Belum ada satu hari Galuh masuk sekolah, anak itu sudah mendapat penanganan khusus di rumah sakit. Pukulan brutal Miko, membuat lebam di beberapa tubuh Galuh, sampai anak itu pingsan seketika akan dibawa ke UKs. Pihak sekolah meminta Ibnu untuk menghubungi Fariz, setelahnya Ibnu yang mengurus permasalahan mengenai Miko dan Galuh.
Bukan hal yang aneh bila Ibnu masuk ruang BK, hanya saja kali ini kasusnya berbeda. Tidak ada satu pun yang berani melawan Miko saat itu, jika bukan Ibnu, adiknya bisa saja lenyap di sana. Ibnu tahu, dirinya tidak begitu pandai, tapi jangan salahkan dirinya, jika Ibnu akan sama brutalnya dengan hewan liar, kalau tidak ada yang mendahului. Ini kali pertama Ibnu berkelahi dan langsung dapat surat peringatan. Sekeras apapun Ibnu membela diri, tetap posisinya tak jauh beda dengan Miko yang sudah mendapat sanksi tidak masuk sekolah selama satu minggu kedepan. Sementara Ibnu, ia hanya bisa pasrah. Saat ini, yang ada dipikiran Ibnu hanya Galuh, anak itu pasti kesakitan di sana, sedang Fariz, kakaknya akan datang usai jam kuliah berikutnya usai.
"Garuda, ada apa?" tegur Pak Huda, guru bidang, yang menjadi saksi saat tindakan Ibnu mengambil alih pandangnya.
"Pak, maaf, saya boleh ijin pulang? Adik saya di rumah sakit, Kakak saya belum pulang." jelas Ibnu. Pak Huda tersenyum, lalu menepuk bahu muridnya perlahan sambil diusap.
"Garuda, tadi kami sudah memberitahu Tante kamu juga, dan itu lewat Kakakmu. Sudah, tenangkan diri saja dulu. Kamu tidak ingin di hukum lebih dari pada ini 'kan?" jelas Pak Huda. Ibnu menoleh, ia melihat raut yang tak biasa dari guru favoritnya. Ibnu memang jarang dekat dengan guru, karena Ibnu terbilang bodo amat kalau belajar, jangan salahkan dia, nilai akademiknya jauh dari kata sempurna. Dia lebih memilih non akademik, karena Ibnu mencintainya.
Di ruang yang cukup besar, Ibnu hanya ditemani oleh Pak Huda, karena hanya Pak Huda yang mampu berbicara dengan Ibnu begitu akrab. Pak Huda juga salah satu guru yang tahu bagaimana keluarga Ibnu, hanya saja Pak Huda terlampau
sadar, jika dirinya seorang pendidik. Memberikan arahan yang baik pada siswanya, justru Pak Huda memilih menjadi seorang teman bagi siswa, agar dia tahu apa masalah siswanya."Bapak percaya saya 'kan? Saya harus temenin adik saya di rumah sakit, kalau dia kenapa-napa gimana, lagian nunggu kakak saya datang itu lama, paling magrib kali, saya juga gak tahu.?" celoteh Ibnu. Hatinya tidak tenang sama sekali, meski di sana ada Tante Desti, tetap saja kalau bukan dirinya atau Fariz mana bisa tenang. Huda yang melihatnya hanya terkekeh, lelaki itu tak bisa membayangkan bagaimana geramnya Kamal, guru BK yang tadi sudah memarahinya, padahal sikap anak yang duduk bersamanya, adalah anak yang sulit dijabarkan bagaimana dia.
"Garuda, adik kamu itu baik-baik saja kok, sudah jangan khawatir." ucap Huda. Lelaki itu mencoba untuk menenangkan Ibnu, ia juga tahu bagaimana Ibnu.
Suatu hari, ketika Ibnu masik duduk dibangku kelas 1 SMA, ia pernah tak sengaja bertemu di sebuah caffe yang tak jauh dari rumahnya. Di sana Huda bisa melihat Ibnu yang beda, dia cuek, suka bercanda, dan itu hanya dengan teman-temannya saja, lalu Huda juga pernah tak sengaja memergoki Ibnu dan teman-temannya yang datang ke salah satu panti sosial. Anak itu terlihat ramah bahkan ia dan teman-temannya ikut membantu. Meski saat itu hanya sebentar, setidaknya Hadi sedikit tahu, bahwa Ibnu bukan sekedar nakal. Ia memiliki kelebihan yang tidak semua orang tahu.
"Bapak akan selalu percaya kamu Garuda." lanjut Hadi, pria itu bangkit, lalu permisi, keluar. Sementara Ibnu hanya menunggu, sampai sosok Fariz datang. Tadi, sebelum adu argumen dengan Miko, Ibnu telah memberikan kabar, kalau Fariz harus ke sekolah dulu, untuk menjemputnya pulang. Karena selain Miko, Ibnu juga dapat sanksi dilarang masuk selama tiga hari. Awalnya Ibnu tidak terima, tapi, lagi-lagi Hadi membawa damainya luluh, lelaki itu tahu bagaimana cara melunakan amadah Ibnu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALUH✔ ( PROSES REVISI )
Roman pour Adolescentsluka adalah dia yang tak mau berjuang, bukan karena tak mampu, hanya saja waktunya tidak cukup untuk menyelesaikan semuanya. Namanya menggema di mana-mana, tapi tidak dengan jiwanya yang pergi lebih dulu. Berharap akan ada keajaiban, namun semuany...