Sudah sebulan lamanya kelima wanita ini berlibur di negara matahari terbit, Jepang. Tepatnya Osaka. Selama itu juga mereka menggunakan waktu mereka sebaik mungkin untuk merilekskan pikiran dan tubuh mereka dari aktivitas masing-masing.
Semua tampak baik-baik saja, tapi jika diperhatikan lebih seksama, sebenarnya tidak berjalan baik juga.
Joonyoung diam-diam merasa ada sesuatu yang mengganggunya. Ingat dimana Joonyoung merasa ada yang aneh ketika mereka sedang berkumpul sebelum berangkat liburan? Itulah yang ia pikirkan hingga saat ini.
"eonnie? Eonnie?!" panggil Changmin membuat Joonyoung yang sedang larut dengan pikirannya tersentak kaget.
"hah? Eh, Changmin? Ada apa?" tanya Joonyoung.
"akhir-akhir ini eonnie sering sekali melamun, ada apa?"
"tid__"
"jangan jawab tidak ada apa-apa, aku sudah bisa dengan jawaban itu. Katakan yang sebenarnya eonnie"
"aku sungguh tidak apa-apa, Changmin. Memang jawaban apa yang kau inginkan?"
"eonnie tau kan sangat sulit untuk berbohong di hadapanku. Mungkin jika eonnie katakan itu pada yang lain mereka akan percaya, tapi tidak dengan ku. Ah, si anak kucing dan cenayang itu juga"
Joonyoung menghela napas frustasi. "memang sangat sulit ya berbohong dihadapan kalian bertiga"
"nah itu, eonnie sudah tau. Jadi ceritakan padaku eonnie kenapa? Selama Eric kehilangan ingatannya hingga sekarang eonnie sering sekali kedapatan melamun"
"tapi tidak mungkinkan karena itu? Eric sudah mulai mengingat kembali, tapi kau masih sering melamun bahkan lebih sering lagi dari sebelumnya"
"kenapa Haknyeon tidak diajak liburan juga?"
Bukannya menjawab pertanyaan Changmin, Joonyoung malah mengalihkan topik dengan pertanyaan.
Changmin memanyunkan bibirnya bertanda tidak suka. "eonnie jangan mengalihkan topik, kau belum menjawab pertanyaan ku tadi"
"entahlah, tapi mungkin jika kau menjawab pertanyaannya itu mungkin akan menjawab pertanyaan ku"
"huh, eonnie tidak asyik! Kalau soal Haknyeon yang tidak diajak liburan aku tidak tau, kan yang mengajak Chanhee, jadi kan dia yang lebih tau alasannya"
"ya mungkin saja kau juga tau, kan kau kembarannya Chanhee"
"apa hubungannya? Eonnie, kau sangat aneh, tidak seperti biasanya__"
"justru jawaban pertanyaan ku tadi adalah alasan mengapa aku seperti ini"
"memang susah ya membuat eonnie lebih jujur lagi, harus menggunakan cara yang berbelit-belit dulu"
Joonyoung menyeritkan alisnya heran, ia menatap tak mengerti kearah Changmin.
"sekarang ini aku atau yang lain tidak tau jawabannya apa, hanya Haknyeon sendiri yang tau. Bahkan Chanhee sendiri juga masih penasaran kenapa Haknyeon menolak ajakannya" ucap Changmin sembari hendak pergi.
"aku tau itu karena aku memaksa Chanhee memberitahukan ku sehari sebelum kita berangkat liburan, eonnie"
€€€
"noona"
Suara itu, terdengar tak asing di telinganya namun mengapa ia terasa sulit mengenalinya.
"noona"
"noona"
Suara itu terus mengulang-ulang terdengar hingga memenuhi telinganya, tapi lagi-lagi ia sulit menebak suara milik siapa itu.
Penasaran, hanya satu ekspresi itu yang memenuhinya saat ini. Karena rasa penasarannya itulah yang membuat tubuhnya bergerak mencari sumber suara.
Semakin ia mengejar suara itu, entah mengapa terasa semakin jauh darinya.
"noona, maafkan aku"
Perlahan langkahnya melambat takkala mendengar tiga kata itu.
"maafkan aku" dan langkahnya benar-benar terhenti sekarang.
"maaf karena aku meninggalkanmu, dan maaf karena aku harus meninggalkanmu kembali"
Hatinya terasa amat sesak, bulir matanya tanpa izin mengalir begitu saja hingga membentuk sunga kecil di kedua pipinya tanpa ia inginkan.
"aku sebenarnya tak menginginkan ini terjadi sama sepertimu. Tapi aku tak bisa mencegahnya. Sekali lagi maafkan aku, noona"
"ti..dak. Jangan pergi... Kumohon..."
Pipinya terasa hangat seakan ada sebuah sentuhan disana.
"aku mencintaimu, sungguh. Sangat mencintaimu"
Dan kali ini bukan hanya sentuhan di pipinya saja, kini ia merasa seperti sedang dipeluk seseorang dengan penuh kasih sayang.
"berjanjilah untuk tidak menunggu ku lagi, noona. Aku tidak ingin membuatmu tak bahagia karena menungguku. Aku tak ingin membuatmu kelelahan lagi karena menungguku"
"tidak, jangan seperti ini kumohon"
"sudah saatnya aku pergi. Aku sangat mencintaimu, noona. Dan maaf karena aku begitu jahat meninggalkan mu kembali. Selamat tinggal"
"tidak, tidak. Jangan seperti ini lagi. Jangan tinggalkan aku lagi, kumohon. Kembali... SOHN YOUNGJAE!!!"
"ERIC!!!!"
Hyunjae yang berada satu kamar dengan Joonyoung langsung terjaga, bahkan Chanhee, Changmin, dan Hyunjoon yang berada di samping kamar mereka ikut terbangun dan segera mendatangi kamar mereka.
"Joonyoung, kau kenapa? Ada apa?" tanya Hyunjae khawatir bercampur panik sembari memeluk Joonyoung dari samping.
"katakan padaku jika Eric sedang baik-baik saja di Seoul. Tolong katakan itu padaku"
Isakan yang ia tahan sekuat tenaga akhirnya lolos juga membuat sahabatnya yang lain ikut merasa sedih dan gelisah walau tak sekuat apa yang ia rasakan sekarang.
"eonnie, tenanglah. Eric baik-baik saja disana. Tadi itu hanya mimpi saja" Chanhee membantu Hyunjae menenangkan Joonyoung.
Gadis keturunan Toronto itu tak lagi berbicara, ia hanya diam sambil terisak di pelukan Hyunjae. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain membiarkan gadis itu menangis meluapkan semuanya.
TO BE CONTINUED~~~
Author mohon maaf ya kalau semisal ada yang aneh dicerita ini dan mungkin terasa berbelit-belit akhir-akhir ini. Author sedang berada di fase tugas dan deadline mengejar. Tolong tetap dukung author dan cerita ini serta cerita author yang lainnya ya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
✔✔Memoria ||∆Baeric∆||✔✔
FanfictionTak masalah kau lupa dengan namaku. Tak masalah kau lupa dengan diriku. Tapi aku mohon padamu, jangan kau sampai lupakan semua kenangan kita bersama dulu. Jangan lupakan rasa cinta kita yang saling melengkapi satu sama lain. [TAMAT] #rank 3 in soner...