Part 14 - Pertama kalinya

77 16 6
                                    

"Soalnya gue suka liat wajah marah lo."- Haechan.
.
.
.

Setelah menghabiskan mie instan yang dibuatkan oleh Haechan dan juga Mark, serta ke hebohan yang diciptakan oleh Chenle gara-gara dia betulan manggil anggota BIN, akhirnya Seha pulang dengan diantar oleh Haechan.

Awalnya yang lain pengen ikut, cuma Haechan tiba-tiba keukeuh gak bolehin mereka ikut. Katanya, biarin Haechan berduaan sama Seha, soalnya kapan lagi ye kan.

Setelah taksi online yang dipesankan sekaligus dibayarkan oleh Chenle datang, keduanya masuk dengan diam. Gak tahu kenapa suasana tiba-tiba jadi canggung. Padahal biasanya kalo mereka berdua ketemu, ributnya udah ngalahin perang dunia ke-2.

"Ehm." Haechan berdehem.

Sementara Seha hanya menyandarkan kepalanya dengan pandangan kearah luar jendela.

"Se?"

Seha diam. Dia lagi ngelamun.

"Seha?"

Seha tersadar, dia mengerjap, "Hah?"

Haechan memaksakan senyum canggungnya, "Gak apa-apa?"

"Apanya?"

"Lo?"

Seha diam, kemudian menghela nafas, "Mungkin."

"Oh, oke." Haechan mengangguk kaku.

Gila anying! Kok jadi canggung pisan ih, gak suka.

Keduanya kembali diam dengan pikirannya masing-masing. Seha yang masih syok dengan kejadian yang dialaminya, sedangkan Haechan sibuk mikirin obrolan supaya suasana gak canggung-canggung amat.

Apa yak? Ayo dong mulut bilang sesuatu, biasanya lo gak bisa di rem, sekarang malah diem-diem bae kek yang belom ngopi! Eh, emang aing belom ngopi sih.

Saking canggungnya, Haechan sampe gak sadar kalo mobil udah berhenti. Dia mengerutkan keningnya pas liat mobil berhenti di daerah yang jauh dari perumahan.

"Pak, kok berhenti disini?" tanyanya pada sopir.

"Si mbaknya minta turunin disini mas." jawabnya.

Haechan menatap heran Seha, "Rumah lo disini Se?"

"Bukan."

"Lah, terus?"

"Turun dulu."

Haechan nurut. Setelah bilang terima kasih pada supir, ia buru-buru ngikutin Seha yang udah jalan duluan.

"Loh Se, mau kemana?"

"Pulang."

"Kenapa gak minta supirnya anterin sampe depan rumah?"

Seha diam.

Seha juga gak tahu kenapa, tiba-tiba dia pengen jalan kaki bareng Haechan sebelum sampe rumahnya. Seha butuh ketenangan. Jalan kaki dijalan yang sepi dengan diterangi remang-remang lampu jalanan, biasanya mampu membuat Seha tenang.

Haechan juga nurut aja. Walau awalnya dia kebingungan, tapi setelah dipikir-pikir lagi, jalan sama Seha kayak gini boleh juga.

Keduanya beriringan dengan diam. Seha gak tahu aja, kalau tangannya Haechan gatel pengen pegang. Tapi ya, lagi-lagi Haechan urungkan karena gengsinya, juga karena takut Seha ngamuk.

Tentang Mereka | 7 DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang