Saat ini Bintang sudah menunggu di sebuah Cafe tempat janjian mereka bertiga.
Setelah 10 menit menunggu, Vanessa akhirnya datang. Bintang yang memandanginya dibuat terbelalak bak melihat bidadari turun dari kayangan.
"Eh Ntang, udah lama ya nungguin? Elin mana?." Ucap Vanessa seraya duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Bintang.
Bintang hanya diam membisu dan masih terpaku memandang Vanessa. Vanessa yang geram menginjak kaki Bintang dengan sekuat tenaga.
"Arghhh" Teriak Bintang kesakitan.
"Ups, sorry sengaja" Ucap Vanessa.
Bintang malah tertawa kecil seraya menatap wajah Vanessa.
"Eh , malah ketawa. Mau gw injek lagi?" Ucap Vanessa jengkel.
"Sorry Nes Sorry, lagian kenapa sih cuma diliatin marah? Kamu kira nggak kangen apa, lama nggak ketemu."
"Idih, apasih lu, gajelas tau. Mana Elin?"
"Nggak tau,dari tadi belum dateng juga." Ucap Bintang.
"Kamu mau minum apa? Aku pesenin." Tambah Bintang.
"Gw juga bisa pesen sendiri kali." Ucap Vanessa.
"Kalian kenapa sih ribut mulu kalau ketemu." Ucap Elin yang tiba-tiba muncul seraya duduk di samping Vanessa.
"Sorry agak telat, ada yang ketinggalan tadi, jadi gw balik lagi." Tambah Elin.
Vanessa degan rasa kangennya langsung memeluk Elin dengan sekuat tenaga.
"Ih Ness, jangan kenceng-kenceng, sakit tau." Ucap Elin.
"Maaf Lin, kangen gw sama elu." Ucap Vanessa seraya melepas pelukannya.
"Sama Nes, gw juga kangen. Habisnya kemaren waktu maen ke rumah lu, nggak dibolehin masuk sama bokap lu."
"Udah tahu kok gue, bi laksmi yang cerita. Maaf ya Lin soal kejadian itu, terutama untuk lu Ntang, maaf banget karena bokap gue emang emosian orangnya."
"Gapapa kok nes, nggak usah dipikirin, lihat lu baik-baik aja, gue udah seneng kok." Ucap Elin di sergai senyuman kecil.
"Bener kata Elin. Bagaimana kalau sekarang kita mulai bicarakan apa tujuan kita kumpul disini." Ucap Bintang.
"Oh ya hampir lupa gue, ini buku yang gue ambil dari kamar Almh. Mbak Renata." Ucap Elin seraya mengeluarkan sebuah buku dari tas nya.
Vanessa yang penasaran langsung membuka dan membaca buku tersebut.
"Dari semua kejadian yang ada dan dengan adanya buku ini, maka semua sudah jelas bahwa yang meneror kita bukan midnight man." Ucap Elin.
"Kalau bukan midnight man lalu siapa?" Tanya Vanessa penasaran.
Elin menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan.
"Maaf Nes, gue nggak ada maksud buat nyinggung lu, tapi sosok yang menghantui kita adalah arwah ibu lu, bu Veronica." Ucap Elin.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
The Midnight Game
HorrorEnam pemuda memainkan "Midnight Game" di rumah yang sudah 10 tahun tak berpenghuni atau yang lebih dikenal dengan "Rumah Bunuh Diri Veronika". Sesuai dengan namanya ,dahulu kala ada seorang Ibu muda mengakhiri hidupnya dengan terjun dari lantai 2 r...