Tiga Puluh Empat🍫 Bangkit atau Menyerah

334 44 22
                                    

Jangan lupakan semesta, karena tanpa semesta kita tidak mungkin bersama saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupakan semesta, karena tanpa semesta kita tidak mungkin bersama saat ini.
Ananda Galuh

. . .

Nyaring bunyi detik jarum jam membuat Galuh benar-benar terlelap, tertidur dalam pejam mata yang begitu damai. Fariz menyesal sejak dulu ia tidak pernah bisa memaksakan adiknya untuk rutin cuci darah. Kini, semuanya udah terjadi, dan anak itu sudah benar-benar lelah untuk berusaha bangkit setelah beberapa kali tumbang. Surya mengatakan Galuh selalu membiarkannya dan berlalu mengalir seperti air, padahal akibat dari itu telah berhasil membuatnya menyerah.

Dan tadi, suara jerit Ibnu membuat Fariz panik. Cowok itu meneriaki sosok yang tak teraba sama sekali, menunjuk ke sisi sebelah Galuh sambil mengatakan "jangan dekat, jangan dekati dia."

Sejenak Fariz terdiam, ia lupa kalau Ibnu tidak sedang bermain-main. Raut wajahnya begitu ketakutan, kali ini Fariz memutuskan untuk membawa Ibnu ke ruang isolasi. Di sanalah dia berada sekarang. Berdiam sendirian tak tahu harus berbuat apa. Bahkan ketika di bawa pun Ibnu memberontak sejadinya.

Katakan saja saat ini Fariz egois. Fariz tidak bisa membiarkan siapapun terluka untuk sekarang. Dirinya hanya perlu merelakukan satu dari dua, yang harus di pisahkan untuk sementara waktu.

Dan dia memilih Ibnu, karena bagaimana pun Galuh lebih membutuhkan hadirnya, tidak peduli orang akan berkata apa, setidaknya Fariz bukan orang yang jahat membiarkan adiknya terlihat tidak waras di depan teman-temannya sendiri nanti.

"Luh, Abang di sini, jangan khawatir." bisik halus yang beberapa kali Fariz lontarkan ketika merasa pergerakan Galuh mulai tak nyaman.

Galuh hanya bosan, sungguh. Ia tidak mau terlalu lama, bukan-kah hanya alergi kepiting saja? Lalu mengapa sampai selama ini menderitanya. Itu pikiran Galuh sebelum sosoknya benar-benar terlelap dalam dekap Fariz.

"Cepat bangun, buat senyum dan gaduh lagi bareng Ibnu. Dia kesepian Luh, dia butuh lo hibur."

Percuma saja untuk Fariz berceloteh seperti orang gila, karena pada akhirnya ia sadar, kalau Galuh tidak ingin di ganggu. Beberapa waktu lalu Fariz juga lebih dulu menghubungi Irgi untuk mengabari teman-teman Ibnu, yang katanya sudah berada dalam perjalananagar datang ketika Ibnu tidak ada di sana. Fariz hanya tidak ingin semuanya menyaksikan betapa mengerikannya Ibnu tadi.

🍫🍫

Senja sudah mulai muncul, tapi Galuh masih belum mau membuka matanya, sejak tadi Fariz juga berada di sisinya. Pria itu sama sekali tidak berniat pergi menjauh, meski untuk merebahkan tubuhnya sejenak di sofa. Fariz hanya bisa mengingat lembaran kelam ketika usianya masih remaja, ketika usianya masih belasan tahun.

Fariz tidak akan pernah bisa melupakan bagaimana sosok Ibnu yang datang padanya sambil merengek karena adik kecilnya menangis. Mengadu padanya ketika mainan adiknya di rebut oleh temannya.

GALUH✔ ( PROSES REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang