Joonyoung dan Eric sudah sampai di toko elektronik. Mereka berdua segera menuju bagian kamera. Eric dan Joonyoung sedang melihat-lihat, tepatnya Eric yang memaksa Joonyoung ikut melihat-lihat.
"bagaimana dengan ini?" tanya Eric sambil menunjuk kamera yang ia maksud.
"apa itu tidak terlalu mahal?" Joonyoung bertanya balik menatap ragu dengan kamera yang dipilihkan Eric.
"mahal? Jangan pikirkan soal harganya, nona. Tapi dari kualitasnya. Anda tahukan biasanya harga yang mahal kualitasnya pasti bagus"
"tapi___"
"nona, sekali lagi maaf, tapi aku memaksa"
Salah satu kelemahan Joonyoung yaitu ketika Eric sudah memaksakan dirinya. Joonyoung paling tidak tahan melihatnya karena aura yang terpancar dari pemuda itu begitu mengintimidasinya walaupun usianya lebih muda 3 tahun darinya.
"bagaimana, nona? Yang ini bagus tidak?" tanya Eric mengulang kembali pertanyaannya.
"terserahmu saja"
"kok terserahku? Kan anda yang akan menggunakannya"
"yasudah, kamera yang ini saja"
"Anda yakin?" Joonyoung mengangguk.
"baiklah"
Keduanya lalu membawa kamera tersebut untuk kemudian membayarnya di kasir.
€€€
"aku pulang~"
Tidak ada sambutan seperti biasanya karena kedua orang tuanya sudah kembali ke Kanada, sedangkan para pelayan hari ini sengaja diliburkan oleh Joonyoung. Adik tirinya sendiri saat ini sedang berada di Busan menemani kekasihnya disana.
Dengan gontai Joonyoung berjalan menuju sofa di ruang tengah. Tas bingkisan yang ia bawa ia letakkan diatas meja. Helaan napas panjang terdengar begitu jelas berhembus dari mulut gadis bermarga Bae tersebut.
Drrt drrt
"hello?"
"noona, kau masih bersama Eric? Atau sudah berada di rumah?"
"di rumah. Kenapa?"
"bagaimana hari ini?"
"berjalan seperti yang kubayang"
"tapi kau tidak terdengar senang, noona. Aku memang bukan lulusan psikologi, tapi siapapun bisa menebak suasana hati dari mendengar suaramu"
"entahlah. Senang akhirnya bisa bersama Eric lagi, tapi rasanya hampa dan kosong karena kami bertemu kembali sebagai orang asing"
"EONNIE!! HUWAHH... JOONYOUNG EONNIE!!!"
"Hyunjoon-ah, kan sudah kubilang jangan dulu!! Suasana hati noona sedang kacau"
"tapi kan aku rindu dengan eonnie~"
"iya, oppa tau, tapi jangan sekarang ya?"
Joonyoung terkekeh pelan mendengar perdebatan kecil antara Kevin bersama kekasihnya. Ngomong-ngomong soal kekasih Kevin sudah lama ia tidak melihat gadis yang wajahnya hampir sama dengan adik tirinya itu.
"eonnie juga rindu denganmu, Hyunjoon-ah. Kapan kau kesini?"
"entahlah, eonnie. Urusan disini sangat merepotkan, aku tidak tau apa ini akan selesai dengan cepat atau tidak"
"makanya kalau ada pekerjaan itu harus dituntaskan sampai selesai bukannya pergi melarikan diri, dasar anak kucing"
"oppa juga mirip kucing ya, bukan cuman aku saja"
"aku matiin ya telponnya? Takut ganggu kalian"
"eh... Jangan dulu dong, eonnie!! Hampir aja Hyunjoon lupa, gara-gara oppa sih!!"
Joonyoung terkekeh pelan, samar-sama ia mendengar suara Kevin yang mengelak tuduhan Hyunjoon. Yah... Setidaknya mendengar interaksi kedua orang yang memiliki wajah serupa itu.
TO BE CONTINUED~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
✔✔Memoria ||∆Baeric∆||✔✔
FanfictionTak masalah kau lupa dengan namaku. Tak masalah kau lupa dengan diriku. Tapi aku mohon padamu, jangan kau sampai lupakan semua kenangan kita bersama dulu. Jangan lupakan rasa cinta kita yang saling melengkapi satu sama lain. [TAMAT] #rank 3 in soner...