Kembali 04

312 39 12
                                    

"astaga kepalaku... Ah, sial sekali, jitakkan Haknyeon noona masih terasa dikepalaku. Aduh..." ringis Eric ditengah perjalanan pulang.

Beruntung sekali jalanan sedang agak lenggang dan jarak antara rumahnya dan tempat Haknyeon bekerja tak terlalu jauh.

"aku pulang..." katanya dengan suara lesuh.

"kau sudah selesai?" tanya Chanhee sebagai sambutan untuk kedatangan adik iparnya itu.

"iya, baru saja" jawab Eric yang tak sadar dengan maksud tersembunyi dari pertanyaan kakak iparnya tersebut.

"jadi bagaimana? Kapan?"

"katanya lusa sudah bisa dimu__ loh, noona?!! Apa yang sedang kau lakukan disini?! Bukannya seharusnya kau di Incheon bersama Sangyeon hyung?!"

BUGH!!

"apa-apaan pertanyaan mu tadi, hah?! Kau tidak suka aku disini?! Kau ingin mengusir ku untuk pergi? Iya, begitu?"

"tidak!! Bukan seperti itu, noona!! Aku hanya kaget karena kau tiba-tiba saja sudah berada di Seoul. Aduh... Sangyeon hyung mana? Jangan bilang kau kesini__"

BUGH!!

"jangan sembarang, Sohn Eric!! Astaga, kenapa kau lebih menjengkelkan dari sebelummu kehilangan ingatan? Bisa tidak kau hilang ingatan saja supaya kau tidak kembali bersikap menjengkelkan lagi?!"

"noona menyuruhku untuk lupa ingatan lagi? Kau sungguh tidak senang adik iparmu yang paling ganteng ini ingat semuanya lagi? Sungguh, begitu kejamnya dirimu, wahai kakak ip__AAHH!!! ADUDUDUHH... SAKIT NOONA, SAKIT!!!"

"masih mau ngedrama lagi? Masih mau dilanjut? Iya? Hm?

"NGGAK, NGGAK!!! NGGAK LANJUT KOK. INI AKU DIAM. HMM"

Antara jengah dan kesal dengan tingkah dari adik iparnya itu. Jika bisa memilih, Chanhee tentu saja akan sangat senang hati memilih Eric yang tidak ingat apa-apa daripada ingat dan kembali normal. Karena sungguh, Eric yang sebenarnya jauh sangat menyebalkan.

"kau sudah memberitahukan kakak mu itu? Atau kau menungguku untuk memberi tahukannya??" tanya Chanhee kembali pada topik pembicaraan.

"soal?"

"jangan pura-pura tidak tau, Sohn Youngjae. Kau tidak lupakan aku ini siapa selain istri dari Presdir Sohn Sangyeon??"

Kalau sudah begini Eric cuman bisa mendengus kesal dan menjawabnya dengan jujur. Berbohong pun rasanya percuma, toh kakak iparnya itu sudah tau semua.

Kadang, bukan kadang tapi sering sekali Eric berfikir, bagaimana bisa kakaknya mau mempersunting wanita seperti Chanhee. Antara ngeri dan takut mengingat kembali siapa itu Choi, ah bukan, Sohn Chanhee yang sebenarnya.

"kau mau ku bantu?" tiba-tiba Chanhee menawarkan bantuan pada Eric yang sontak saja disambut terkejut olehnya.

"jangan menatap ku seperti itu. Kau mau tidak?!"

"bantuan seperti apa?"

"ya, mungkin menjauhkan Joonyoung untuk sementara waktu selama terapi pemulihan ingatanmu? Entahlah, atau kau ingin sesuatu yang lain?"

"noona" panggil Eric tiba-tiba, membuat Chanhee sontak menoleh kearahnya.

"apa?"

"katakan iya kalau kau memang keturunan cenayan, noona. Terkadang aku selalu lupa karena ketutupan profesi mu yang sebagai motivator sekaligus istri Presdir yang memegang salah satu perusahaan milik Sangyeon Hyung"

"kau terlalu berlebihan, Eric!! Astaga, anak ini kenapa selalu saja mengundang orang untuk memukulnya? Dan lagi, tolong jangan sebut keturunan cenayan, kebetulan saja aku memiliki kelebihan seperti ini"

Eric terdiam memikirkan tawaran kakak iparnya itu. Tanpa ia sadari jika  Sangyeon sudah pulang dan Chanhee tengah menyambutnya.

"kau ini astaga, Sohn Chanhee. Berhenti menghilang tiba-tiba, kau tidak tau aku panik setengah mati mencarimu" ujar Sangyeon sembari mengecup pucuk kepala Chanhee penuh sayang.

"aku sudah kasih tau loh, oppa. Oppa juga mengiyakannya. Salah sendiri terlalu sibuk dengan klien mu" jawab Chanhee.

"mesraan aja terus. Memang ya, orang bucin suka sekali lupa tempat dan keadaan sekitar" sindir Eric menatap sinis kearah kedua pasangan suami istri tersebut.

"kau memberitahukan dirimu sendiri? Syukurlah, setidaknya itu membuatmu sadar" kata Sangyeon balas menyindir adiknya setelah mengecup kembali kening istrinya.

Eric yang melihatnya hanya bisa diam dan meringding ngeri lalu mengalihkan pandangannya.

"jadi bagaimana? Kau mau tidak tawaranku? Batas masa berlakunya hanya sampai 10 detik kedepan mulai dari sekarang, jadi lewat dari itu tawaran hangus"

"mana bisa seperti itu, noona!!"

"5... 4... 3...__"

"baik, baik!! Aku terima! Puas?!"

"astaga, Eric. Kenapa kau marah? Ini hanya kesepakatan biasa"

"tapi caramu yang memaksaku!! Haish, aku benar-benar tak habis pikir kenapa Hyung sampai mau menikahimu, noona"

"ya! Kau mengatai istri ku?!"

"ini lagi satu bapak. Sudahlah!! Kalau tau begini, lebih baik aku tak usah ingat apa-apa. Jauh lebih baik begitu"

"kau benar, kau yang tak ingat apapun jauh lebih sopan dari yang biasanya. Sana kecelakaan lagi, biar kau lupa ingatan lagi"

"TAPI BUKAN SEPERTI ITU JUGA KONSEPNYA, NOONA!!!"

TO BE CONTINUED~~~

Sedikit penjelasan. Jadi ini tuh kejadiannya sebelum Chanhee dan yang lain pergi liburan ya. Kalau ada yang masih bingung sama chapter kali ini, silahkan baca chap sebelumnya biar lebih paham lagi.

Author mohon maaf ya kalau chap ini agak aneh, banyak typonya, terus pendek. Sedang berada di fase puncak mabuk nugas authornya jadi agak ngelag otak diajak menghayal.

✔✔Memoria ||∆Baeric∆||✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang