Peluk?

100 15 27
                                    

Diandra

"Gila, gila terus si Ajun gimana deh ? Syok gak?" Tanya Iren. Memang, malam ini dia menginap dirumahku karena orang tuanya keluar kota.

"Peduli amat sama Juna."aku mendelikkan mata.

Iren terkekeh."Lo tuh udah digosippin anak sekelas, gila aja, Arjuna loh ini, yang baru aja nyepik-nyepik gumush. Gak pernah liat gue, dia ngomong segemes itu." Iren walaupun anak karate tapi emang sealay ini kalo menyangkut Arjuna.

"Gemes apaan? Najis!"Ujarku ketus.

"Gue emang pendukung DiandrAmbar tapi setelah liat Ajun tadi gue jadi oleng ke DiandrArjuna." Dia kembali cekikikan.

Aku meringis mendengar sebutan itu."Lo tau gak sih, Ren? Gue jadi nggak seantusias kemarin-kemarin liat chat dari kak Ambar."

Iren menjentikkan jarinya."Lo udah pindah haluan artinya. Karena cara move on terbaik itu jatuh cinta sama yang lain."

"Apa, sih lo! niat banget jodohin gue sama Arjuna? Gila!"

"Apa salahnya? Dia gak pernah gandeng cewek, apalagi nyepik receh kaya ke elo. Setia kayanya, ganteng nomer satu, pinter? Gak usah ditanya, tajir? Lo tau yang punya rumah sakit ujung komplek gue? Bapaknya yang punya. Percaya sama gue, ini bibit unggul, Di. Kak Ambar mah lewat sih." Ucapnya panjang lebar.

Aku memandangnya takjub."Gue sehari aja urusan sama dia, panjang bener ya kaya jalur kereta, bikin temen gue pindah haluan gini, gila Arjuna." Aku menggelengkan kepala.

"Arjuna tuh cuman apa ya? Diibaratin---"

"Diselatanin bisa gak?" Tanyaku menahan tawa.

"Dih garing lo, botol kecap."balasnya mendelik, aku terkikik.

"Ajun itu fantasi buat gue sama Nara. Gak serius kok Di, malah gue sama Nara setuju banget lo sama Ajun, kalo dulu gue sama dia pernah bajak HP lo buat nge-ping kak Ambar doang, kali ini gue bisa aja bajak HP lo buat tembak juna." Dia tertawa. Sial.

"Awas lo berani gitu, gue aduin Aca." Ancamku.

"Aca juga nanti nge-ship lo sama Ajun,  kalo lo demen beneran." Ujarnya masih dengan tawanya yang belum reda. Dia receh banget sumpah.

Sampai suara ponselku mengalihkan tatapan kami.

Arjunanya Buaya: tugas kerjain kapan dah? diem-diem bae.

Aku hanya memutar bola mata malas dan Iren terkekeh."gue balesin ya?"

Aku melotot dan merebut ponselku kembali."Gak!"

Aku mematikan ponselku, gak peduli dengan si Arjuna.

Ketukan pintu kamarku, membuat kami mendongakkan kepala."masuk biii."

"Neng Diya, didepan ada tamu."

Aku mengernyitkan dahi."siapa, bi?"

"Gak tau, neng."

Aku beranjak pergi keluar dengan Iren yang kembali dengan laptopnya. Sampai tangga, aku menemukan Arjuna di sofa. Dia gak bosen udah ganggu aku seharian ini?

"Ngigo lo? Sampe dateng kesini ? Balik sana, cuci kaki, gosok gigi terus tidur." Titahku

"Perhatian banget, ternyata​ pelukan gue tadi siang sebesar ini ya efeknya."

Aku tertawa sumbang."TADI TUH BUKAN PELUKAN!"

Juna terkekeh pelan dan memandangku."kalo bukan pelukan apa dong, Telletubbies-an?

"Mulut lo ya, jun! Kalo sekolah mulut lo bawa makanya! Tau gitu mending gue jatoh aja kelantai jadi bahan olok-olok orang, gak pa-pa ikhlas gue, daripada ditolongin manusia sinting kaya lo. Modus lo ya?!"

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang