Akhir-akhir ini aku jadi mikir, betapa kuatnya Ayahku itu.
Bapak Satya Pratama itu selalu bangun jam tiga pagi buat sholat malam, kemudian dia bakalan ke masjid buat subuhan, kelar dari masjid biasanya bakalan nyapu halaman dan nyiapin sarapan, kemudian nganter aku sekolah.
Pulang kerja jam 5 sore, nanti kalau gak males bakalan masak buat makan malam, kadang dia masih harus ngelanjutin kerja. Belum lagi kadang harus jemput aku les. Semuanya dia lakuin sendiri tanpa ada sosok istri.
Semua tugas yang biasanya dilakukan ibu rumah tangga, Ayah bisa lakuin semua. Dia gak pernah ngeluh sedikit pun.
Kenapa jadi sad hours gini sih?
Mungkin karena dia Ayah, Ayah yang aku dijadiin sandaran. Jadi Ayah gak mau kelihatan lemah. Ayah harus kuat, karena ada aku yang selalu meminta bahunya.
Jadi sedih.
Aku kalau sedih ceritanya ke Ayah, kalau Ayah lagi sedih dia cerita ke siapa?
Kenapa aku baru mikir sekarang ya?
Ayah itu beneran kayak pilar yang kokoh. Dia gak pernah keliatan lemah meskipun terkadang aku melihat lelah di rautnya.
"Ayah matanya kayak panda."
"Iya kah?" Dia melepas kacamatanya.
Ayah sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya sambil duduk dikarpet, dan aku duduk di atas sofa sambil meninty TV. Akhir-akhir ini aku mengurangi intensitas berada dikamar ketika Ayah sedang dirumah.
Ceritanya Alika udah sadar kak, kalau Ayah suka sendiri.
"Aku punya eye mask Yah! Nanti coba ya?"
"Buat apa?"
"Buat Ayah biar makin ganteng!"
Ayah tertawa sambil menggeleng.
"Yeeee, beneran Yah. Mau ya?"
"Iya terserah."
"Oke ntar sebelum tidur kita maskeran dulu ya Yah!" Kataku kegirangan.
***
Ayah nyelesain kerjaannya sekitar jam setengah sepuluh, dan disini lah aku sekarang.
Lagi duduk di sofa sambil masangin eye mask buat Ayah. Terus aku double pakai sheet mask buat muka sekalian.
"Kok dua dek?" Tanya Ayah.
"Iya, yang kecil itu buat mata panda sama ngurangin garis halus Yah. Kalau yang besar ini biar kulitnya glowing."
"Ada-ada aja ya."
Kemudian aku memasang buat aku sendiri dan ikut duduk disamping Ayah.
"Ini berapa menit dek?"
"Lima belas sampai dua puluh Yah."
"Kok lama? Lima menitan aja gak boleh."
"Dih, malah minta diskon! Ya enggak lah."
Ayah tertawa.
"Yah, aku mau tanya." Kataku setelah beberapa menit kami terdiam.
"Apa?"
"Ayah pernah gak sih ngerasa sedih?"
"Yang namanya manusia pasti pernah sedih dek."
"Kalau Ayah sedih Ayah cerita kesiapa?"
"Kamu lagi sedih?" Ayah malah balik bertanya.
"Aku nanya aja. Soalnya kalau aku sedih aku cerita ke Ayah, kalau Ayah sedih ceritanya kesiapa? Ayah itu selalu keliatan kuat." Kataku.
"Aduh maaf ya Yah, nanya kayak orang gede banget. Kalau gak mau dijawab gakpapa kok."
Iya gak sih? Aku ngerasa kayak itu buka pertanyaannya yang tepat buat anak 17tahun kayak aku.
"Ayah harus kuat demi kamu."
Dan hari itu aku tau, kalau sebenernya Ayah enggak menjawab inti dari pertanyaannya ku.
Rasa-rasanya aku nggak akan kuat membayangkan beban dan perasaan Ayah. Berat sudah pasti. Lelah? Jangan tanya lagi karena menjadi orangtua tunggal pasti melelahkan.
Meskipun aku dan Ayah masih berhubungan dengan Mama, tapi ada atau tidaknya Mama dalam hidup kami sama sekali nggak meringankan beban Ayah.
Mana pernah Mama meluangkan waktu untuk mengambil raporku? rapat bersama orangtua murid?
Semua yang dilakukan Mama dalam hidupku hanya sebatas suka-suka dia. Menemuiku sesuka hati tapi sulit untuk ditemui, mengaturku agar masuk les ini itu tapi tidak pernah mengantarku. Menasehatiku agar memiliki prestasi yang membanggakan tetapi tidak pernah menungguiku belajar.
Semua adalah Ayah. Yang selalu ada kapan pun saat aku membutuhkannya. Yang rela membatalkan rapat demi anaknya. Izin acara kantor untuk putrinya. Dan mencurahkan segala yang dia bisa untuk aku.
Ayahku itu manusia paling kuat dalam hidupku. Nggak ada yang bisa melawannya ketika hal itu berhubungan dengan aku. Aku benar-benar menjadi pusat semestanya, dan dia juga pusat semestaku yang sangat kuat.
Ayah, aku janji bakal bikin Ayah bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satya and His Daughter
Ficção GeralSatya, single parent yang bercerai 9 tahun yang lalu ketika anaknya baru berusia 9 tahun. Ini cerita tentang hiruk pikuknya sebagai seorang ayah yang menjadikan putrinya sebagai dunianya. Enggak ada yang lebih penting dari Alika Giandra, putri semat...