18|• Persahabatan Yang Hancur.

404 23 0
                                    

"Hai Zar " sapa Jina kemudian duduk disamping Zara. Zara menoleh dan tersenyum.

"Hai. Eh ini siapa? " tanya Zara menunjuk perempuan berbaju SMA Adisba, yang tersenyum pada Zara.

"Hai, gue Chintya Dinata. Sepupu Jina. " ucap Đina, sembari tersenyum. "Ini sepupu gue paling gesrek. Otaknya miring butuh asupan. " ucap Jina.

Zara terkekeh pelan. "Gue Zara. Zara Thalenta Kimberly, semoga bisa berteman baik ya, " Dina membalas nya dengan anggukan dan senyuman.

"Ini ntar jadi sahabat baru kita Zar. " ucap Jina menatap Zara kemudian Dina.

Zara tersenyum dan mengangguk. "Oya Zar. Maafin gue ya, kemarin gue gak bantuin lo. Dan begonya gue cuma liatin lo doang. Entah kenapa ego gue gada niat buat nge bantu. Maafin gue ya Zar, " ucap Jina penuh rasa salah.

"Iya gapapa. Lagian itu pantas buat gue. Harusnya gue gak nemuin pak Nando. Jadi gini urasanya. " ucap Zara.

"Tapi kenapa lo cuma diam aja? Kenapa lo gak mau jelasin yang sebenarnya? " tanya Jina penasaran.

"Bukanya gak mau jelasin. Cuma butuh waktu aja buat jelasin semuanya. Gue juga harus cari bukti. Gue yakin, hanya dia yang selalu percaya sama orang lain, tanpa mendengarkan yang lainya. " ucap Zara.

"Tapi gue heran deh Zar. Siapa sih yang nyebarin foto kek gitu? Gue yakin, orang yang nyebarin itu benci banget sama lo. " ucap Dina kemudian duduk didepan bangku Zara.

"Atau mungkin Sandra? " ucap Jina menebak.

"Gue gatau pasti dia siapa. Dan gue yakin bukan Sandra Pelaku nya. Ngapain juga dia melakukan sebuah hal yang akan merugikan dirinya sendiri? Kalopun Sandra, dia gak akan mungkin jalanin aksinya, kalo menyangkut keluarga. Gue yakin, bukan Sandra. " ucap Zara yakin.

Bagaimana bisa, seorang penjahat menjalankan aksinya yang melibatkan kedua orangtuanya untuk balas dendam? 100% gak anak yang tega.

Jina dan Dina mengangguk setuju. Kemudian datang Aira menggendong tas merahnya dan duduk dibangku urutan nomer 2 tanpa menoleh sedikitpun pada Zara, Jina dan Dina.

"Hai Ra. Sini gabung, kita dapat sahabat baru lagi nih, "ucap Zara mengajak Aira. Namun, Aira hanya diam saja dan tak memperdulikan ucapan Zara.

"Ra? "

"Sini kumpul bareng kita kita. " ajak Zara. Namun Aira tak kunjung membalasnya.

"Udahlah Zar, orangnya juga gamau. Biarin aja. " ucap Jina ketus.

Zara membuang nafas belan, dan beranjak menghampiri Aira yang membuka buku sejarahnya. "Ra " ucap Zara lembut.

Aira segera menepis tangan Zara kuat. "Paan sih lo! " ucap Aira ketus tanpa beralih menatap bukunya.

"Lo kenapa? Ada masalah? "

"Cerita aja kali Na! Kita bisa dengerin lo kok. " ucap Zara lembut.

"Lo bisa diam gak sih?! Ganggu banget tau gak! "Ucap Aira menatap sebal Zara.

"Ra, "

"Diam gue bilang! Lo tuli?! " ucap Aira semakin kesal.

"Lo kenapa? Salah gue apa? Kita kan sahabat Na, " ucap Zara mengelus lembut pundak Aira. Namun Aira segera menepisnya kuat kuat.

"Sahabat? Itu dulu! Sekarang gue bukan sahabat lo lagi! Lo ngerti?! Dan jangan panggil gue sebagai sahabat lo! " ucap Aira.

Zara membulatkan matanya. Bukan sahabat? Kenapa Aira?

"Lo capek ya Ra? Boleh gue bantuin? " ucap Zara kemudian duduk disebelah Aira. Aira sontak mendorong tubuh Zara, hingga Zara jatuh dilantai. Jina dan Dina segera menolong Zara untuk berdiri.

REANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang