Part 15 - ???

62 13 14
                                    

"Kamu itu kan, meuni imut. Kalo kata anak jaman sekarang mah apa tea, oh! Uwu..."
.
.
.

Hari ini masih sama seperti hari-hari libur yang lainnya, mereka sedang nonton TV yang berisikan Vlog para artis. Kalo kata Jeno sih, gada faedahnya. Tapi Haechan malah nyeletuk, 'Gue terkagum-kagum sama fasilitas para artis. Ternyata kehidupan para holkay begitu yak.'

Yang berujung dengan perdebatan antara Haechan dan Chenle. Soalnya Chenle gak suka ada orang yang ngomongin orang kaya di depannya. Kurang kaya apa lagi coba Chenle?

"Gimana kalo kita arisan?" ucap Jaemin.

"Arisan?"

Jaemin mengangguk. "Liat tuh, para artis kalo arisan dapetnya Mobil, Emas. Lah kita? Keripik singkong..."

Chenle tersedak. "KAPAN KALIAN ARISAN KERIPIK SINGKONG??! Rakjel banget sih!!"

Chenle yang terbilang sultan merasa terhina.

"Udah lah, jangan bahas itu lagi. Kalo dipikir-pikir lagi, gue bego juga sampe mau-mau aja ikutan arisan kek begituan." ujar Renjun.

"Ide-nya bang Haechan..." Gumam Jisung.

"Ya, kan, waktu itu gue gak punya apa-apa selain singkong dirumah..."

Emang dulu tuh Haechan ngenes banget. Jamet pula. Tapi ucapkan terima kasih pada Chenle yang udah nyelametin Haechan dari ke-rakjelan serta ke-jametannya.

Tapi sebenernya Haechan gak ngenes-ngenes amat soal per-ekonomian, orang tuanya cukup terbilang mampu. Tapi ya, gimana ya, orang tuanya Haechan gak percaya sama Haechan, jadi mereka ragu ngasih duit secara cuma-cuma sama Haechan. Makannya tiap akhir bulan, Haechan sering banget ngemis-ngemis ke Jeno atau gak Chenle buat jajanin dia dikantin.

"Btw itu singkong-nya dapet dari mana?"

"Uri hallmoni."

"Hah?"

"Ambu."

"Ohh," Mark mengangguk paham. Neneknya Haechan berasal dari kampung, beliau juga punya banyak perkebunan, salah satunya singkong. Sunda-nya Haechan juga berasal dari Nenek serta Kakek-nya, soalnya dulu Haechan sempat tinggal beberapa tahun bersama mereka.

"Le, gue penasaran sama sesuatu deh." ujar Jaemin.

Chenle menengok. "Apa? Asal muasal harta kekayaan keluarga gue?"

Jaemin berdecak. "Bukan, gue gak perlu tahu soal itu. Yang penting halal dan sering traktir gue..."

"Terus?"

"Lo... Punya cinta pertama nggak?"

Karena selain Jisung serta Renjun, Chenle juga termasuk dalam daftar--orang yang disebut-sebut gak punya perasaan, alias gak pernah jatuh cinta-- diantara mereka.

"Pertanyaan abang gak bermutu," Chenle berdecak. "Ganti pertanyaan yang lain."

"Lo homo?" celetuk Haechan.

"GILA KALI!!" Jawab Chenle. "Gue normal ya!"

"Lo pernah nge-bapet?" Tanya Jaemin.

"NGGAK LAHK!!"

"Lo pernah kepeleset di toilet gak?" Tanya Jisung.

"Pertanyaan macem apa itu?" Chenle mendengus. "Pernah."

"Lo pernah makan jengkol?" Tanya Mark.

"Apa itu jengkol?" malah nanya balik.

"Lo pernah jatuh miskin?" tanya Jeno.

Semuanya mendengus.

"Pertanyaan yang sangat-sangat-sangat mustahil untuk Chenle jawab 'Iya'." ujar Renjun.

"Kenapa?" heran Jeno.

"Plis! Lo gak usah ikut-ikutan bego kayak Haechan sama Jaemin."

