•Putus—rusuh
"Nyatanya, diremehkan oleh semua orang hingga enggan untuk menoleh padamu adalah salah satu fase pendewasaan."_Bella Adelia Elvarette.
•Backstreet Relationshit•
***Capek, mager, ingin istirahat namun tugas sekolah menumpuk. Bella menatap nanar pada buku tulis bersampul animasi kartun di depannya. Bertopang dagu meratapi nasibnya.
Menyesal Bella meminjam buku sejarah Damar. Kalau saja bukan karena tugasnya yang mengambil materi dari kelas dua belas, Bella mungkin tidak akan meminjam buku dari si Kang Ambyar.
Tulisan calon dokter. Tulisan Damar membuat mata Bella perih. Tidak Bisa dibedakan tulisan dengan cakar ayam. Memang, memiliki skill tulisan jelek akan meningkatkan kecepatan menulis, tidak mudah kena contek dan juga tidak akan pernah diajukan sebagai sekretaris kelas. Namun tulisan Damar benar-benar subhanallah.
"Astaga ... Kalau tahu tulisan Kak Damar bentukannya kayak gini, mendingan gue pinjam buku Kak Biru aja. Atau nggak kak Radar yang males nulis, tapi tulisannya bagus," gumam Bella pada dirinya sendiri.
Tangan Bella menjambak rambutnya pelan. Kalau begini ceritanya, Bella jadi bingung harus menulis mulai dari mana. Dari kata pertama saja, Bella sudah menyerah.
"Ya Allah ... Tolong beri kak Damar hidayah, biar tulisannya bisa lurus." Bella mengadahkan tangannya meminta doa pada sang pencipta.
Mood Bella untuk mengerjakan tugas tiba-tiba hilang bersamaan dengan semangat api yang mulai padam dalam dirinya.
Kata Novan, kalau gabut begini, enaknya chat mantan biar berantem sama pacar barunya. Tapi Bella cuman punya dua mantan. Bara dan Bian. Bara yang masih gagal move on dengan Bella, dan Bian yang baru saja putus dengan Bella enam jam yang lalu.
Bella meraih gelas susu cokelat yang ada di samping lampu meja belajarnya. Gadis itu bangkit dari duduknya berjalan pelan menuju ke jendela. Keadaan dan cuaca saat ini sangat mendukung Bella untuk kembali bergalau ria mengenang kenangannya dengan Bian. Sang mantan tersayang.
Bella mengenakan celana pendek selutut, kaos berlengan pendek serta rambut yang dicepol tinggi. Berdiri mematung di depan jendela yang terbuka lebar.
Angin berembus pelan membawa hawa dingin. Tangan kanan Bella memegang gelas yang isinya masih full, dan tangan kiri Bella memeluk lengannya sendiri.
Alunan lagu yang mengalun merdu mendominasi kamar yang berwarna pastel itu. Bella merasakan sengatan kecil di dalam dirinya. Sengatan itu menggambarkan kekosongan pada ruang hati yang sangat terasa nyata. Tiba-tiba sesak yang Bella rasakan, dan kembali terisak kecil.
Tak ada yang paling menyakitkan selain menangis dalam diam. Akhirnya seluruh ketakutannya ini semakin nyata dan jelas terjadi. Semuanya benar adanya, perpisahan itu memberikan dampak yang sangat luar biasa pada kehidupan Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
BiBel Backstreet Relationshit [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction(Completed) [TERBIT] [HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Musim panas kali ini begitu jahat. Saat Bella dihadapkan oleh dua pilihan yang sulit, entah harus mempertahankan atau merelakan, melepaskan atau memperjuangkan. Tolong sampaikan pada semesta...