Dua puluh enam 🍫 Pergi sebentar.

353 40 74
                                    

Tentang dia yang tak pernah bisa tergantikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentang dia yang tak pernah bisa tergantikan.
Ananda Galuh.

. . . .


Jendela adalah tempat yang paling mustahil untuk di genggam. Kenapa ? Ada alasan mengapa harus jendela, kenapa bukan langit biru di atas sana, saja?

Satu hal yang pasti, hadirnya pasti akan berujung dengan derita yang berawal dari sebuah jendela tua.

Kemarin, Ibnu berkelahi, membuat Fariz murka sejadinya. Membuat pria itu bungkam sampai detik ini. Belum lagi,  Galuh yang semalaman tiba-tiba merintih,  tubuhnya kembali demam, gusinya  berdarah, begitu juga dengan  hidungnya. Anak itu terus menjerit kesakitan, meminta siapapun untuk tidak menyentuhnya. Bahkan, Irgi saja tidak jadi pulang, melihat keadaan sahabatnya seperti orang sekarat.  Tapi, Irgi juga tidak lupa,  ada Reka di sana. Keduanya saling membahu, untuk bisa menenangkan Ibnu. Cowok itu sempat mengamuk, ketika melihat Galuh yang tak mau di sentuhnya, tak mau di peluk olehnya.  Ia menyesali dirinya sendiri, menjambak rambutnya sampai beberapa helai di sana rontok.

Padahal sudah tengah malam, tadi Fariz segera menelpon Surya, saat tahu adiknya tiba-tiba drop.  Begitu juga Ibnu, Fariz segera menghubungi Furqon. Rasanya berat, sakit dan menyekat semua waktu. 

Kini, Fariz hanya bisa menatap wajah pucat pasi Galuh dengan alat bantu yang menopang napas betatnya, begitu juga dengan infus yang kembali menempel di punggung tangannya.

"Fariz, saya sarankan, kamu segera mengurus  jadwal cuci darah adik kamu. Ini sudah parah, dan maaf  jika ini akan menyakiti adik kamu. Penyakit anemia itu bisa menjadi sebuah penyakit yang lebih serius, apalagi yang di derita Galuh sejenis aplastik. Anemia yang  akan mengganggu sumsum tulang belakang, jika itu sudah merusak sumsumnya,  Galuh harus melakukan transpalasi sumsum."

Itu yang di tuturkan Surya setelah memeriksa keadaan adiknya. Bagainana bisa  dalam satu tubuh terdapat dua penyakit yang mengerikan sekaligus? Rasanya gila untuk seorang Fariz mengerti semua kekacauan kesehatan kedua adiknya.

Belum lagi, penuturan Furqon, yang mengatakan bahwa, penyakit Ibnu harus segera di tangani, terlebih tadi Ibnu sempat membenturkan dirinya di tembok  sambil menggumam nama Arvy berulang kali. 

"Riz, istirahat." suara Restu memecah hening, cowok itu hanya bisa menatap wajah kacau  sahabatnya. Restu tidak bisa banyak bicara, karena situasinya sedang tidak memungkinkan.  Tadi, ketika mereka baru sampai rumah, amarah Fariz memuncak, memukul Ibnu sampai adiknya tersungkur ke lantai. Tapi Ibnu tidak membalas, ia justru menangis sejadinya, usai mendapat serangan brutal dari Fariz.

"Sebodoh ini gue sebagai Kakak, Res."

Restu menggeleng, ia mengusap punggung Fariz pelan, membuat pria itu nyaman. Tapi, rasanya salah. Fariz malah menepis tangan Restu begitu saja. 

"Kakak yang baik, ngga pernah menyerah buat adik-adiknya  terluka. Lo udah berjuang, bahkan tadi saat lo sparing sama anak-anak IPSI, lo bisa melampiaskan semuanya di sana, lo harus yakin, kalau mereka berdua cepet pulih." ucap Restu, Fariz menatap Restu, cowok yang dengan manisnya duduk sambil bersandar di sebelah Galuh. Sementara Fariz menatap dari kursi belajar adiknya.

GALUH✔ ( PROSES REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang