Usai sarapan, sesuai janjinya akan betlibur. Fariz pun mengecek kembali barang bawaannya, seperti snack dan obat-obatan milik Galuh.Fariz tidak ingin menghancurkan liburannya dengan berdebat sepanjang hari dengan Galuh. Maka ia memutuskan untuk berdamai, meski anak itu masih belum mau bicara padanya. Setidaknya Galuh telah memaafkannya.
Fariz juga tidak lupa kalau Ibnu ada dibalik semua ini. Entah bagaimaja caranya cowok itu meluluhkan Galuh tanpa di sogok dengan cokelat favoritnya.
"Bang, nungguin siapa lagi sih? Pegel nih." gerutu kesekian yang Ibnu lontarkan pada Fariz, tapi sepertinya gerutu itu hanya sebuah embus angin yang tak pernah sampai.
Sementara di sudut lain Galuh tengah asik menonton siaran animasi kesukaannya, anak itu akan mrngoceh jika waktu menontonnya di ganggu, padahal Fariz dan Ibnu tahu kalau adiknya memang galak pada waktu tertentu. Seperti saat ini, Ibnu dikejutkan oleh pekik Irgi dan Reka yang di pukuli Galuh karena mengganggu.
"Kenapa ?" tanya Fariz. Ibnu hanya mengangkat kedua bahunya lalu berjalan keluar membawa gitar miliknya untuk ia letakan di bagasi mobil.
"Sorry, gue habis anterin Tante gue, tadi. Lama ngga?"
Tidak ada sahutan, Fariz pun melangkah keluar rumah lalu masuk ke dalam mobil setelahnya, pria itu membunyikam klakson begitu keras, membuat Ibnu mengumpat karena berisik.
"Galuh, Irgi, Reka, buruan!" teriak Ibnu akhirnya.
Tak perlu waktu lama, semua telah bersiap dan mengambil posisi nyamannya masing-masing. Tak terkecuali untuk Galuh yang akan ribut dengan Ibnu jika cowok itu belum puas mengganggu adiknya.
"Gue turunin!"
Tak ada yang membantah, Ibnu diam setelah mendengar ketus dengan wajah datar milik Fariz. Tak mau membuang waktunya, Fariz pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan pekarangan rumah.
"Bang Nu, katanya temen lo pada ikut, terus mana ?" tanya Reka, Ibnu menoleh, menatap Reka dengan wajah polos tanpa dosa.
"Mereka tunggu perempatan gang. "
Reka mengangguk paham, lalu anak itu bersandar pada Irgi yang sibuk dengan game onlinenya.
Sebebarnya sejak semalam Reka ingin sekali menginap, tapi Ibnu melarangnya, terlebih mood Galuh yang kurang baik, sudah pasti Reka akan mendapat hantam keras karena menerima ucapan tajam dari Galuh.
Ibnu tidak pernah mengira kalau kedekatan Irgi dan Reka sangat berpengaruh pada Galuh. Walau, Irgi dan Reka selalu ingin menemaninya setiap saat, tapi Galuh adalah manusia keras kepala, apapun yang dia katakan adalag mutlak tidak bisa diubah.
Galuh pernah berpesan, kalau persabahatan adalah mereka yang berjuang bersama, mereka yang tak peduli dia sakit atau sehat. Tapi, Galuh selalu merubah haluan itu menjadi hal yang tidak bisa di duga oleh siapapun.
Galuh adalah senja. Dia ada dikala sore, setelahnya akan redup bersama malam. Maka hadirnya sesaat seperti semu yang tak tahu arah.
"Riz, lo udah kirim formulirnya, kan?"
Fariz tidak menyahut saat Restu mengatakan hal sangat sensitif untuk Fariz dengar.
Fariz hanya ingin mengubah hidup dengan caranya, memberi ruang untuk adik-adiknya. Dia tidak ingin membiarkan sedikitpun hilang dari pengawasannya. Cukup semalam dirinya mengabaikan Galuh. Kini, tidak lagi.
Sepanjang perjalanan Galuh hanya diam sambil bersenandung merdu, melantunkan melodi indah dengan sahutan manis lagu yang menggema.
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Karena hati telah letih
KAMU SEDANG MEMBACA
GALUH✔ ( PROSES REVISI )
Ficção Adolescenteluka adalah dia yang tak mau berjuang, bukan karena tak mampu, hanya saja waktunya tidak cukup untuk menyelesaikan semuanya. Namanya menggema di mana-mana, tapi tidak dengan jiwanya yang pergi lebih dulu. Berharap akan ada keajaiban, namun semuany...