Angel

60 9 14
                                    

Diandra

Setelah ucapanku kemarin malam, Kak Ambar sama sekali tidak menjawab semua ucapanku, dia hanya diam sampai mama dan Om Wisnu datang. Namun, aku yakin dia nggak akan nyerah gitu aja.

"Lo semalem kemana, dah." Ucapan Iren membuyarkan lamunanku.

"Hah?"

"Lo semalem kemana? Gue ke rumah lo, mau nginep, tapi gerbang dikunci. Gue hubungin lo gak aktif, jadinya kerumah Nara deh."

"Ah ... Itu ... gue makan malem sama mama. Hp gue low."

Iren hanya mengangguk paham."Kita seneng hubungan lo makin baik sama mama lo."

Aku hanya tersenyum kecut."Nar, masker yang kemarin lo beli belum ditawarin sama orang, kan?" Tanyaku mengalihkan.

"Masih! Ada dikelas."

"Gue beli, deh."

Nara mendelik."Lo demen banget makan omongan sendiri heran, kemarin aja nolak mentah-mentah."

Aku terkekeh pelan."Sorry. Gue kan mempertimbangkan dulu kamarin."

"Dih, berasa mau beli mas kawin banget ya, pake penuh pertimbangan." Sahut Iren.

Aku tertawa pelan, lalu kembali menyeruput es jeruk pesananku.

Tiba-tiba Nara mengangsurkan ponselnya."Eh, liat deh ini si angel. Udah pada tau belum?"

Kami memandang kearah ponsel Nara, terlihat sosok wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai juga kulit putih pucat, aku tidak menampik, dia memang cantik.

Aca mendecih."Tau gue, anak pindahan kan?"

Nara mengangguk semangat."Trending topic banget!"

"Iyalah, anak donatur sekolah. Pindahan London."

"WHAT!" Teriak kami bersamaan dan itu sukses mengundang tatapan semua penghuni kantin.

Iren mendengus."Biasa, aja."

"Masa, sih? Kok mau aja dari London kesini?" Tanyaku.

Iren hanya mengedikkan bahu."Gue denger dari gosip guru diruang guru kemarin."

"Buseet, guru aja doyan gibah, ya." Timpal Nara.

Aku hanya mengangguk setuju."Kok gue gak tau, ya?"

"Iyalah lo kan nolep. Taunya Arjuna aja." Sahut Aca.

Aku mencibir pelan."Coba liat lagi."

"Bibit-bibit pelakor, nih." Ujar Iren membuat kami menoleh.

"SETUJU!" sahut Nara.

"Iyalah, belum ada aja orangnya udah bikin cowok-cowok heboh apalagi kalau udah ada. Pasti banyak hubungan yang kandas." Ujar Iren lagi.

Nara mengangguk."Pastii tuh, iww."

Aku mengernyit."Lho, anaknya belum ada disini?"

"Belum. Kan gue udah bilang dia anak donatur sekolah pindahan London. Jadi, kepindahannya jadi booming gitu disini padahal orangnya belum ada. Dia, kan pindahan dari London juga, jadi ngurus kepindahannya gak sesimple itu, Di." Sahut Iren.

Aku hanya mengangguk paham."Tapi dia keliatannya baik sih, kalem gitu."

"Alah kalem-kalem, garong juga palingan. Jangan langsung nyimpulin gitu Di, jangan liat dari covernya." Kata Nara.

Aku mendelik."yang ada gue bilang gitu ke elo!"

Nara terkekeh."Jagain tuh Arjuna. Pacar lo disini menonjol banget, Di. Bukan gak mungkin kalo dia bisa aja rebut Arjuna lo itu."

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang