilly. Eh, halo Mey. Lama nggak ketemu. Semoga masih inget sama gua."
"Hey Jae. Inget lah, yang jemput Ucha dipinggir jalan pas nangis-nangis bombay terus elu yang bawa ke rumah kan? Hahaha, rambut elu ganti cat?" tanya Mey. Jae mengangguk, "iya, ini gua lagi itemin."
Jae kemudian masuk, tanpa ba-bi-bu dia langsung berjalan masuk ke dalam dan mengambil piring dan mulai mengambil lauk. Hari ini Alesha emang sengaja masak buat Jae, karena cowok itu minta di masakin kemarin malam.
"Mau kemana Jae kok lu rapi banget?" tanya Mey. Mereka bertiga sekarang duduk di ruang tengah sementara Jae duduk di lantai sambil bersila dan makan dengan lahap sup buatan Alesha.
"Gua baru mau berangkat kerja," ujar Jae pelan. Mey kemudian terbelalak, "serius? Kerja apaan jam segini baru mulai?"
"Buruh pabrik," jawab Jae asal. Alesha tertawa dengan jawaban Jae sementara Mey melirik mereka berdua terlihat bingung, "gile cowok lu, Cha. Masa sih, seriusan Jae?"
Jae selalu jawab begitu kalau dia ditanyain kerja di mana. Dia terlalu malas jelasin detail pekerjaannya. Karena kalau orang dijelaskan juga belum tentu tahu. Alesha sendiri kadang masih bingung sama kerjaannya Jae yang super duper aneh menurut Alesha. Tapi apa bisa di buat. Jae mencintai pekerjaannya, walaupun kadang males bahas-bahas apa pekerjaan yang sesungguhnya ia lakukan.
"Gua ngerjain kerjaan orang kok, tapi jam kerja gua ngikutin perusahaan luar negeri, gampangnya gitu. Kalau gua jelasin nanti rambut elu keriting kebanyakan mikir," ujar Jae lagi. Mey tertawa, "anjir. Segitu sulitnya ngejelasin?"
"Iya, sebenernya gua juga yang males sih. Hahaha tar gua jelasin panjang lebar elu-nya nggak ngerti kan gua buang-buang waktu elu dan buang-buang waktu gua," ujar Jae. Mey menggeleng, "gokil anjir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me by My Name - Lokal! Alternate Universe • pjh
ChickLitJae always hates his name "Anjaeni" since childhood. For some reasons, he just found his name makes no sense. That's why Jae risih banget waktu denger temen-temen "Cell Group"-nya manggil seorang cewek berparas lugu dengan senyum manis dengan mata s...