"Oy, maksud lu apa lurr?" Sahut Jaemin.

Baru Renjun mau balas ucapan Jaemin, tiba-tiba pintu Kost dibuka.

Mereka gak tahu ramalan cuaca hari ini gimana, tapi entah bagaimana pas pintu dibuka suasana-nya tiba-tiba jadi silow banget. Mereka sampe gak bisa liat siapa yang berdiri ditengah pintu.

"Nugu...?" Haechan menyipitkan matanya, berusaha untuk mengenali wajah tersebut.

"Siapa disana?" Ujar Mark.

Namun orang yang berdiri cuma geming. Gak nyahut sama sekali.

Renjun membelalak. "ENYAK???!"

Semuanya menoleh pada Renjun.

"Enyak?"

Renjun mengangguk. Soalnya dia yang paling deket sama pintu.

"Eyy, gak mungkin lah..." Ujar Jaemin.

Renjun masih syok.

Jaemin bergetar, kemudian noleh lagi kearah pintu. GILAK! Jaemin ngucek-ngucek matanya, gak percaya sama apa yang diliatnya. "ENYAK??!"

Semua syok.

Si Enyak dengan santainya masuk sambil bersenandung ria. Hari ini... Enyak Daebak banget. Jisung bahkan sampe gak ngedip liatnya.

"Enyak??" Mark mastiin itu beneran Enyak.

"Hello epribadihh...." sapa si Enyak. "How arr yuu?"

"Enyak?" gumam Jisung.

"Yes babi?"

Jisung kicep. "Babi?"

"Yesssss," Ujar Enyak. "Kamu itu kan, meuni imut. Kalo kata anak jaman sekarang mah apa tea, oh! Uwu..."

"Tapi..." Renjun gak percaya ini. "Enyak mau ngapain?"

Enyak melihat kembali penampilannya. "Ohh, ini Enyak mau kondangan."

"KONDANGAN??" Tanya Haechan.

Si Enyak ngangguk.

"Nyak! Mana ada orang kondangan pake pakaian kayak gitu?!" Ujar Chenle.

"Ada, nih, Enyak." ucapnya bangga.

"Tapi Enyak kenapa deh? Kan bisa pake batik. Bukan baju yang kerlap-kerlip gini." ujar Jeno.

Emang bener, hari ini Enyak ngejreng banget. Mana warna-nya ijo stabilo, terus kerlap-kerlip kayak baju yang biasa dipake sama biduan jalanan. Terus udah gitu, pake wig warna pink.

"Atuhlah..." gumam Jisung.

"Ini namanya, pesyenn, Jeno. Biar Enyak bisa viral, terus diundang ke-hitam putih. Jaman ayeuna kan orang-orang pada viral pada gitu semua."

"Tapi nggak gitu juga, Nyak!" Haechan gak habis pikir. Dia aja yang goblok gak sampe segitunya, patut di-syukuri.

"Ih, gak papa!" Enyak mengibaskan tangannya. "Enyak kesini mau minta minyak seungit, ada gak?" tanyanya sambil nyengir.

"Minyak seungit?" heran Chenle.

"Minyak wangi." jawab Haechan.

Chenle ngakak. "Emang enyak gak punya minyak seungit?"

Enyak menggeleng. "Adanya minyak urut."

Chenle ngangguk-ngangguk. "Yaudah tunggu bentar, Chenle ambilin dulu Nyak."

Chenle jalan ke-kamarnya. Ada-ada aja si Enyak, dateng ke kamar kost-an mereka cuma mau mintak minyak seungit buat kondangan.

"Nih Nyak," terus ngasih koleksi parfum mahalnya ke Enyak.

Si Enyak ngengir. "Makasih atuhlah, kasep."

Tapi emang Enyak, yang udah ketinggalan jaman beberapa abad, pake parfum mahal-nya Chenle aja gak ngerti. "Ini kumaha pakenya kasep?"

Mereka pengen pindah planet aja rasanya.

....

Tentang Mereka | 7 DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang