Part 9 - Helm

74 16 10
                                    

"Saking laknatnya lo Chan, ampe ke Helm-helm gak redho di pake sama lo."- Jaemin.
.
.
.

Dengan malas, Haechan mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Ia menguap sebentar. Kemudian melirik jam yang berada di dinding. Seketika matanya membulat sempurna.

SIAL!

"GUE KESIANGAN!!!!"

Tak peduli dengan belek yang masih menempel, Haechan membuka pintu kamar dengan tergesa-gesa.

Sepi.

SIAL LAGI!

"GUE DITINGGAAAALLLLL!!!"

Lalu seperti adegan-adegan film horor, burung-burung yang tadinya sempat hinggap di jendela kamar, ber-terbangan dengan ramainya kala mendengar suara Haechan yang menggelegar dengan keras.

....


Tak peduli benar atau tidak. Rapih atau berantakan. Haechan memarkirkan motornya yang sempat ia pinjam pada Enyak--Tentu dengan menyogok menggunakan paket unlimited sebulan dan berjanji mengisi penuh tangki bensin motornya-- Diwarung kopi depan sekolah.

Haechan kemudian ngibrit setelah mengucapkan terima kasih pada penjaga warung.

Seperti menemukan segopok uang dikala sedang susah-susahnya. Haechan melihat pintu gerbang yang terbuka. Mungkin tadi sempat ada mobil yang masuk, lalu satpam sekolah lupa untuk kembali menutup gerbangnya.

"Orang ganteng dan sholeh kayak aing nih, memang disayang tuhan..."

Dengan langkah hati-hati, Haechan melongokan kepalanya ke dalam gerbang. Merasa situasinya aman, dengan cepat Haechan kembali ngibrit menuju koridor sekolah.

Disana cukup ramai. Namun untungnya tidak ada guru yang sedang lewat. Jadi aman-aman saja bagi Haechan.

Haechan berjalan santai menuju kelas. Sesekali ia bersiul ringan. Ia siap mengintrogasi teman-teman laknatnya yang tega meninggalkan dirinya kesiangan begitu saja.

Meninggalkan tanpa kabar. Tanpa suara. Dan tanpa sarapan.

"Heran. Masih aja cogan di jahatin..." Lirihnya yang kesal mengingat kelakuan teman-temannya.

Ditengah perjalanan, beberapa murid menatapnya dengan cekikikan. Membuat keheranan Haechan semakin bertambah.

"Apa? Gue cakep? Jelas!" Ucapnya pada siswa yang terlihat menertawakan dirinya.

Namun bukannya diam, murid-murid yang mentertawakannya justru semakin banyak.

"Apasih?" Haechan menolehkan kepalanya ke belakang. Disana juga sama saja. "Apa lo liat-liat?!!"

Salah satu murid perempuan menunjuk ke arah kepalanya dengan raut muka menahan tawa. Haechan mengerutkan keningnya. Kemudian membawa tangannya ke atas kepala.

Seketika Haechan ingin menghilang saja dari peradaban.

"INI HELM KENAPA MASIH NYANGKUT DISINI??!!"

Lagi, teriakannya mengusir beberapa burung yang hinggap di atas pepohonan, dan mengundang gelak tawa orang-orang yang melihatnya dikoridor.

Tentang Mereka | 7 DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang