Tiga puluh tiga 🍫 Siuman dan Lirih

460 41 40
                                    


Sepekan sudah Galuh menjadi tahanan runah sakit, sepekan juga Fariz dan Ibnu menjadi orang yang begitu manis untuk Galuh. Belum lagi di tambah Irgi, Reka, Restu, dan beberapa teman Ibnu juga datang berkunjung. Mendengar kabar kalau Galuh sakit, semua teman Ibnu menjadi salah satu geng yang tak pernah ketinggalan. Apalagi Iwan yang selalu memanjakan Galuh ketika anak itu sedang musuhan dengan Ibnu.

Bukan hanya Restu atau Iwan, yang selalu di buat kesal sekaligus gemas oleh Galuh. Ada Irgi yang pastinya lebih dulu berbuat ulah sebelum tawa itu hadir. Irgi termasuk teman pengertian, terlebih runah mereka berdekatan dan Irgi juga satu-satu orang yang cukup paham tentang keadaan Galuh. Meski, Irgi tahu banyak hal, ia tidak pernah banyak tanya atau mengumbar ke semua orang tentang Galuh. Anak itu juga tidak akan pernah mau melihat Irgi ketinggalan sekolah, cukup hanya dirinya, cukup hanya Galuh yang selalu tertinggal, jangan orang lain. Bagi Galuh sahabat itu ada walau tidak semuanya harus mengikuti jejak yang sama, Galuh pernah bolos, Galuh juga pernah berkelahi, tapi Galuh tidak pernah mau melibatkan siapapun untuk membela dirinya. Kecuali orang itu mau atas dasar keinginannya sendiri bukan dengan paksaan. Dan Irgi selalu menjadi sosok dibalik itu, melihat dari kejauyan, mendekat ketika anak itu kesulitan. Irgi tidak pernah meninggalkan Galuh, walau akhirnya Galuh yang akan meninggalkan Irgi.

Seperti janjinya tempo hari, Irgi dan Reka akan kembali, menjenguk Galuh, atau lebih tepatnya hampir setiap hari Reka dan Irgi datang untuk bergantian jaga dengan kedua kakak sahabatnya itu.

Irgi tidak pernah lupa, bagaimana ingatannya kembali berputar untuk mencari lembaran kusam, saat Galuh mencoba makanan yang selalu Kamila larang. Anak itu akan nekad, meski akhirnya rasa gatal itu muncul sampai ia harus dilarikan ke runah sakit. Banyak hal yang Galuh lupa terkait kesehatannya, dan rasa cemas semua orang padanya. Galuh itu terlampau istimewa untuk dilupakan, hadirnya membawa tawa, meski tingkahnya sama seperti Fariz, hanya saja Galuh lebih sering membawa senyum dari pada Fariz yang jarang menampakkan hangat.

"Ngga mau! Maunya pulang aja, bosen Abang, bosen!"

Sejak siuman dua jam lalu, Galuh memaksa untuk segera pulang, padahal ia masih harus melakukan transfusi darah, terlebih kemarin malam, trombosit anak itu benar-benar menurun, dua kantung darah saja rasanya masih kurang untuk Galuh. Selama di rumah sakit tubuh Galuh sudah menghabiskan kurang lebih 7 kantung darah. Di tiang infus yang ada di sebelahnya kini sudah terpasang kantung yang kesekian. Entah apa rasanya, yang jelas melihat semua itu akan merasa ngilu, ditambah nasal yang beberapa kali ganti karena sempat tersumbat. Hampir saja Galuh kehilangan oksigennya. Bukan hanya kesal, melihat bagaimana adiknya meributkan selang-selang yang menempel manis di tubuhnya, perlu diingat Galuh itu benci rumah sakit. Tapi dirinya selalu datang ke sana.

Seperti saat ini, anak itu tetap menolak membuka mulutnya, mendapat asupan makan dari infus saja tidak akan cukup, Fariz sudah berusaha sebisa mungkin membujuk adiknya, tapi tetap saja anak itu akan mengatakan makanan rumah sakit itu hambar, lebih baik makan nasi goreng.

"Kalau lo ngga sakit, udah gue ketekin, astaga! Makan! Kalo lo mau jalan-jalan ke ancol, biar cepat sehat, ngerti bahasa manusia ngga sih?" itu Ibnu, cowok yang sudah tidak tahan melihat Galuh yang keras kepala, meski ia baru saja sampai di rumah sakit, Ibnu tidak bisa meninggalkan tugas sekolahnya yang belakangan menumpuk, di tambah ujian sekolah yang sebentar lagi akan mengganggunya.

"Lo suka ingkar, gue gak percaya sama lo!"

Ibnu hanya mendesah kasar, pandangnya ia bawa menatap lekat pada Galuh. Meski jaraknya cukup jauh, Ibnu tidak sedang bercanda, kali ini dirinya sedang dalam mode kurang damai. Ibnu bangkit dari sofa, berjalan mendekat pada brankar Galuh. Hanya limat menit untuk Ibnu duduk tadi, tapi rasanya tidak enak kalau belum memberi ceramah pada adiknya. Sementara Fariz pria itu akan menjadi tenang dan menjadi penonton bayaran di sisi lain sambil bersedekap dada.

GALUH✔ ( PROSES REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang