Dua puluh tiga 🍫 Lelah?

515 47 126
                                    


Mari katakan pada semesta, kalau rindu tidak akan pernah bisa berpisah dari bayang.
. . . .

Harap tenang,  bacanya pelan-pelan  🤭 siapin tisu kalaj perlu.  Sambil dengerin lagunya 

걱정 말아요 그대 Don't Worry (OST Anoying Brother)
Selamat menikmati. 😘😘😘

 😘😘😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . .

Sore pukul 5, Fariz sudah berada di loby rumah sakit, menunggu Ibnu yang sudah menelpon  dirinya berkali-kali kalau tidak di tunggu.  Hari ini Galuh sudah di perbolehkan pulang, meski ada beberapa tes yang harus di jalaninya  usai keluar dari rumah sakit nanti. Anak itu sempat mendesah kesal, karena urusannya dengan rumah sakit belum tuntas. Belum lagi harus bertemu Dokter Surya tadi siang. Dokter Surya hanya memberikan beberapa obat kalau misal Galuh kembali kambuh,  tidak hanya itu, Surya juga memberikan penekanan keras kepada Galuh agar anak itu  tidak terlalu lelah.

Galuh bukan tidak dengar, hanya saja ceramah Surya membuatnya  sakit kepala, dan jengah. Dan tadi siang Fariz sengaja pulamg lebih awal, bahkan dia hanya menitipkan tugasnya pada Restu agar dirinya bisa mengurus administrasi dan kepulangan Galuh.

Meski begitu, tidak mudah untuk Fariz mengatakan kalau dirinya sedang mencemaskan adiknya yang satu lagi,  bahkan ketika perjalanan pulang  dari kampus, Fariz sempat berhenti sejenak hanya untuk menerima panggilan masuk dari Ibnu.

Berulang kali Fariz bilang, kalau Ibnu  menunggu di rumah saja, tapi cowok itu tidak mau melewatkan hari bersejarahnya dengan Galuh. Yang kabarnya juga, anak itu sudah tidak sabar melihat bagaimana dekorasi kamar yang sudah Ibnu persipkan.  Memang semua ucapan Ibnu kadang menyebalkan, tapi sebelum cowok itu pergi tanpa pamit, Ibnu sempat bergumam kecil seraya mengingatkan pada, adiknya kalau Ibnu punya hadiah, itu juga kalau Galuh sudah di perbolehkan pulang. Menginap selama 3 hari kurang lebih, bagi Galuh seperti menginap di penjara selama berbulan-bulan, lama.

Terlihat langkah lebar serta cengir khas Ibnu dari kejauhan membuat Fariz mendecih,  rasa yang sama saat melihat sosok kecil yang dulu memiintanya menunggu di gerbang sekolah.

"Abang... abang.. Nu mau beli sule dulu." Ujarnya kala itu. Memang  kesal mendengar kalimat menunggu Ibnu, tapi Fariz  dengan senang hati akan melakukannya. Meski berakhir ia mendiami Ibnu sepanjang jalan menuju rumah.

"Lama! Beli tuh minta ke abangnya suruh cepetan, buang-buang waktu."

"Dih, sule itu susu kedelai Bang, parah norak banget sih, ini tuh susu sehat lima sempurna, mau coba?"

"Gak minat."

"Boleh gak sih, sehari aja gausah kaya air es, Nu, 'kan baik."

"Diem, atau Abang tinggal dijalan?"

"Ih, Bunda aja kalem, Papa juga, masa Abang kedjam sih, males." gerutunya, tetap saja anak itu akan berbicara semaunya tanpa peduli seberapa kesal Fariz mendengarkannya.

GALUH✔ ( PROSES REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang