Part 23 (Sesat)

34 8 0
                                    

"Kalau bukan midnight man lalu siapa?" Tanya Vanessa penasaran.

Elin menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan.

"Maaf Nes, gue nggak ada maksud buat nyinggung lu, tapi sosok yang menghantui kita adalah arwah ibu lu, bu Veronica." Ucap Elin.

"Jangan becanda deh Lin" Ucap Vanessa sedikit kesal.

Elin menarik nafas panjang lagi, dan baru ingin bicara Bintang sudah memotongnya.

"Oh Shit, berarti dari awal game itu dimulai, yang meneror kita sebenarnya bu Veronika?" Tanya Bintang penasaran.

"Nggak gitu juga Ntang, di game itu bener sosok Midnight man yang terror kita. Jujur gue juga nggak tahu sosok bu Veronika seperti apa, tapi dari hipotesis-hipotesis yang gue kumpulkan, gue yakin itu adalah.. "

"Stop Lin" Potong Vanessa.

"Oh, I see. Inget nggak vidio Bimo waktu penelusuran pertamanya? Di sana dia bilang tepat jam 3 dini hari adalah waktu dimana sosok bu Veronika menampakan diri." Ucap Bintang yang diikuti tatapan matanya ke arah Vanessa.

"Maaf Ness sebelumnya. Tapi tolong aku nggak bermaksud apa-apa, kalau kamu boleh jujur, apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Bimo di sana pada waktu itu?" Tambah Bintang lagi.

Tiba-tiba Vanessa langsung menunduk dan menangis.

"Sorry, aku.... " Ucap Bintang seraya berdiri mendekati Vanessa.

"Sstt." Elin menyuruh Bintang berhenti dan kembali duduk ke tempatnya.

"Gapapa Nes cerita aja, ini demi kebaikan kita semua. Gue dan Bintang janji apapun yang kamu lakukan atau yang terjadi di sana tidak akan kami permasalahkan. Ayo kita bareng-bareng nyelesaiin ini semua, lu paham kan maksud gue Nes?" Ucap Elin.

Vanessa menghapus air matanya lalu menatap Elin.

"Sorry Lin, Ntang, sebenarnya gue udah ngelakuin kesalahan yang sangat-sangat besar. Karena pada waktu itu...

"Ness, ini kamera aku taruh sini" Ucap Bimo seraya meletakkan kamera di sudut kamar.

"Nanti kita duduk di sana. Gue penasaran, gue mau mencoba komunikasi sama arwah bu Veronika.

" Okey"

Setelah itu kami melakukan sebuah ritual dengan tujuan hanya untuk berkomunikasi dan tidak lebih. Awalnya gue ragu Bimo bisa melakukan itu, tapi setelah gue ikut instruksinya untuk tutup mata, gue bisa ngerasain ada kehadiran mama di sebelah gue.

"Ness,,,, Vanessa"

"Mama"

"Mama?" Ucap Bimo kaget karena sebelumnya aku nggak pernah cerita ke dia tentang siapa aku.

"Ness, sini ikut mama"

Tanpa pikir panjang, gue langsung berjalan menghampiri mama , gue sadar sebelumnya Bimo sudah berusaha menghentikan gue dan berusaha untuk keluar dan mengakhiri semua itu. Tapi aku terlanjur masuk ke dalam sebuah ruangan bersama mama ku dan Bimo seperti terkunci di pintu alam lain yang terasa sangat jauh.

"Mama"

"Ness" Ucap mamaku seraya memelukku

"Vanessa kangen banget sama mama, mama kenapa melakukan ini semua kepada Vanessa, Vanessa nggak bisa Ma, hidup tanpa mama, Vanessa butuh mama di samping Vanessa." Ucapku disergai tangisan.

"Maaf Ness, mama minta maaf banget. Kamu mau mama kembali bersamamu?" Ucap mama seraya melepas pelukannya.

Aku menganggukkan kepalaku, karena memang aku sangat-sangat merindukannya.

"Kamu harus lakuin sesuatu"

"Apa ma?"

"Sayat tangan laki-laki itu dan ambil darahnya."

"Nggak, aku nggak bisa."

"Kamu nggak sayang sama mama, mama tersiksa Nes disini, mama kesepian"

"Tapi ma... "

"Lakukan itu demi mama, ini kesempatanmu. Keputusan ada di kamu."

Tiba-tiba gue tersadar dan kembali ke alam kita. Sedang Bimo masih duduk dengan mata tertutup seraya memanggil-manggil nama gue, gue yakin dia masih berusaha mencari gue di sana.

setelah itu, dengan bodohnya gue menuruti apa yang dikatakan mama, gue membuat sebuah lambang yang gue sendiri tidak tahu itu lambang apa, dan lambang itu gue buat dengan menyayat tangan Bimo dengan pisau sehingga membuat darahnya mengalir cukup deras.

Seketika itu pun Bimo tersadar dan mencoba melawan, tapi entah kenapa ,padahal aku tidak melakukan apapun tapi Bimo terdorong sangat keras hingga terpentok dinding.

Bimo pun berlari dan ingin kabur, tapi pintu dikamar itu seketika tertutup dan tiba-tiba gue ngerasa ada sesuatu yang masuk dalam diri gue dan setelah itu gue nggak sadar sama sekali.

Elin hanya diam dan menatap tajam Vanessa.

"Sial, kenapa kamu melakukan hal konyol seperti itu." Ucap Bintang keras seraya memukul meja.

Otomatis kegaduhan itu memancing perhatian semua pengunjung yang ada di dalam cafe. Elin tersenyum kecil seraya meminta maaf kepada mereka.

"Konyol? Yang perlu lu garis bawahi disini, lu nggak pernah ngerasain apa yang gue rasain. Dan lu nggak pernah ada di posisi gue" Ucap Vanessa kesal.

"Tapi lu udah kelewatan Nes" Ucap Bintang

"Ntang, Nes" Ucap Elin dengan nada membentak.

"Udah lah, kalian nggak sadar apa, kita jadi pusat perhatian. Lu juga Ntang, lu tadi udah janji kan apapun yang dikatakan Vanessa , lu akan terima?" Lanjut Elin.

Vanessa dan Bintang hanya terdiam dan saling menatap satu sama lain beberapa saat.

"Gue kecewa sama lu Nes, gue kira lu udah dewasa,gue rasa selama ini gue salah karena menaruh hati pada orang yang benar-benar menghabiskan seluruh hidupnya hanya untuk mengembalikan mama nya yang jelas-jelas sudah tidak ada. Maaf Lin,gue cabut dulu, gue nggak mau lagi bareng sama dia. Gue akan coba selesaikan ini sendiri." Ucap Bintang seraya berdiri dan keluar meninggalkan Elin dan Vanessa.

"Ntang, tunggu dulu Ntang" Ucap Elin yang berusaha membujuk Bintang tapi tidak berhasil.

"Sekarang apa? Lu mau pergi juga dari gue Lin?" Tanya Vanessa.

"Tenang Nes, gue udah janji tadi, dan gue nggak akan mengingkarinya. Soal Bintang nanti akan gue bujuk lagi."

"Maaf Lin" Ucap Vanessa dengan mata berkaca-kaca dan langsung memeluk Elin.

Bersambung.

The Midnight GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang