14|• Tamparan Keras.

467 31 0
                                    

Disinilah Zara sekarang. Tempat luas dengan beberapa tumpukan buku disudut ruanganya. Terhiasi oleh karya karya murid SMA Adisba, dan 3 buah lemari kaca yang sudah penuh berisi piala atas kejuaraan anak Adisba. Zara sebelumnya sama sekali tidak pernah melihat ruangan ini. Menakutkan. Walaupun Zara bodoh, peringkat 22 dari 23 siswa, Zara tak pernah membuat ulah sebelumnya.

"kamu zara? " ucap pak Roni, yang Zara tau adalah Kepala sekolah diAdisba. Zara mengangguk lemah dan menatap Roni.

"Apa isu yang berdebar tentang kamu itu benar? " tanya Roni. Zara yak menjawab. Entah kenapa mulutnya sangat sulit tuk berucap.

"Jawab saya! " ucap Roni dengan suara tegas dan lantang nya.

"Tidak. Saya tidak pernah melakukanya. " ucap Zara. Zara mencoba menenangkan diri, dan berusaha semaksimal mungkin.

"Saya butuh kejujuran kamu! " ucap Roni semakin tegas, yang membuat Zara mati ditempat.

"Jawab! "

"Baiklah kalo kamu tidak mau menjawab."ucap Roni dengan pasrah. Zara menundukan kepalanya mencoba untuk tenang.

Namun, hal yang tidak diduga terjadi pada Zara. Tamparan keras berhasil mendarat Dipipi Zara. Zara sontak mendongok dengan memegangi pipinya yang terasa sakit dan panas. Zara terkejut bahwa yang menamparnya adalah Siska. Istri Nando. Dapat diliat jelas, dikedua mata Siska, bahwa ia benar benar sangat marah, nafasnya yang naik turun tak bisa dikendalikan.

"Tante Siska? "

"Iya. Kenapa?Mau apalagi kamu ha? Dulu Mama kamu yang mencoba ngerebut Nando dari saya, sekarang kamu anaknya. " ucap Siska dengan amarah yang besar.

Zara lantas berdiri, dan menyilangkan tangan didada. Mencoba menahan semua rasa sakit. "Maaf tante. Saya sama mama saya, tidak pernah sekalipun berfikiran untuk merusak kebahagiaan tante. Apalagi merebut suami Tanta. "

"Lancang kamu ya! Mana ada pelakor yang mau nga ku bahwa dirinya pelakor. Kamu harusnya mikir dong! Buat cari pasangan sendiri, gak merebut suami saya. Emang gak ada laki laki yang mau sama kamu? Wajar gak ada, kamu kan murahan. Dimata siapa saja kamu tetep murahan. Sama seperti mama kamu! "

Brakkk

"Saya udah sopan ya sama tante. Harusnya tante tanya sama suami tante! Siapa yang mau ngerebut kebahagian. Suami tante atau mama saya!? Dan saya mau ngasih berita fakta sama tante. Tante gak sabar kan buat dengerinya? Suami tante sama sekali gak pernah suka apalagi cinta sama tante. Makanya dia ngejar ngejar mama saya terus, bukan mama saya yang ngejar suami tante. Mama saya gak pernah sekalipun ada niat buat ngerusak apalagi merebut kebahagiaan tante! Suami tante yang gak bener! "

Plakkk

Zara membulatkan matanya, lagi lagi ia harus mendapatkan Tamparan yang cukup keras.

"Jaga omongan kamu! Suami saya itu setia! Dia cinta sama tante! Bukan sama mama kamu! Dan kamu sama mama kamu itu murahan! Kamu lajang! Dan saya minta sama pak Roni, buat DO anak seperti dia! Dia gaakan buat nama Adisba menjadi baik, justru akan membuat buruk! Saya gak mau ada sekolahan yang nampung wanita seperti dia! Pelakor! "

Zara mengepalkan kedua tanganya kuat. "Zara gaakan diDO dari sekolahan ini! " ucap pria yang masuk dan memecahkan semua amarah Siska.

Zara terkejut. Dia adalah Rean. Anak pemilik sekolahan. Jadi bebas, mau apapun tak ada guru yang berani mengeluarkannya, jika ada aur dari sekolahan ini. Siska menatap jengah Rean.

"Siapa kamu? Oh jadi kamu pacarnya? Baguslah kalo ada pacar seorang pelakor disini, biar pacar kamu tau semuanya! "

"Saya udah tau. "

REANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang