Tubuhmu mungkin gagah, tapi jiwamu telah rapuh, maka hargailah dirimu seperti kamu ingin dihargai.
Garuda Ibnu Haikal
Selamat menikmati 🍫
. . . .
Sore itu pukul 16:30, kurang lebih sekitar setengah lima. Teriak Restu yang memecah hening di kepala Fariz yang memuncak, ia dengan cepat membanting stir, tak sengaja arahnya oleng, sementara di depan sana ada pembatas jalan yang terhubung langsung dengan tiang listrik yang besar.
Tak ada satu pun dari mereka yang tidak apa-apa, keduanya sama terluka, keduanya mengalami benturan cukup keras. Hanya saja, mereka jauh lebih beruntung dari pada pengendara yang juga ikut serta menabrak mereka secara beruntun di belakangnya.
"Riz, ay-o bangun, Riz!" ucap Restu lirih. Suaranya serak, ia pun membuka pintu mobilnya perlahan Restu turun menahan pedihnya luka yang tercipta di kening dan sikut juga beberapa luka kecil di sekitar wajah. Restu memutar mobil untuk menarik Fariz keluar, tubuhnya begitu lemah, rasanya tak kuat, tapi Restu berusaha mengeluarkan temannya dari sana, sedangkan asap mobil yang sudah tebal mulai menghalangi pandangannya.
"FARIZ BUKA MATA LO! KITA JENGUK GALUH, AYO RIZ BUKA MATA LO, ADEK-ADEK LO NUNGGUIN ABANGNYA! FARIZ!"
Pekik Restu, sambil mengguncangkan tubuh Fariz yang berhasil mengeluarkannya. Dibawanya Fariz yang tak sadarkan diri jauh dari lokasi, sedangkan beberapa warga yang menyaksikan kecelakaan itu, memvantu mengeluarkan beberapa barang yang tertinggal di dalam saja dengan segera.
"Riz?! Bangun! Gue mohon banget, buat Garuda sama Ananda, Riz!" getir suaranya serak, beberapa orang mencoba membantu memebrikan air minum untuk keduanya. Restu tidak mau kehilangan teman satu-satunya yang selama ini sudah bersama. Setidaknya melihat Pria itu membuka matanya, itu sudah lebih dari cukup.
Terdengar suara serak menanggil nama Galuh dan Ibnu, Restu langsung memeluknya, padahal saat itu Fariz masih terbaring diatas aspal, setelahnya mengucap syukur karena Fariz tidak mati muda dan meninggalkan dirinya.
"Ya Tuhan, lo ngga apa-apa, kan Riz, gue takut parah, kita ke dokter ya," tutur Restu, belum sempat menjawab, RFariz masih merasa penat, seolah isi kepalanya sudah lenyap, kesadarannya pun masih setengah, belum terkumpul. Ia merasa ada sesuatu yang mengalir dari pelipisnya, begitu cepat hingga akhirnya satu usapan cepat membuat Fariz tersentak, lalu menatap Restu tanpa ekspresi dan senyum.
"Ke rumah sakit, oke!" putus Restu, tanpa peduli bagaimana Fariz akan memakinya nanti. Perlahan Restu mencoba membantu Fariz, tapi sayang, tenaga Restu sudah tak sanggup, bobot tubuhnya sudah tak bisa ia tahan lagi, baru saja berdiri detik berikutnya Restu pingsan, dalam rangkulan Fariz yang sama ikut terjatuh menahan berat tubuh Restu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALUH✔ ( PROSES REVISI )
Novela Juvenilluka adalah dia yang tak mau berjuang, bukan karena tak mampu, hanya saja waktunya tidak cukup untuk menyelesaikan semuanya. Namanya menggema di mana-mana, tapi tidak dengan jiwanya yang pergi lebih dulu. Berharap akan ada keajaiban, namun semuany...