Empat Puluh Tiga 🍫 Melepas Genggan

686 49 17
                                    

Selamat menikmati🍫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat menikmati
🍫

Semalaman Fariz kembali terjaga. membuat pria itu harus memutar otak mencari cara agar Ibnu tidak nekad. Tapi, usahanya sia-sia cowok itu pergi dengan amarah yang membara. Membiarkan semuanya melebur menjadi satu dengan ombak yang menerpa benatuan karang.

Fariz tidak sebodoh itu, kan? Lalu mengapa genggaman Ibnu terlepas darinya ketika cowok itu meminta dengan tulus?

Ada hal yang sulit untuk Fariz ungkapkan ketika Ibnu menatapnya  dalam. Fariz hanya membuang pandang seolah tidak akan terjadi apa-apa. Namun, takdir telah membawanya pada satu jurang luka yang lebih dalam dari sebelumnya.

Fariz hanya ingin berdamai, bukan menambah rasa atau rindu yang nantinya akan menjadi benci. Fariz hanya tidak ingin dirinya di kategorikan sebagai seorang Kakak yang tidak tahu diri, bersikap egois dan masa bodo pada kedua adiknya.

Maka, di sinilah dia. Berjalan bersama Restu dan yang lainnya, mencari Ibnu dan Galuh. Mereka hilang bagai ditelan bumi. Cowok itu selalu melangkah lebih cepat dari pada seekor kancil yang berlari, nyatanya, belum ada sepuluh menit,  Ibnu memang sudah tidak ada. Ibnu menghilang, begitu juga dengan Galuh.

"Riz ngga sebaiknya hubungin polisi aja?  Ini jam 2 pagi lho, kita mau cari  mereka ke mana? Kita udah jalan jauh dari penginapan."

Harusnya Restu tidak mengatakan itu, akan bahaya untuk Restu jika emosi Fariz kembali tersulut. Tapi siapa sangka? Fariz menghentikan langkahnya menatap Restu yang juga sama ikut berhenti.

"Pihak berwajib ngga akan nrrima laporan sebelum 24 jam."

Restu tahu, tapi, bwgaimana bisa mereka mencari dua manusia yang sama keras kepalanya di pagi buta seperti ini. Itu hanya akan memakan waktu dan tenaga, jika tidak ada tindakan, kan?

"Bang, gue rasa ini pertanda deh. Lihat deh."

Suara Irgi lebih dulu mengalihkan Fariz, membuat pria itu mendekat pada Irgi yang berdiri sambil mengamani benda kecil yang sangat ia kenal. 

"Punya Galuh." gumam Fariz, ketika pria itu mengambil dan meneliti setiap ukir  yang ada dibenda itu.  Tak lama, suara Genta ikut mengisi di hening malam tanpa suara kendaraan, hanya debur ombak yanng begitu keras.

"Ibnu nitip ini, sebelum dia kemah waktu itu. Gue rasa ini couple ring. Bentuk dan motifnya sama."

Mendengar itu, Fariz segera meraih satu benda lainnya dari Genta, membuat pria itu menatap dalam keduanya.

"Ini kado ulang tahun mereka yang sengaja di pesan sama Papa."

Ingatan Fariz kembali  pada dua  tahun lalu, ketika Galuh  dan Ibnu berulang tahun. Mereka tidak pernah meminta apapun selain hadiah sederhana yang selalu mereka inginkan. Jika boleh Fariz katakan, Galuh adalah sosok yang 50 persen mewakili dirinya dan 50 persen lainnya mewakili Ibnu. Sifat Galuh dan Ibnu hampir sama, hanya saja Galuh lebih memendam dalam diam, berbeda dengan Ibnu yang akan selalu mrngatakannya tanpa peduli.

GALUH✔ ( PROSES REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang