Pagi ini dibuka dengan chat dari Calvin.
Paling anak itu semalem main games sampai pagi, makanya gak bisa bangun pagi. Orang udah dapet kampus mah bebas.
Skip!
Pukul 06.30, aku udah duduk di meja makan. Nungguin Ayah ngegoreng telur dadar. Secangkir teh hangat dan air putih udah disiapin Ayah di meja. Kebiasaan Ayah ketika aku mau menghadapi event-event penting, seperti lomba atau ujian adalah, dia gak pernah nyiapin sarapan yang aneh-aneh.
Kata Ayah supaya mencegah hal-hal yang gak diinginkan seperti sakit perut atau gangguan pencernaan lainnya. Nanti baru deh, sehabis ujian boleh makan sesuka hati.
Terlihat sederhana, tapi kalau dipikir-pikir penting juga.
"Rambutnya mau diurai aja?" tanya Ayah melihat rambut panjangku yang terurai.
"Iya," jawabku sambil menggeser telur dadar dari Ayah.
"Dijepit pakai yang jepit warna biru yang baru kamu beli kemarin bagus Dek."
Kalau kalian belum tau, Ayah juga perhatian sama penampilan anaknya. Kadang dia suka nyaranin outfit apa yang sekiranya bagus, atau tambahan aksesoris apa yang cocok. Gak maksa, cuma kasih saran aja. Oh iya satu lagi, kadang aku suka minta disisirin Ayah juga kalau lagi males sisiran. Ayah tuh kalau lagi nyisirin rambutku halus banget, padahal rambutku sering rengket. Bahkan, kadang kalau liat aku sisiran dengan kasar, sisirnya suka diambil terus dibantuin nyisirin.
Enakkan jadi anaknya Ayah Satya?
"Nanti deh," balasku.
"Ayah beneran mau nungguin?"
"Iya, kenapa emangnya?"
"Enggak, cuma... Aku sebenernya bisa sendiri Yah. Dari pada bikin Ayah izin gak masuk kerja. Kan banyak juga tuh berangkat sendirian juga, malah temen-temen aku pada disuruh berangkat sendiri sama orangtuanya."
"Oh... Kamu gak mau ditungguin Ayah nih?"
"Enggak Yah. Tapi kalau ditungguin gini, kayak anak manja jadinya."
Ayah langsung tertawa, "Ada yang bilang gitu?"
Aku menggeleng, "Enggak tau. Emang kenapa Ayah mau nungguin aku?"
"Mau dukung anak ayah dari deket, mau do'a-in Alika dari deket, mau jadi orang pertama yang liat kamu keluar ruangan sambil senyum ke Ayah."
Hatiku menghangat ketika mendengar penjelasan Ayah.
"Tapi kenapa orangtua temen-temen aku banyak yang nyuruh anaknya berangkat sendiri Yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Satya and His Daughter
General FictionSatya, single parent yang bercerai 9 tahun yang lalu ketika anaknya baru berusia 9 tahun. Ini cerita tentang hiruk pikuknya sebagai seorang ayah yang menjadikan putrinya sebagai dunianya. Enggak ada yang lebih penting dari Alika Giandra, putri semat...