"Kenapa?! Kenapa harus gue yang ada disini? Gue juga pengen seperti yang lain. Bahagia tanpa siksaan. "-Zena Thalenta Kimberly -
*******
Suara teriakan menggema diseluruh Villa tersebut. Menampakan sesosok perempuan dengan pakaian yang amat lusuh, jauh dari kata bersih. Ruangan yang gelap tanpa penerangan tersebutlah, yang menampung Zena selama bertahun tahun. Gadis cantik, yang kini tidak pernah melihat terangnya matahari, keramaian dunia luar dan dll. Hanya ada kegelapan, kesunyian dan kesendirian.
Sepasang bola matanya melihat sesosok perempuan dengan seragam sekolah bertuliskan SMA ADISBA, dan tas berwarna hitam yang selalu ia bawa. Gadis tersebut, mendekatkan dirinya pada Zena, dan tersenyum kecut.
"Hai Zena? Gimana hari hari lo? Pasti sunyi kan? " ucap gadia tersebut kemudian tertawa keras, yang membuat gema diseluruh sisi ruangan.
Zena tak menjawab. Zena hanya diam. "Gue disini gak sunyi. Gue seneng. Gue seneng karena cuma bisa liat 1 penjahat disini, bukan banyak penjahat yang ada diluar. Gue sama sekali gak ngerasa kesepian, karena orang baik selalu ada pada kebaikan dan selalu dilindungi. Bukan penjahat yang gak punya hati kek lo! " ucap Zena menusuk membuat emosi gadis tersebut semakin melonjak.
"Oke. Gue tunggu, sampai kapan orang baik bisa bertahan, dalam keadaan yang gak memungkinkan. " ucapnya dengan menyilangkan kedua tanganya didada, membuat Zena muak akan semua ini. "
Gue bakal buktiin sama lo. PENJAHAT! " ucap Zena dengan menekankan kata pada kalimat terakhir membuat gadis tersebut semakin marah.
Gadis tersebut berjongkok, menyamai posisinya dengan Zena dan mencengkram kuat pipi Zena membuat Zena kesakitan. "Penjahat? Iya gue emang penjahat. Dan penjahat yang ada didepan lo ini, akan musnahin lo dari bumi ini! Zena Thalenta Kimberly. " ucap gadis tersebut, kemudian membuang pipi Zena kasar.
Zena menahan semua rasa sakit yang ada. Hanya inilah yang dapat Zena lakukan. Menahan dan Diam. Sulit bagi Zena, untuk keluar dan menikmati dunia luar. Yang ada hanya Kesunyian, kesengsaraan dan kesendirian.
"Tunggu aja. Sebentar lagi kematian lo akan tiba. Bersenang senanglah Zena. " ucap gadis tersebut kemudian tersenyum miring menatap Zena yang tak berdaya.
"Oya. Gausah khawatir. Gue pastiin lo mati ada temanya. Zara dan bokap lo akan nemenin lo Kealam kubur. So, kalian bisa ketemu kok. Tapi bukan didunia. " ucap gadis tersebut kemudian melangkahkan kakinya pergi, membuat Zena menggelengkan kepalanya kuat.
Zena muak dengan semua ini. Sangat muak.
"Kenapa?! Kenapa harus gue yang ada disini? Gue ingin seperti mereka yang bisa menikmati masa remajanya. Gue pengen bahagia. Gue pengen liat indahnya dunia luar. Gue pengen liat terangnya matahari. Gue kangen semua itu! Gue rindu hidup gue yang nyata! Gue rindu semuanya. Kenapa harus gue yang ada disini? " ucap Zena dengan mengeluarkan air mata.
Keadaanya sekarang sangat tak memungkinkan.
"Gue benci situasi ini. Gue gak bisa jalan! Gue gak bisa baca. Gue gak bisa semua hal. Gue bodoh. " lanjut Zena sembari memandangi dirinya sendiri. Zena bernafas pasrah. Bagaimana Zena bisa keluar dengan keadaan seperti ini? Kaki yang ditali dengan deruji besi dan ruangan yang gelap tak ada penerangan. Hanya sebuah lilin yang menanami Zena selama bertahun tahun.
Zena memandangi lilin penerangnya. "Lilin. Gue pengen seperti lilin. Berguna. Selalu menerangi kegelapan. Lilin? Apa gue selamanya cuma bisa sama lo? Apa gue selamanya tetap disini? Apa gue selamanya cuma bisa liat lo dalam akhir hidup gue? Lilin, gue mohon. Bantu gue keluar. Gue pengen jadi lo. Gue benci jadi diri sendiri. Lilin, kalo nanti gue beneran mati, tolong lo sampein kekeluargaan gue, kalo gue udah bahagia ya. Tolong sampein ke Mama, kalo gue selalu sayang sama Mama, walau Mama gak pernah nganggap Zena ada. Lilin, sampein ke Zara, gue kangen main boneka bonekaan lagi. Lilin, sampein kesemua orang, kalo gue rindu. " ucap Zena semakin terisak dengan pandangan yang tak hentinya memandang Lilin, si penerang hidupnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAN
Roman d'amourFOLLOW SEBELUM MEMBACA. Mencintai 2 wanita dalam 1 hati. 💔💔💔 "SEBAGIAN KISAH ASLI AUTHOR!"